22. Teman

1.8K 53 0
                                    


Bianca terkejut melihat mejanya dipenuhi tumpukan sampah. Ia mengedarkan pandangan ke sekitar. Namun, semua murid yang ada di dalam kelas itu terlihat biasa saja. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Tidak ada satu orang pun yang peduli dengan dirinya. Siapa yang melakukan hal setegah ini kepada dirinya? Tidak hanya itu. Dimeja juga banyak tulisan kata-kata kotor untuknya, ia sudah hamir menangis. Suara tawa pun perlahan mulai terdengar. Bianca berbalik dan mendapatkan seisi kelas tengah menatap kearahnya dengan remeh. Kali ini, ia benar-benar kelihatan rendah. XII IPA 1 benar-benar kejam.

Bianca mengepal tangannya. "siapa yang udah ngotorin meja gue?"

"sok punya nyali besar!" ketus seorang siswi bernama Keryn.

"masih punya malu lo bali ke sini?" tanya siswi lain bernama Viona.

"CABUT LO DARI PELITA HARAPAN!" teriak sekertaris kelas bernama Tri. Gadis itu melempar penghapus papan tulis kearah Bianca.

Bianca meringgis. "lo pada gak berhak menghakimi gue kayak gini!"

"halah! jadi perempuan bayaran aja belagu lo!" ejek Viona

Bianca menunjuk wajah Viona. "jaga mulut lo ya!"

"jaga mulut gue? Tubuh lo kali yang harus dijaga!" balas Viona membuat seisi kelas tertawa.

"Dibayar berapa lo semalam?" tanya Erick.

Bianca menatap Erick marah. "dasar cowok berengsek!"

Erick berjalan mendekati Bianca. Ia mencekal lengan gadis itu kuat. "kenapa? Gak mau gue sewa lo?"

Plak! Bianca menampar keras wajah Erick. "Mulut sampah!" teriaknya.

"sialan nih cewek!" Erick memperkuat cekalannya. Ia memandangi tubuh Bianca dengan tatapan mengoda.

"LEPASIN DIA BANGSAT!"

Brandon Calvin Dharmendra. Tiba-tiba masuk kedalam kelas XII IPA 1. Ia menarik kerak baju Erick kuat dan langsung meninju rahangnya keras. Dengan kedua mata nyalang, ia memukul Erick habis-habisan. Sejujurnya, ia sudah mengamati Bianca dari balik jendela sedari tadi. "sekali lagi lo sentuh dia habis lo!" teriak brandon. Cowok itu lalu menarik tangan Bianca dan membawah gadis itu keluar.

Kini Brandon dan Bianca sudah berada ditaman belakang. Brandon sendiri mengapa tiba-tiba ia membawah Bianca ke sini. Dua hari ini ia sudah bertekat untuk tidak bertemu dengan Bianca. Tapi wajah gadis ini terus menerus muncul dalam benak Brandon. Ia membuang napas kasar.

"BANGSAT!" umpatnya sambil meninju dinding.membuat Bianca terkejut.

"Bisa gak lo sekali aja gak buat gue kepikiran?" tanya Brandon.

Biancan mulai terisak. "semua yang lo lihat itu gak benar!"

"apa? Foto-foto itu? Lo mau bilang kalau itu bukan lo?"

Bianca menggeleng. "itu gue...."

"terus? Apa yang mau lo jelasin?"

"gue gak ngerti bran."

Brandon berdecih. "Apa sih, yang lo ngerti, ca? Argantara?

"gak bran!"

"you don't understand other people's feelings, ca." Ucap Brandon lalu pergi dengan amarah yang masih terbendung dalam dirinya.

Badan bianca terasa begitu lemas. Ia menyandarkan punggungya ke sudut dinding. Tangisnya pecah begitu saja ketika Brandon pergi darinya. Ia tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Bahkan keluargannya pun tidak ingin berbicara dengannya. Apa yang harus ia lakukan? Ia sudah menyerah dengan semua ini.

ARGANTARANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ