Bagian 50

8K 833 25
                                    

Bagian 50

•°•°•

Hari keberangkatan tiba, setelah mengurus hal-hal yang diperlukan hampir satu minggu, Morana memantapkan diri untuk berangkat hari ini.

Hanya diantar oleh Ronal dan Amira, sedangkan Rain harus ke sekolah karena ada kuis.

Morana hanya membiarkan tangannya dipeluk oleh Amira sedari tadi, sedangkan barang bawaannya diurus oleh Ronal.

"Nanti sering-sering kabari Mami, ya?"

Morana mengangguk mengerti.

"Nurut sama Esa, jangan nakal, cukup Kakak kamu aja yang bikin pusing Kakek, kamu jangan,"

Morana hanya mengulum senyum, mendapatkan kabar jika Bram sampai sakit kepala melihat tingkah Ressa yang tidak bisa diatur. Kakaknya itu sering pulang larut hanya untuk berkeliling, Ressa memiliki rasa penasaran yang tinggi dengan tempat baru, pria itu akan menuntaskan rasa penasarannya sebelum pulang ke rumah, dan berakhir akan diomeli Bram karena pulang larut.

"Iya, Mami,"

"Udah, Morana udah gede, tau yang benar dan salah."

Amira mendelik, "Kamu juga bilang gitu ke Esa, sekarang lihat, anaknya malah liar gitu," kesal Amira.

"Esa cuma penasaran, kamu itu khawatirnya terlalu berlebihan,"

Amira tidak lagi menjawab, memilih mengabaikan suaminya.

"Sekolah yang bener, nanti Mami usahain jenguk Moran sama Esa," pesan Amira, mengusap kepala putrinya sayang.

Morana memeluk Amira, beralih pada Ronal.

"Hati-hati, jaga kesehatan. Jangan lupa vitaminnya di minum," pesan Ronal.

"Papa sama Mami juga, jaga kesehatan, jangan capek-capek."

"Kabarin kalau udah sampai," Morana melambaikan tangan, tersenyum lebar untuk kedua orang tuanya.

Gadis itu hanya membawa satu koper yang berisi sedikit baju dan buku mata pelajaran miliknya. Tak banyak yang di bawa, karena Amira menyuruhnya untuk membeli keperluan setelah tiba di sana, Amira khawatir Morana akan kelelahan jika membawa banyak barang, mengingat putrinya hanya berangkat seorang diri.

"Mami berdoa, kalian selalu bahagia," gumam Amira, melambai ke arah Morana yang mulai mengecil, wanita itu mengusap sudut matanya yang basah.

Ronal yang mendengar itu merangkul istirnya, mengusap bahu wanita itu lembut, "Mereka akan selalu bahagia," sahutnya pelan, membawa Amira untuk meninggalkan area Bandara.

••••

Morana membuka matanya, merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal karena perjalanan panjang yang ia tempuh.

Ia menatap seisi kamar barunya, rapi dan luas. Isi koper yang ia bawa sudah di masukan ke dalam lemari, bahkan semua benda-benda seperti beberapa foto dan buku yang ia bawa sudah tertata rapi di atas meja belajarnya.

Pagi ini, Morana mengawali hari berkeliling kediaman Bram, ia penasaran dengan suasana di rumah berlantai dua yang terasa nyaman hanya dengan memandangnya dari luar.

MORANA DUVESSA Where stories live. Discover now