Chapter 2

202 16 0
                                    

Setelah pertemuan pertama waktu itu, Anala dan Eckart rutin bertemu. Baik itu hanya sekedar menikmati makan siang bersama, menonton film, ataupun sekedar berbelanja di supermarket. Tidak hanya pergi berduaan, tidak jarang juga keduanya terlihat pergi bersama Nuri.

Seperti hari ini, ketiganya baru saja keluar dari bioskop setelah menonton film animasi anak-anak yang sudah tayang sejak empat hari yang lalu. Rencananya mereka tidak akan bertemu hari ini, mengingat kemarin keduanya baru saja bertemu untuk sekedar makan siang bersama. Tapi kekuatan rengekan Nuri mampu membuat kedua orang dewasa tersebut mengalah.

Setelah menonton, Eckart memutuskan untuk mengajak Nala menemaninya berbelanja. Mumpung sedang di luar rumah dan kebutuhan rumah juga sudah menipis.

Nuri sudah berada di dalam mobil. Sedangkan keduanya sibuk memasukkan belanjaan mereka ke bagasi mobil. Setelah memasukkan seluruh kantong belanjaan, Eckart menutup bagasi mobil dengan cepat.

"Kamu ada rencana lain setelah ini?" Tanya Eckart.

"Umm, tidak untuk dua sampai tiga jam kedepan, tapi aku akan menjemput saudaraku dan tunangannya nanti jam sebelas malam."

"Mau makan malam di rumahku?" Tanya Eckart dengan sedikit ragu. Ini kali pertama dia mengajak Nala ke rumahnya.

"Apa boleh?"

"Tentu saja, kenapa tidak boleh?"

"Hahaha, mana aku tahu. Bisa saja aku membuat orang lain cemburu."

"Tidak, siapa yang akan cemburu pada pria tua sepertiku." Eckart tertawa pelan setelah menyelesaikan kalimatnya.

Nala yang melihat tawa itu merasakan hangat di dadanya. Baginya, senyum dan tawa Eckart sangat menawan. Nala suka.

"Tidak, kamu tidak tua sama sekali. Justru terlihat-" Nala menghentikan kalimatnya.

"Terlihat apa, hm?"

"Bukan apa-apa. Ayo, aku rasa sebaiknya kita cepat pulang." Nala berbalik mencoba pergi meninggalkan Eckart sendiri, namun Eckart menahannya. Nala pun berbalik menatap wajah Eckart karena terkejut.

"Aku terlihat apa Nala?" Tanya Eckart dengan nada yang sedikit menggoda..

Nala mengalihkan pandangannya, wajahnya memanas, "Bukan apa-apa, lupakan saja."

Eckart meraih dagu Nala dan Nala terpaksa menghadap Eckart kembali. Namun matanya melihat ke arah lain. Sungguh, kelakuan Eckart tidak baik untuk kesehatan jantung Nala. Bisa saja kan sekarang jantungnya berhenti setelah berdetak melebihi kecepatan normal.

"Nala, coba lihat aku dan katakan apa yang tadi ingin kamu katakan. Jangan buat aku mati penasaran."

Nala yang mendengar kalimat Eckart mau tidak mau menatap manik Eckart. Detak jantungnya belum kembali normal, justru berdetak semakin cepat dan sepertinya Eckart bisa mendengar detak itu saking kencangnya.

"A-aku.. I-itu bukan apa-apa, sungguh."

Eckart mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Nala dengan lembut. "Lain kali selesaikan kalimatmu jangan buat aku penasaran lagi. Kali ini aku maafkan."

Eckart melepaskan tangannya yang sejak tadi memegang dagu Nala. "Ayo, kita pulang sekarang. Nuri sepertinya sudah lapar."

Keduanya memasuki mobil, Eckart di belakang kemudi dan Nala duduk di sampingnya, sedangkan Nuri duduk di kursi belakang sedang asik dengan tablet sang ayah.

"Nuri mau duduk di depan?" Seperti biasa, Nala menawarkan Nuri untuk duduk bersamanya.

Nuri menggeleng, "No, I'm okay here."

Moving On (BL - Omegaverse)Where stories live. Discover now