Woman in White Dress (2)

421 61 22
                                    

Woman in White Dress
Part 2

Wu Xie dan Zhang Qiling menghabiskan hari pertama di sana untuk berkeliling ke berbagai toko kecil yang menjual barang antik, galeri, kedai makanan, dan tempat-tempat lain yang cocok bagi pemuda lincah dengan semangat menggebu dan kamera di tangan. Wu Xie mengambil potret setiap tempat yang dia lewati atau kunjungi. Zhang Qiling menghela napas berulang kali setiap kali Wu Xie berhenti dan menghabiskan sedikit waktu lagi hanya untuk mencari sudut yang pas dalam mengambil potret yang dia inginkan. Bahkan Zhang Qiling juga menyadari bahwa Wu Xie sering memotret dirinya secara diam-diam.

Cihhh.

Mau bagaimana lagi? Dia tidak bisa menolak keinginan Wu Xie bahkan hanya yang paling sederhana.

"Kita belum mengunjungi menara Pengbuxi yang terkenal itu," celetuk Wu Xie, berjalan perlahan sambil sibuk dengan kamera Nikkon terbarunya. Lewat sudut matanya, Wu Xie tahu Zhang Qiling berjalan sama lambatnya dengan tatapan menyapu jajaran kedai makanan. Matahari bersinar cerah di langit siang tetapi udara tetap terasa dingin. Ini hampir tengah hari.

"Oke, aku tahu kau lapar dan tidak akan mengatakannya sampai aku yang mengajakmu. Jadi, mau makan apa siang ini?" Wu Xie menempatkan telapak tangan di alisnya untuk menatap ke kejauhan tanpa merasa silau.

"Lihat, kedai masakan lokal. Aku membayangkan tumis daging pedas dan sayuran. Kuharap mereka memilikinya. Mari!"

Ditariknya tangan Zhang Qiling dan mereka hampir berlari kecil menuju kedai yang dimaksud Wu Xie. Di tengah sedikit orang yang berlalu lalang, mereka berbaur tanpa canggung seakan menyatu dengan kedamaian desa itu.

Mereka makan sepuasnya dengan beragam menu masakan asing di desa yang relatif sepi. Setelah itu, Wu Xie memutuskan menghabiskan sisa hari dengan melakukan perjalanan yang menegangkan ke pemakaman lokal, melihat menara Pengbuxi yang megah, dan mendengar cerita tentang boneka sihir serta hantu.

Daya tarik desa itu sangat mempengaruhi Wu Xie dan ia mendapati dirinya berada di dalam toko yang menjual barang antik, bola kristal dan daun teh spesial.

Lan Ting adalah seorang wanita dengan rambut hitam panjang yang dijalin dengan gaya khas desa ini, mengenakan gaun hitam panjang. Wu Xie memperkirakan usianya sekitar tiga puluh lima tahun.

"Ada yang bisa aku bantu?" Wanita itu menyibakkan manik-manik yang tergantung di pintu masuk ke bagian lain toko ke samping tubuhnya dan berjalan mendekati Wu Xie. Aroma kemenyan terpancar dari tubuhnya membuat Wu Xie hampir yakin bahwa wanita ini adalah seorang dukun. Wu Xie pura-pura terkejut dan tersenyum canggung, "Aku melihat-lihat benda antik yang dijual di sini. Apakah benda-benda ini asli?"

"Ya. Bahkan pecahan batu sederhana pun dipercaya adalah jimat dari dewa yang jatuh dari puncak menara Pengbuxi yang diberkati." Lan Ting menunjuk sebuah pecahan batu seukuran kepalan tangan anak kecil. Hitam pekat dan tidak menarik. Apakah benda jelek ini benar-benar sebuah jimat? Wu Xie mengernyitkan dahi.

"Apa yang bisa dilakukan jimat ini?"

"Mengusir hantu."

Wu Xie ingin tertawa tapi dia menahannya. "Benarkah? Aku pikir akan lebih cocok digunakan untuk mengusir penguntit."

Wu Xie memperagakan bagaimana tangannya mencengkeram batu itu, lantas melemparkan ke satu arah.

"Dan crashh! Jidatnya terluka." Dia menutup guyonan buruknya dengan tawa kecil yang segera memudar sewaktu melihat tatapan Zhang Qiling memperingatkannya.

"Ehm, oke. Hanya bercanda." Dia terbatuk, melirik Lan Ting yang memasang wajah masam.
"Sebenarnya aku sangat menghargai artefak, barang antik, dan sejenisnya. Harga mereka tak ternilai, dan beberapa di antaranya memang membawa mitos dan cerita masing-masing."

𝐍𝐞𝐜𝐭𝐚𝐫 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Where stories live. Discover now