(⁠。A )⁠ = 7 ✧

142 76 21
                                    

Jangan lupa vote
Jangan lupa comment, satu komen dari kalian adalah mood bagiku.

Jangan lupa follow
Jangan lupa masukin perpus
Bantu 265 followers yuk

⚠️Warn!⚠️
Toxic/Harsh words, non baku

Happy Reading


"Asep!! Sep, Asep!" Danur berlari lalu menabrak badan mungil yang berbalik karenanya.

"Aduh, kak! Sakit tahu! Jangan main tabrak humph!" Asep menggembung pipi dengan mata melotot lucu. Sangat imut sampai Danur nggak sadar kalau si empuh sesak napas gara-gara pelukannya.

Asep juga tak berniat memberitahunya. Karena enggan terlepas dari pelukan hangat tersebut. Ia pun melepas payungnya lantas menilik angkasa, menatap syamsi yang menyerok di atas awan.

Dia masih punya masa. "Kak, Asep boleh balas pelukannya?" tanyanya.

Danur mengangguk. Membuat Asep segera membalas pelukan tersebut. Mengabaikan insan yang menatap pedih dari kejauhan.

Leo membisu. Ia terpaku pada dua insan yang berpelukan di depan matanya. Lantas tersenyum, menyembunyi rasa yang menggerogoti benaknya.

Dia pun melangkah maju. Berupaya melepas peluk mereka yang amat erat. "Sudah woi sudah.. tuh payung lo mabur kena angin. Nanti kulitmu terbakar.." tegurnya sambil menilik atas, memandang mega yang bergeser perlahan.

"Eh iya!" pekik Danur sembari melepas peluk lantas mengambil payung Asep yang kabur tersapu angin.

"Nih!" Ia memberi payung tersebut kepada Asep. Sebelum syamsi kembali menyingsing panas.

Asep tersenyum. Berucap lirih melafal kata, "Terimakasih.."

"Sama-sama.." Danur tersenyum lebar lantas mengusap lembut rambut putih Asep.

Sementara Leo mendengus. Menggerutu dalam hati tanpa mengalih pandang dari mereka berdua. Ia tahu, kalbunya lara. Lamun tetap menatapnya seolah tak merasa apapun.

Padahal benaknya hancur dihantam rasa. Memang memilukan, tapi Leo tak peduli. Karena ia percaya, dia masih memiliki kesempatan seperti kata Yanto.

"Oh ya, main Latto-latto yuk! Aku udah bisa mainnya!" ajak Danur sambil mengeluarkan benda itu dari dalam sakunya.

Asep mengernyit. Dia baru tahu kalau Danur menyukai bising itu.

"Wah! Keren!" sanjungnya.

"Tunjukkin dong!!" Ia meminta dengan mata berbinar. Danur yang melihatnya spontan jantungan. Nggak kuat sama yang manis-manis.

Selepas degup jantungnya normal. Barulah ia menunjukkan skillnya yang menuai sanjung dari Asep.

Tek.. Tek.. Teketeketek..

"Daebak! Keren!"

Asep bertepuk tangan ria. Menikmati skill bermain Danur yang tampak memukau di matanya. Sementara Leo berdecih, terakuk lesu sembari menatap sepatu putihnya.

Setelah itu ia berjongkok. Memainkan tali sepatunya yang terurai. Dia tak lagi tertarik pada dua insan yang asyik di dekatnya.

Lebih baik dia menali ikat sepatunya daripada menyaksikan pemandangan pedih yang mencatuk kalbu. Lamun tiba-tiba seseorang berjongkok di depannya, mengambil alih perannya dalam menali.

"Lo tuh salah ngikat sepatunya. Harusnya gini.." kata Danur sambil menalikan tali sepatu Leo yang terlepas.

Sementara si empuh membisu. Tenggelam dalam rasa yang lagi-lagi merambat di benaknya. Lalu ia tersenyum tipis, meresap panas yang menjalar di wajahnya.

Latto-Latto In Love {Fem!Dom} Where stories live. Discover now