GuM - 9. Undur Diri

801 84 0
                                    

Sejak kejadian saat itu, Gama memberikan semuanya untuk Mikayla mulai dari cintanya, kisah hidupnya, barang apapun, serta hal yang bahkan Mikayla sama sekali tidak ia ucapkan pun Gama tahu.

Sudah beranjak banyak bulan terlewat, Gama hilang bak ditelan hidup-hidup oleh bumi. Bukannya Mikayla rindu, namun ia patut bersyukur karena tidak ada yang merecokinya ini dan itu. Mungkin, untuk dua tahun kedepan lagi ia berharap Gama jangan muncul lagi di kehidupannya.

Seperti saat ini, Mikayla meluangkan waktunya untuk menemui Milia yang hampir dua tahun tidak menampakkan diri. Perempuan tangguh itu sekarang berada tepat di depan Mikayla yang menganggapnya seperti seorang kakak yang bahkan, seseorang yang ingin mendapatkan hatinya harus diuji oleh Milia.

Namun Garuda lolos tanpa harus menerima uji dari Milia. Mikayla langsung maju dan memeluk Milia yang ia rindukan selama ini. Perempuan dengan seragam loreng hijau, beserta baret merahnya tampak terlihat gagah dan Mikayla sangat ingin menjadi sepertinya. Namun Tuhan berkehendak lain untuk takdirnya.

"Hampir mati gue kay kalo enggak ingat ada lo yang harus gue temuin!" Gadis itu sedikit mengeluarkan cairan bening dari sudut matanya. Pasalnya, Milia memang hampir mati ditempat tugas karena suatu hal yang bisa dibilang juga kecerobohannya.

"Tapi untung masih ada takdir lain yang mengharapkan gue hidup." Mikayla melepas pelukannya lalu mengusap pipi Milia.

"Alasan gue enggak mau sama anggota kaya lo mbak, resikonya gede. Tugas seakan-akan menjerat, padahal tugas adalah suatu kehormatan bagi umat seperti kalian." Milia langsung menggelengkan kepalanya pelan lalu meyakinkan Mikayla untuk tetap berpikir positif tentang profesi tersebut.

Meskipun juga menggoda, untuk Mikayla itu sangat menakutkan jika ia mendengar ceritanya sendiri dari Milia. Mereka beralih duduk di kursi pinggir jalan yang sudah tersedia sejak lama. Mikayla memang sengaja mengosongkan waktunya untuk menemui Milia di Kartasura, karena ia sangat merindukan sosok tersebut.

"Gue mau cerita kay," Mikayla mengangguk lalu menatap Milia serius. "Dia, masih mengharapkan lo dari lama."

"Siapa?" Mikayla menaikkan satu alisnya.

"Temen gue, Garuda Maheswari. Taruna akademi angkatan udara yang akhir-akhir ini trending topik di sosmed karena dia ganteng lah, menawan lah, ini dan itu segala macam. Dia suka sama lo!" Mikayla bahkan sama sekali tidak mengetahui asal usul dari sosok siapa itu, Garuda Maheswari?

Tapi tunggu, seperti tidak asing di pendengarannya.

"Garuda Maheswari."

"Kalau kamu tidak mau panggil saya Garuda, maka Gama pun bisa."

"Gam—Gama?" Beo Mikayla memastikan ingatannya tidak salah. Milia langsung mengangguk mengiyakan bahwa nama itu benar.

Namun, seperti ada yang aneh. Bagaimana Gama bisa mengenali dirinya, mengenali semua sifatnya dan mengenal Milia tentunya. "Kok kenal?"

"Lo lupa dia temen gue waktu binsik sebelum masuk kowad?" Mikayla menggelengkan kepalanya pelan tanda ia tidak mengingatnya.

"Bodoh! Dia udah ngincer lo dari kelas sebelas SMK dodol!"

***

Suasana malam dengan nuansa bau hujan menyeruak tercium di hidung Gama yang sedang menjalani lari rutin keliling lapangan ksatrian dengan bercucuran keringat yang diguyur habis oleh air langit.

Ini masih belum seberapa baginya, karena masih ada pelatihan lain yang mungkin lebih dari ini semua. Kini tingkatnya masih karbol tingkat tiga, atau sermadatar. Ia hanya berpikir ia akan mengajak siapa untuk malam keakraban nanti?

Jika keinginan Gama adalah mengajak gadis yang sudah lama ia incar, maka mungkin akan lebih sulit meminta izin atasannya. Gama memimpin lari di barisan paling kanan, dengan suara nyanyian pasukannya yang masih terdengar sangat keras.

Selesai keliling Ksatrian, mereka semua membubarkan diri saat Gama sudah memberi izin.

"Buka hp gih gam," Gama menggeleng kepalanya saat ia bertemu teman satu tingkatnya di depan asrama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buka hp gih gam," Gama menggeleng kepalanya saat ia bertemu teman satu tingkatnya di depan asrama.

"Bunyi, siapa tau ceweknya!" Gama memutar bola matanya malas. Jika temannya itu tahu bukan dari Mikayla dan justru malah dari penggemar Instagram yang banyak yang mengirimnya pesan.

"Boro-boro cewek, ngejar satu aja susahnya minta ampun!" Gama melewati temannya itu untuk membersihkan badannya yang sudah basah kuyup karena hujan.

"Anak mana?!" Teriak laki-laki tersebut yang sama sekali tidak disahuti oleh Gama yang sudah menghilang.

"Setan emang si Gama!"

***

Mikayla mendesah kecewa saat pagi hari ini hujan saat ia akan berangkat ke Akbid. Naradira sudah berangkat lebih awal karena harus mengerjakan tugas yang belum sempat ia kerjakan karena kelelahan tadi malam.

Gadis itu memutuskan untuk menunggu hujan sedikit reda karena stok payung di asrama sudah habis dipakai anak-anak yang lain.

"Mau diantar tuan putri?" Tiba-tiba seseorang melindungi kepala sampai bawah menggunakan payung berwarna biru tua.

Laki-laki itu adalah Gama yang datang secara tiba-tiba saat gadis itu melamun di depan asrama sembari memeluk erat tas berisi barang-barang yang penting.

Mikayla mengulas senyum sangat tipis yang sama sekali tidak terlihat oleh Gama yang tidak luput memandang wajahnya.

"Ngapain kesini?" Gama mengedikkan bahunya acuh lalu melempar senyum kepada perempuan tersebut. "Kurang kerjaan aja!"

"Demi kamu, pumpung saya punya waktu juga setelah berbulan-bulan kan?" Mikayla menghembuskan nafasnya pelan lalu merebut payung yang digenggam Gama tanpa tahu diri.

"Lo bisa pergi, payung lo gue bawa!" Gama cukup merasakan nyeri di bagian dadanya saat Mikayla begitu tidak sukanya ia berada di dekatnya.

"Ya sudah, saya pergi dulu. Kamu jangan lupa jaga diri kamu Kay, satu tahun saya tidak akan muncul di hidup kamu." Mikayla terhenyak sebentar dan menengok menatap Gama yang tersenyum manis ke arahnya.

"Mau ingkar dari ucapan lo sendiri?" Tanpa sadar, hati Gama melega. "Ya udah, pergi tinggal pergi."

Walaupun begitu perih di dengar, Gama tetap tersenyum. "Saat saya kirim pesan ke kamu suatu saat nanti, jangan lupa pakai setelan itu dan datang ke acara penting itu."

"Mohon izin ibu negara, Garuda Maheswari pamit undur diri!"

***

Magelang
27 September 2021

Garuda Untuk Mikayla ( END - LENGKAP )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang