21| Against All Odds

79 26 4
                                    


Sebuah pertanyaan membawa Ivana kembali terombang-ambing dalam memori. Hingga ia sampai pada momen menakjubkan. Dada sang gadis penuh akan gemelitik yang mengganggung, tetapi menetap nyaman dalam tubuh.

Danau besar membentang luas sejauh Ivana menyapu pandang. Seakan seseorang membawa bagian kecil perairan Andressa di hadapannya, meski tidak seluas laut yang menjadi rumah baginya. Pantulan cahaya yang bermain pada permukaan air tenang membuat danau ini terlihat bagai sebuah cermin raksasa. Ribuan bintang tersebar pada hamparan langit pula pada danau, menjadi sumber cahaya di tengah pelukan malam. Angin dingin membawa aroma manis dari puluhan bunga yang menghiasi danau.

Dalam sebuah gazebo yang dipenuhi oleh gradasi Hydrangea berwarna biru lembut, Ivana berdiri ditemani seorang pria. Pemandangan menakjubkan serta tangan kekar dalam gandengan membuat debaran semakin menggila. Setelah waktu berlalu, sang pria akhirnya memecahkan sunyi.

"Aku tahu ini tidak bisa menggantikan laut yang kau rindu."

"Setidaknya ini adalah danau terbesar di istana," jelasnya menggunakan suara yang dalam, meski gugup ia sembunyikan dengan baik di balik kalimat tegas.

"Ini indah."

Ivana membalas sambil menahan tatapan pada hamparan danau tenang di hadapannya. Sangat takut bila ia mengunci pandang dengan pasangan manik emas, semua perasaan yang ia simpan baik-baik akan terselip keluar.

"Benarkah?—Ma-maksudku, senang bila kau menyukainya."

Ketika gugup terlalu besar untuk ditahan, sang pria melontarkan kalimat penuh akan antusias yang selama ini ia jaga baik-baik. Sebuah sikap yang jauh dari etika. Memaksa keduanya menarik jarak canggung dan gazebo kembali terlahap sunyi.


"Tuan Putri."

Menjadi satu-satunya malam di mana pemegang kuasa tertinggi jatuh dalam gelisah, bahkan hanya untuk memanggil nama sang putri. Kaisar yang menjadi panutan setiap insan kini wajahnya penuh akan peluh. Sempat bersumpah dalam hati kepada dewa, untuk sekali ini memberkatinya agar dapat melalui momen ini. Setelah mengumpulkan keberanian, kaisar pun akhirnya membuka mulut.

"Aku memang penuh percaya diri saat menyatakan akan membuatmu jatuh cinta kepadaku, tetapi ...."

"Apa kepercayaan diri itu kini hilang?"

Keraguan sang kaisar dibalas cepat oleh Ivana. Putri cantik yang rambutnya menari lembut oleh angin malam tidak sedikit pun berpaling dari hamparan air luas. Di mana pasangan angsa menari menghasilkan riak lembut di permukaan danau yang tenang. Kaisar menatap keindahan sang putri hingga lupa bernapas. Pemandangan menakjubkan ini selalu mampu membuatnya tidak berdaya, di mana di hadapannya kekuatan dewa yang diagungkan setiap manusia kini kehilangan arti. Sama ketika ia menatap sang putri pertama kali, gadis ini tidak pernah menatap kepadanya. Bukan keangkuhan, hanya ketidakpedulian.

"...." Kaisar kehabisan kata.

Sangat sulit memahami wajah cantik yang tidak sedikit pun membiarkan perasaan terselip. Pria yang rambutnya menyala seterang surya kini menarik pandang menjauh dari sang putri. Tertunduk dalam sambil memutar otak dengan keras agar dapat menjawab pertanyaan yang menggantung. Putri Andressa memang memiliki kekuatan unik yang dapat membuat Kaisar Agung Lithia terlihat menyedihkan.

Di tengah keheningan yang mencekam, Ivana akhirnya membuka mulut.

"Ini adalah malam terakhir." Sang putri menahan kalimat. Takut bila ia melempar seluruh kalimat, suaranya akan penuh getar.

"Jika kau tidak bertanya, maka selamanya kau tidak akan tahu."

Dua mata safir kini menangkap pasangan emas, keduanya saling mengunci. Wajah cantik Ivana tidak menceritakan emosi apa pun, tetapi tatapan itu dengan tegas meminta sang kaisar untuk bertanya. Hanya dari itu Ivana dapat mengeluarkan semua yang selama ini tersimpan. Meski wajah cantik menatap kaisar dengan datar, kedua tangan mungil menahan gugup dengan sangat teliti. Di mana jauh di dalam dada sebuah jantung berdetak gila.


For Her Eternal Nights [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang