【13】Terbuang

2K 349 11
                                    

Duduk sambil melipat lutut dengan bibir memberengut kesal. Bagaimana tidak kesal karena rencana kaburnya gagal total. Melewati pintu rumah sudah dilakukan Dara tadi sore namun tak dapat akses untuk bisa keluar dari gerbang.

Dirinya tiba-tiba dihadang oleh Pak Eman dan Pak Andi--satpam rumah--ditemani oleh para penjaga yang dia tidak hapal sebagian namanya. Dara cukup terintimidasi dengan pria-pria tegap berseragam safari itu. Walau memang tak satupun dari mereka berbuat kasar apalagi kurang ajar pada Nona mudanya.

Mereka katanya diperintahkan untuk menjaga gerbang. Mau memanjat tembok belakang rumah namanya cari mati karena Dara bukan ninja. Bukan pula cecak yang bisa berjalan di tembok, apalagi tingginya sepuluh meter. Mami juga ternyata pergi lagi entah kemana setelah menegur Dara di kamar tadi.

Awalnya Dara akan kabur ke rumah Bulik Saras--Adik Papi--yang tinggal di daerah Jakarta Barat. Selain karena rumahnya masih di Jakarta namun yang terpenting di sana Dara merasa diterima. Ini bukan kisah sinetron Indonesia, di mana saat kabur dari rumah lalu lontang-lantung di jalan terus kehujanan dan pingsan. Berakhir ditemukan ibu baik hati yang akan menjodohkan dengan putranya yang tampan dan kaya raya. Itu imajinasi berlebihan dan tidak realistis sama sekali. Hidup di dunia nyata tidak semudah kisah fiksi, kawan.

Dara tadi bahkan telah membawa uang tunai hasil tabungannya. Percaya atau tidak, tapi sejak dulu Dara punya firasat akan kabur suatu hari nanti. Oleh karena itu, dia selalu menabung dalam bentuk uang tunai. Transaksi keuangan lewat bank pasti akan terlacak. Sungguh, sejak dulu Dara hanya menunggu moment untuk bisa keluar dari rumah ini saja.

"Duuuk," kepala Dara terantuk bagian sisi lemari.

Menggosok-gosok kepalanya pelan. For your information, saat ini Dara memang sedang bersembunyi di lemari kayu yang berada di ruang kerja. Rencananya, dia akan bicara dan meminta Papi untuk mendukungnya. Dibanding Mami, Papinya lebih bisa diajak kompromi.

My father is my hero.

Sumpah, Dara akan melakukan syarat apa saja asal masih diperbolehkan berpacaran dengan Kenneth. Lagian, Papi lebih memanjakan putri bungsunya ini. Tak mungkin Dara bicara saat makan malam tadi karena ada Maminya. Sebenarnya, lebih sebab alasan takut sih.

Lemari yang awalnya berisi berkas membuat badan Dara agak kram, padahal semua berkas sudah dipindahkan ke tempat lain. Lebar lemari paling pojok ini sekitar setengah meter dan tinggi tiga meter dengan partisi pembatas berjarak satu setengah meter. Lumayan sebenarnya untuk tempat bersembunyi walau memang harus berjongkok. Tentu Dara juga tidak menutup rapat pintunya karena dirinya butuh oksigen.

Dara yakin Papinya akan menyempatkan diri ke ruang kerja. Pokoknya, Dara harus bicara empat mata dengan beliau tanpa diketahui oleh Maminya. Mata Dara hampir terpejam karena mengantuk. Memang sudah lewat waktu tidurnya, tadi dia mengendap-ngendap keluar kamar menuju ke sini. Saat ingin menyamankan posisi punggungnya, tiba-tiba terdengar pintu ruangan dibuka lalu ditutup.

Terdengar kursi ditarik pertanda Papinya akan duduk. Senyum tersungging di bibir Dara karena penantiannya berakhir apalagi kakinya mulai terasa kesemutan. Dirinya baru akan bersiap keluar dari lemari tempat persembunyian namun_____

"Braaaak," suara pintu dibuka secara kasar dan tentu menabrak dinding membuat badan Dara yang sudah kaku makin kaku. Kaget, takut, dan waspada di waktu bersamaan.

Tak mungkin ART yang melakukannya jadi tadi itu pasti perbuatan___

"Sudah terlalu malam untuk mencari-cari masalah, Farah," ucap Sasono Darma Atmodimedjo alias Papi Dara tenang.

Tuh kan benar tebakannya, Mami yang datang.

Astaga naga!

Gagal deh... Hadeeeh!

Prambanan Obsession (END)Where stories live. Discover now