Chapter 15

2.2K 286 39
                                    

.

.

.

Naruto menatap hingar-bingar kelab yang dikunjunginya, ada Shikamaru yang menemani. Naruto sudah hampir tidak pernah mengunjungi tempat seperti ini, karena Hinata berkata tidak suka bau alkohol tercium di tubuh Naruto. Gadis itu akan menjauh dan memakinya kesal.

Tetapi, Naruto benar-benar kehilangan arah, apalagi ketika Toneri menjelaskan bagaimana lelaki itu mengantarkan pulang Hinata dan gadis itu sudah pasti bercerita banyak hal pada Toneri. Naruto mengepalkan tangannya kesal jika mengingat itu.

Apa Hinata benar-benar marah padanya?

Ya. Gadis itu pasti kecewa padanya, ia selalu mendukung Hinata apapun yang gadis itu sukai dan inginkan bahkan Naruto menuruti kemauan gadis itu tanpa Hinata pernah tahu.

"Kau akan mulai berkencan lagi?" Shikamaru yang duduk di sebelahnya melihat wajah keruh Naruto.

Lelaki berambut pirang itu menggeleng.

"Aku hanya ingin minum."

Shikamaru menghela napas.

"Hei, biasanya pertemanan akan kembali berbaikan begitu saja. Kau tidak perlu terlalu memikirkannya, Naruto." Shikamaru mencoba membantu, apa yang Naruto tunjukkan belakangan ini benar-benar diluar kebiasaan lelaki itu. Naruto menjadi sangat dingin dan tidak tersentuh.

"Aku belum bicara dengan Hinata dan dia terus menghindar, apa yang harus aku lakukan?" Naruto menoleh pada Shikamaru, teman dengan rambut terikat mirip nanas itu terdiam menatap sorot frustasi lelaki itu.

"Naruto ... Kau menyukai Hinata?" Shikamaru mencoba bertanya untuk kali ini, setelah selama ini ia berusaha menebaknya. Tetapi, tidak salah lagi, melihat betapa kacaunya Naruto, tebakan Shikamaru tidak akan meleset.

"Apa kau baru menyadarinya?" Naruto merendahkan suara, Shikamaru menepuk pelan keningnya. Lelaki berwajah oriental itu menggeleng-gelengkan kepala.

"Dan kau hanya diam saja?" Shikamaru kembali bertanya, terlihat rahang tegas Naruto mengeras.

"Aku memikirkan perasaan Hinata." Naruto menjawabnya begitu saja, ia tidak ingin merusak yang sudah terbangun begitu saja di tengah-tengah mereka, bahkan sejak kecil.

Shikamaru terkekeh. "Aku tidak mengerti denganmu Naruto, kau menyembunyikan semuanya hanya karena takut Hinata menolak."

"Tidak." Naruto meremas pelan gelas pendek di genggamannya. "Aku tidak takut di tolak, aku taku gadis itu menjauhiku." Naruto bangkit dari duduknya, Shikamaru mendongak melihat lelaki itu bersiap untuk pergi ketika sudah membuka dompet dan membayarkan tagihan. Naruto kembali menoleh pada Shikamaru.

"Aku tidak bisa jauh dari Hinata. Tidak bisa." Tambah Naruto, lelaki berambut pirang itu segera  meninggalkan mejanya seraya membawa botol wine ditangannya.

.

.

.

Naruto terus meneguk wine hingga tetes terakhir di botol itu, ia hampir limbung tetapi ia bersandar di balik pintu agar tidak terjatuh. Naruto menaruh botol minum itu dengan pelan, matanya sayup-sayup melihat Hinata masih tertidur di atas ranjang.

Seperti malam-malam sebelumnya, dengan langkah sempoyongan, Naruto duduk di sisi ranjang gadis itu. Naruto tersenyum, mengusap pelan pipi gadis yang ia cintai diam-diam. Kali ini Naruto menaiki ranjang, mengungkung Hinata di bawahnya hingga wajahnya mendekat. Hinata masih memejamkan matanya rapat, deru napas tenang mengalun.

Naruto semakin mendekat dan kembali mengecup bibir gadis itu, Naruto meremas sprei menahan diri untuk tidak melumatnya. Tetapi, mengingat sudah berapa lama mereka tidak bersinggungan, Naruto menggigit pelan bibir gadis itu, lalu melumatnya.

More Than Friends ✔️Where stories live. Discover now