EXTRA CHAPTER (2)

921 56 1
                                    

Gama dilema. Pada saat Mikayla hamil besar seperti saat ini, ia malah ditugaskan terbang ke Bandung untuk mengurus beberapa hal selama 1 bulan. Belum lagi, jika urusan itu belum selesai, waktu pun otomatis akan diperpanjang.

Laki-laki itu duduk di bengkel pesawat sendirian, menikmati senja dengan segelas kopi pahit yang akhir-akhir ini ia konsumsi. Rasanya ada yang janggal pada pernikahannya untuk kali ini.

Setelah kehilangan anak pertama yang belum sempat menikmati senja bersama mama dan papanya. Padahal, ada banyak list yang sudah Gama buat untuk bersenang-senang dengan putri kecilnya.

Usia kehamilan Mikayla sudah menginjak 8 bulan, dan ia harus waspada menjadi suami yang cepat dan tanggap sesuai dengan ucapannya.

"Gama!" teriak temannya yang sampai saat ini masih betah jomblo. Namanya Kenzie, Kenzie Arsenio.

Laki-laki itu menengok melihat Kenzie yang berlari kencang ke arahnya, lalu dengan sengaja memukul lengan kekarnya dengan kuat.

"Astaghfirullah, gue lagi gak mau kasar ya! Jangan mancing buat ngomong kasar." Kenzie menyatukan kedua telapak tangannya, lalu membungkuk.

"Baik Papa Mikayna, maaf sudah lancang!" candanya lalu duduk di samping Gama.

"Galau lo ya?" Gama berdecih.

"Udah tahu tanya, kurang waras emang." Kenzie terkekeh, lalu menghela nafasnya pelan.

"Mikayla tulus banget cinta sama lo ya, gam?" Gama menunduk, mendengarkan apapun yang akan laki-laki jomblo ngenes itu katakan.

"Kelihatan banget, setiap kali dia ada acara Pia dia selalu tanya sama anak-anak disini, dimana lo, lagi apa, sama siapa. Gila, bener-bener beruntung lo dapet dia." tutur Kenzie yang masih berminat membahas istri rekannya dengan antusias.

Bukannya bagaimana, tapi Gama yang dulunya nyaris tidak mau menikah dan ingin bersumpah takut kepada perempuan, kini memiliki Mikayla yang rasa cintanya melebihi rasa cinta Gama sendiri.

"Gue masih inget kata-kata lo kalau lo gak mau nikah, tapi semua orang nyuruh lo narik sumpah itu." Kenzie menepuk pelan bahu Gama, lalu laki-laki itu menengok.

"Gue juga beruntung punya Mikayla, dia gak pernah sedikitpun mau ngerepotin gue, padahal gue suaminya sendiri." mata Gama berkaca-kaca, membuat Kenzie terharu.

"Padahal yang gue tahu, dia rapuh banget zie, tapi dia selalu bilang gak papa dan terlihat baik-baik aja."

Kenzie dapat melihat ketulusan yang selalu ada diantara mereka. Tidak pernah sekalipun mereka bertengkar dan kekurangan apapun, karena mereka selalu menjaga hal kecil.

Begitu hebatnya mereka dalam membangun cinta, yang awal mulanya hanya bertemu di warung ayam kremes.

"Mohon izin, ndan!" suara seseorang mengalihkan perhatian mereka.

"Istri let Gama ada di depan." Gama mengangguk.

"Suruh kesini aja."

"Siap!"

Anak buahnya pun pergi, dan tak lama kemudian Mikayla datang bersama dua orang anak yang tidak lain adalah anak tetangganya.

"OM GAMA!" teriak gadis cilik yang langsung berlari ke arah Gama dan memeluknya.

"Azizah kok kesini sama Tante Kayla? Ada apa?" tanya Kenzie yang tidak asing lagi dengan Azizah juga Tiara karena sering menyambangi bengkel bersama Mikayla di jam-jam seperti saat ini.

"Biasa, tante mau liat sunset sama om!" jawab Tiara yang umurnya sudah tujuh tahun, dan sudah sekolah kelas satu.

"Sudah ku duga, kalau gitu gue pamit dulu gam. Saya pamit ya Kay, baik-baik sama suamimu!" ucapnya bercanda kepada Mikayla yang langsung diberi tatapan tajam oleh Gama.

"Lo pikir gue gorilla apa sampe kudu baik-baik!" Mikayla mengusap lengan suaminya, lalu menyalaminya.

"Becanda sayang, gak usah kaya gitu." Gama mengusap perut Mikayla.

Wanita itu duduk di bangku samping Gama, dengan melihat Azizah dan Tiara yang umurnya terpaut cukup jauh, karena Azizah berusia empat tahun. Mereka berdua sedang berlari kesana kemari ditengah indahnya suasana senja sore hari ini.

"Kamu udah hamil besar kaya gini jangan banyak pergi, aku gak bakal ninggalin kamu, dek." Mikayla tersenyum tipis.

"Aku cuma mau lihat sunset disini kok, gak lebih."

"Apalagi sama Azizah, Tiara, dan kamu. Aku kebayang kalau mereka lahir pasti bakal lucu kaya mereka berdua."

Yap! Anak yang dikandung Mikayla ada dua, alias kembar. Jenis kelaminnya masih dirahasiakan, karena mereka akan mengejutkan dua keluarga yang hanya tau jika janin Mikayla kembar.

***

Sampainya dirumah, Azizah menangis meraung-raung tidak mau pulang dan ingin menginap di rumah dinas Gama. Padahal, orang tua Azizah sudah menjemputnya juga sudah mengiming-imingi segala hal agar gadis kecil itu mau pulang.

"Gamau, Azizah gamau pulang!" gadis kecil itu memeluk tubuh Mikayla erat membuat orang tuanya bingung.

"Azizah mau jagain tante Kayla!"  Gama pun sama, laki-laki itu terlihat kebingungan ketika Azizah tidak mau pulang.

"Gimana dong mas, Azizah gak mau pulang?" tutur ibu Azizah dengan nada yang melemas.

"Azizah biar tidur sama aku aja mbak, lagipula Mas Gama gak keberatan juga kok. Dia bakal seneng." Gama mengangguk.

"Azril, biar dia tidur disini aja. Kasihan dia kalau nangis terus kaya gini." balas Gama menenangkan mereka berdua.

Akhirnya mereka berdua setuju, dan membuat Azizah senang bukan main. Entah mengapa, gadis kecil itu tidak tertarik apapun yang diimingi oleh orang tuanya.

Setelah membersihkan diri dan tempat tidur, mereka bertiga berbaring dan mencoba untuk tidur.

Gama yang sudah pulas, tidak dengan Azizah dan Mikayla yang malah bercerita panjang lebar tentang keseharian mereka. Azizah begitu antusias dan mengusap lembut perut Mikayla yang sudah besar.

"Tuh dedenya nendang." Azizah membulatkan matanya lalu menutup mulutnya tak percaya.

"Azizah mau coba, tante!" Mikayla pun meraih tangan kecil Azizah, lalu menempelkannya ke perut.

"Wah, iya tante dedenya nendang!" Mikayla tertawa kecil menanggapinya.

"Tapi tante,"

"Tapi apa, Azizah?" tanya Mikayla dengan mengusap kepala gadis itu lembut.

"Tante mau kemana? Azizah selalu lihat ada orang pakai baju hitam ngikutin tante terus." Azizah mengatakannya dengan sungguh-sungguh.

"Baju hitam?" Azizah mengangguk.

"Azizah juga mimpi kalau tante gak kuat pas ngeluarin dedenya." Mikayla mencoba untuk tenang dan positif thinking dengan ucapan Azizah.

Mungkin, itu hanya mimpi biasa dan tidak akan terjadi. Akan tetapi, sudahlah.

"Azizah sekarang bobo ya, udah malem." Azizah masih menatapnya dengan serius.

"Tante, selama ini tante ngajarin Azizah banyak hal dan ngajarin hal baik. Kalau tante pergi, Azizah bakal ikut pergi, ya?" Mikayla memeluk tubuh mungil itu dengan air mata yang sudah menetes.

"Azizah, apa yang kamu bicarakan terlalu sulit buat tante cerna. Jangan bilang kaya gitu lagi ya?"

"Azizah janji tante, Azizah bakal jagain tante sampai kapanpun."

***
EXTRA CHAPTER 2
.
PERNIKAHAN NARADHIRA
.
KIRA-KIRA CHAPTER 3 TENTANG APA YA?
.
STAY TUNE DAN JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE YA!
.
Magelang
16 Januari 2023
15.36 Waktu Indonesia Barat

Garuda Untuk Mikayla ( END - LENGKAP )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang