Aku Bukan Cinderella

1.2K 190 111
                                    

.

.

.

Naruto's point of view

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naruto's point of view

.

Aku bahagia menikahi gadis bermanik rembulan. Seakan aku mampu menggapai bulan di matanya, kebahagiaanku terasa sulit untuk ku tanggung sendiri. Aku akhirnya bisa membawanya ke altar pernikahan.

Aku akhirnya bisa menjadikannya milikku. Walau hanya dengan serangkaian acara yang teramat sederhana. Mulai hari ini dan seterusnya, aku akan berusaha membuatnya bahagia.

***

Malam pertama, kami menginap di hotel. Namun dengan malu-malu gadisku menjawab jika ia sedang datang bulan. Ah, sepertinya aku harus bersabar agar tak sembarangan menjamahnya.

Dia bilang sangat senang bisa keluar dari rumah yang sangat memuakkan. Dia bilang ibu tirinya tak cukup peduli, aku hanya mendengarnya berceloteh tentang ini dan itu tanpa bisa mengalihkan mataku.

Aku senang mendengar celotehnya mulai dari hal yang tak penting hingga yang terpenting. Semua yang keluar dari bibir mungil istriku, sangat indah untuk didengar. Tak ku biarkan sepenggal tema luput dari pendengaranku.

***

Hari pertama kami pindah ke rumah kontrakan yang sederhana, kami sangat sibuk. Aku merasa bersalah karena tabungan Hinata terkuras habis untuk membayar uang kontrakan. Tapi aku janji akan menggantinya secepatnya.

"Maafkan aku sayang, aku akan mencari pekerjaan mulai sekarang. Kau percaya padaku 'kan?"

Hinata mengangguk pelan, "baiklah kita bisa memperbaiki ekonomi secara perlahan-lahan." Ucapannya kala itu sangat menenangkan dan membuat semangatku terbakar untuk membahagiakannya.

Aku terlalu bahagia dengan kehidupan sederhana yang ku miliki. Jika biasanya aku hanya duduk dan kebutuhanku terpenuhi seperti sihir, kali ini berbeda. Aku harus menyiapkan segala kebutuhanku sendiri. Jika biasanya aku perlu menjentikkan jari, lalu segala bentuk kemewahan akan menghampiri, namun kali ini aku harus bersabar.

Tetapi aku bahagia walau harus hidup sederhana seperti ini. Kebahagiaanku bukan lagi tentang uang, kebahagiaanku berporos pada Hinata. Aku jadi tidak sabar ingin memilikinya seutuhnya.

***

Beberapa minggu terlewati, tamu bulanan Hinata tak kunjung selesai. Aku menjadi heran, bagaimana bisa wanita mendapatkan tamu bulanan selama itu. Karena rasa penasaran yang mencekik, akhirnya ku telepon Sakura, seorang teman yang berprofesi sebagai dokter.

"Kau gilaa?! Tentu saja tidak ada wanita yang datang bulan selama itu. Apa kau bodoh?!! Kau harus bertanya mengapa dia mengatakan hal konyol seperti itu Naruto!"

Dan dengan suara nyaringnya yang nyaris membuat gendang telingaku sakit, kini aku mengerti jika Hinata membohongiku. Ia tak datang bulan melainkan ia berusaha menolakku.

I AM CINDERELLA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang