Knock Knock Loving You (5)

106 11 13
                                    

Pemain musik jalanan yang bernama Jia Kezi tampak kebingungan sewaktu dua pemuda tiba-tiba datang padanya dan menyeretnya dengan paksa ke sebuah kafe. Dia mengenal salah satunya, yaitu Pangzi. Tapi dia tidak familiar dengan Wu Xie. Namun anak muda yang satu ini yang terlihat sangat bersemangat.

"Sebenarnya ada apa ini?" akhirnya Ji Kezi diberi kesempatan untuk bersuara. Itu pun setelah tiga cangkir kopi dan tiga macam makanan tersaji di meja.

"Kami memerlukan bantuanmu," ujar Pangzi dengan nada persuasif.

"Bantuan apa?" Jia Kezi menatap curiga.

"Ah, santai, kawan. Minum dulu kopimu," Pangzi terkekeh, melirik Wu Xie yang justru sangat tidak sabar.

Pemain musik jalanan itu mengangkat bahu, meraih cangkir kopi dan menyesapnya. Kopinya lezat dan temperaturnya pun sangat pas.

"Oke. Sekarang jelaskan. Aku tidak memiliki banyak waktu. Setelah tengah hari biasanya akan turun salju dan aku harus mengakhiri permainan musikku di tepi jembatan sana." Jia Kezi menatap keluar ke langit yang kelabu saat mengatakan itu.

"Kami akan membayar untuk waktumu yang terbuang," Pangzi menyela sambil tersenyum lebar, lantas dia segera meralat, "lebih tepatnya, pemuda ini yang akan membayarmu."

Dia menggerakkan dagu ke arah Wu Xie yang disambut desisan pelan.

Jia Kezi ikut-ikutan menatap Wu Xie.

"Membayarku untuk apa?"

"Bermain musik," tukas Wu Xie. Kemudian dia mengeluarkan buku tua dan kusam itu dari dalam tasnya.

"Coba kau lihat dan salin nada-nada ini." Tangannya bergerak hati-hati membuka lembaran sepertiga akhir buku.

Sorot mata Jia Kezi tampak tertarik mendengar tentang nada-nada dan musik. Dia mulai memperhatikan penjelasan Wu Xie sambil mengamati bagian-bagian yang ditunjukkan Wu Xie padanya. Di akhir penuturan, pemain musik itu mengerutkan kening, lantas terbatuk kecil.

"Sekali lihat saja, bisa kukatakan ini melodi yang sulit," komentarnya, menarik napas berat, tapi tidak mengalihkan perhatian dari halaman buku.

"Sulit? Tapi kau pandai bermain musik, bukan?" sergah Wu Xie dengan kecewa.

"Uh, begini maksudku. Nada-nada ini aneh dan sulit, tapi bukan tidak bisa dimainkan. Mungkin hasilnya tidak sempurna seperti jika dimainkan seorang musisi profesional," Jia Kezi meluruskan. Sejujurnya dalam hati ia pun merasa tertantang memainkan barisan nada sulit itu.

"Aku tak peduli. Kau coba saja," ujar Wu Xie lagi, suaranya bergetar oleh semangat.

Si pemain musik menimbang lagi sambil sesekali meneguk kopinya. Barisan nada membuatnya fokus hingga tidak menyadari bahwa makanan di meja terus dilahap Pangzi secara perlahan tapi pasti.

"Aku bisa melakukannya. Tapi sebelum itu, katakan alasannya mengapa kalian begitu terobsesi dengan nada-nada ini, bahkan sampai ingin membayarku untuk itu."

Sesaat Wu Xie dan Pangzi saling berpandangan.

"Kami tidak bisa mengatakan ini sekarang. Tapi akan ada sesuatu yang mengejutkan di akhir permainan. Itu pun jika permainan musikmu tepat," ucap Wu Xie.

Jia Kezi menatap Wu Xie dengan wajah tertekan. "Apa itu?" tanyanya sedikit ngeri.

"Bukan sesuatu yang mengerikan. Kau mungkin akan terkejut, atau hanya takjub. Sudahlah, kau setuju bukan?" desak Wu Xie, tidak ingin jika pemain musik itu berubah pikiran.

"Selain itu," Pangzi tidak mau kalah dalam mempengaruhi Jia Kezi, "nada-nada sulit itu akan menjadi tantangan buatmu. Jika kau berhasil memainkannya dengan baik, artinya kau memang pemain musik yang hebat. Nah, kau bersedia menghadapi tantangan ini?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐍𝐞𝐜𝐭𝐚𝐫 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang