08.00

75 19 0
                                    

"Apa yang dibicarain Papa kemarin malam?" tanya Lavender dikala Lilac menyetir mobil menuju sekolah.

"Nggak usah jadi manusia kepo."

"Jangan dingin-dingin banget sama kembaran lo sendiri, gini-gini juga gue kakak lo ya, Li." Kalimat Lavender seakan memaksa.

"Lo lupa terakhir kali gue bilang lo kakak nggak guna?"

"Iya deh iya gue ingat." Lavender pun mengakui jika melawan Lilac, kekalahan akan berada dipihaknya.

"Gue cuma pengen tau aja, mana tau papa marahin lo kan sesuai prediksi mama semalem." Lavender menebak-nebak.

"Papa bukan mama, Lav. Dia lebih paham perasaan anaknya."

"Li, gue juga yakin sebenarnya mama sayang lo. Dia lebih peduli ke gue karena penyakit gue aja, Li, percaya deh kalau mama juga sayang sama lo."

"Berarti gue harus sakit biar bisa perlakukan sama kayak lo?"

"Pikiran lo pendek juga ya, Li."

"Papa cuma bilang kalau gue harus tahan sama sikap mama dan gak boleh ribut." Lilac akhirnya menjawab pertanyaan yang ingin diketahui oleh kakaknya itu.

"Gue nggak bisa percaya kalau lo nggak ribut sama mama."

Lilac melirik tajam. "Kalau mama nggak mancing emosi duluan gue juga gak akan mulai."

"Kadang lo aja yang banyak tingkah, pulang tengah malam, nggak ada kabar, pulang-pulang juga nggak ada ceria-cerianya, gimana mama gak marah coba?"

"Gue banyak urusan dan lo nggak perlu tau."

"Sok sibuk lo!"

"Daripada lo beban!"

Tatapan Lavender tak kalah tajam kala mendengar cacian adiknya.

"Lo sekalinya ngomong nusuk ke jantung, ya, Dik?"

"Ngomong-ngomong lo sama Biru nggak ada niatan balik lagi, kan?"

"Gak, lo tenang aja."

"Tenang?" Lavender membeo. "Maksud lo?"

"Yang paham-paham aja."

🌸🌸🌸

Lilac dan Lavender sudah sampai di kelas mereka, sudah banyak yang berdatangan dan jam yang terpaku di dinding sudah menunjukkan pukul 07.15 dan seharusnya guru sudah masuk ke kelas ini. Namun, siswa-siswi di kelas ini masih terlihat santai. Bahkan ketua kelasnya pun tidak berniat untuk memanggil guru di ruangannya.

"Li," sapa Biru.

Biru menyapa Lilac tapi kenapa Lavender yang merespon dengan sangat ramah?

Ingat, Biru bukan rumahmu, Lavender.

"Gue mau ngomong sama lo, Li. Guru-guru hari ini ada rapat, gue mau ngobrol du di perpustakaan aja biar lebih tenang."

"Gue gak mau."

"Sebentar aja," mohonnya.

"Gue rasa itu penting, Li. Nggak ada masalahnya kali lo ngomong sama mantan lo, nggak usah pakai gengsi-gengsi segala."

Itu Lavender yang berbicara. Tentu saja membuat mood Lilac di pagi ini menjadi seratus kali lebih kesal.

"Kenapa nggak lo aja yang ngomong, sesekali coba nggak munafik!"

𝐃𝐔𝐏𝐋𝐄𝐗 𝐋 | 𝐒𝐄𝐋𝐄𝐒𝐀𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang