1

2.4K 107 4
                                    

"lu bilang apa?" ucap haruto dingin, pada pemuda manis dihadapannya itu.

Haruto benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang pemuda manis dihadapannya katakan, bagaimana pemuda manis itu bisa berkata bahwa dirinya akan menjadi calon istri untuk haruto.

Sedangkan Junkyu, pemuda manis yang kini menunduk dalam dia itu tidak terkejut sama sekali dengan reaksi yang calon suaminya itu katakan.

Junkya memang sudah menebak hal ini, karena jika ia adalah haruto, mungkin dirinya pun akan bereaksi sama atau mungkin lebih dari itu. Yang mana haruto  harus menikahi seseorang yang ia bully dan dirinya benci, meski sampai saat ini junkyu tidak mengerti mengapa haruto begitu membencinya.

Junkyu baru saja menegakkan kepalanya untuk menatap haruto dan akan kembali menjelaskan bahwa pernikahan mereka terjadi atas perintah ayah haruto. Tiba-tiba saja sebuah vas buang melayang melewatinya, yang mana membuat junkyu terdiam dan menahan diri untuk tidak menangis.

"Jangan pernah berpikir kalau gw bakal nerima hal itu, lu bakal liat apa yang bakal gw lakuin nanti. Dan kita bakal liat, lu bakal bertahan berapa lama dan bertahan sama pendirian yang lu bilang tadi" ujar haruto yang kini melangkah mendekat kearah junkyu.

"gw gak peduli meski papa gw yang minta hal itu, jadi,.-" jeda haruto, mencengkram kuat dagu junkyu

"Jangan pernah berpikir kalau lu pantas untuk jadi pendamping gw" lanjutnya, lalu melepas kan cengkraman pada dagu junkyu dengan kasar dan meninggalkan pemuda manis itu sendirian.

"brak"

Tepat saat haruto menutup keras pintu ruangan itu, Junkyu pun merasakan lemas pada kakinya dan kini dirinya menangis sejadi-jadinya.

Junkyu tidak tahu ia harus apa saat ini, yang ia tahu dirinya hanya harus bertahan sampai hari pernikahan ditentukan.

"tuhan, mengapa aku selalu berada disitu yang menyedihkan" keluh junkyu, menghapus air matanya dan mencoba untuk kembali berdiri.

Meski dirinya merasa bahwa kakinya kini benar-benar tidak memiliki tenaga, terlebih keterkejutan saat vas buang melewatinya begitu saja. Junkyu tahu, haruto pasti akan semakin membenci nya dan menyiksanya. Dan mungkin karena itu lah, kakinya benar-benar seperti tidak dapat menopangnya.

◌⑅⃝●♡⋆♡OUR LOVE♡⋆♡●⑅◌

"selamat siang tuan" sapa junkyu pada seorang pria yang tidak lagi muda namun masih terlihat tampan dan duduk dengan gagah dihadapannya, setelah dirinya diizinkan masuk oleh sekretaris pria yang junkyu sapa.

Pria itu tidak menjawab sapaan yang junkyu berikan, tetapi pria itu terlihat  mengangguk dan tersenyum hangat kearah junkyu, yang mana hal itu membuat junkyu ikut tersenyum.

Junkyu pun meletakan gelas yang berisi air, piring berisi buah apel yang sudah dikupas kulitnya dan sebuah mangkuk kecil yang berisi 4 macam obat diatas meja kerja pria tua tampan yang tadi ia sapa.

"bagaimana pertemuan mu dengan haruto tadi pagi?" tanya pria tua tampan itu pada junkyu yang kini berdiri disampingnya.

"sedikit terjadi masalah, namun bisa diselesaikan dan berjalan baik setelahnya. Jadi sekarang lebih baik tuan segera minum obat tuan dan memakan buahnya" titah junkyu.

"sudah ku katakan untuk memanggil ku dengan sebutan papa" ucap pria tua tampan itu mengingatkan junkyu.

"kenapa sikap haruto sangat berbeda dengan tuan yuta" monolog junkyu, yang membandingkan ayah anak yang masuk dalam kedidupannya ini.

"junkyu" panggil yuta pada junkyu yang melamun dan tidak menanggapi ucapannya.

"aaa.. Maaf tu,.- papa, aku belum terbiasa" jujur junkyu, dirinya memang belum terbiasa akan itu. Meskipun sudah lama sekali yuta memintanya untuk memanggil papa padanya.

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang