Chapter 9

82 9 0
                                    

Nala bergelung di dalam selimutnya setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 20 jam. Perut yang sedari awal sudah terasa tidak nyaman, kini semakin tidak nyaman karena jet lag.

"Mual." Rengeknya.

Usapan lembut mendarat di pucuk kepalanya, "Kamu istirahat saja, biar aku nanti ditemani Papi untuk mengecek kesiapan untuk acara pernikahan nanti."

"Tapi aku juga mau."

"No, kamu stay di rumah saja. Jangan kemana-mana sampai tubuhmu merasa lebih baik." Tegas dan tidak menerima penolakan.

Nala mencebikkan bibirnya, "Baiklah, hati-hati ya, sweetie."

Sebuah kecupan diberikan di kening sang kekasih, "Aku pergi dulu."

Setelah kepergian Eckart, Nala menatap langit-langit kamar yang sudah lama sekali tidak dilihatnya. Pikirannya melayang ke hari dimana kejadian kurang mengenakkan itu terjadi. Sebuah tragedi memang, tapi untunglah setelahnya kedua orang tua mereka langsung setuju untuk segera menikahkan keduanya dan Nala tidak menyangka, pernikahan yang dinanti-nantikan akan segera dilangsungkan dalam hitungan hari.

Dalam waktu tiga minggu, with the power of money, persiapan pernikahan Nala dan Eckart sudah 85% rampung. Tinggal menambahkan beberapa detail kecil dan rencananya keduanya akan melihat venue pernikahan mereka bersama sang Papi, tapi apa daya, Nala kini hanya bisa terbaring lemah di atas tempat tidurnya.

Fuck this jet lag!

Tapi tidak apa, masih ada nanti sore, Nala rencananya akan jalan-jalan bersama Eckart sambil menikmati suasana kota Bandung. Selain jalan-jalan, Nala juga punya satu agenda penting yang selalu dia lakukan setiap kali pulang ke kota kelahirannya. Menyambangi tempat peristirahatan sang kekasih hati dan juga kedua buah hatinya.

Nala tidak akan pergi sendirian, kali ini dia akan mengajak Eckart, sekalian memperkenalkan calon alpha yang semoga saja menjadi pendamping hidupnya hingga nanti mau memisahkan.

Namun yang jadi masalahnya adalah Nala belum membicarakan kunjungan ini secara langsung kepada Eckart, hanya sekedar ajakan jalan-jalan saja.

Sungguh, Nala khawatir, takut-takut jika Eckart menolak ajakannya. Selain itu juga Nala tidak tahu harus bagaimana mengatakan hal ini pada sang kekasih. Takut salah dalam berbicara, takut menyinggung Eckart juga, tapi poin utamanya tetap takut Eckart menolak.

Karena asik dengan merangkai kata-kata ajakan untuk Eckart, Nala yang sejatinya memang sudah mengantuk, terkena jet lag lagi itu akhirnya terlelap dan di saat Nala membuka mata, matahari sudah mulai turun dari singgasananya.

Setelah bersiap-siap secepat kilat dan mengenakan pakaian favoritnya, polo shirt dan celana chino, Nala terlihat lebih fresh dibandingkan tadi pagi.

Dengan Nala di belakang kemudi dan Eckart duduk manis disampingnya, keduanya meluncur menuju barat kota bandung, menjauhi hiruk pikuk kota Bandung di sore hari.

Mobil yang dikendarai Nala melaju cukup cepat, kini keduanya sudah memasuki area pohon pinus yang tumbuh tinggi menjulang di sepanjang jalan yang mereka lalui dan tak lama kemudian mobil yang dikendarai Nala terhenti.

Nala langsung melepaskan seat belt dan dengan cepat merubah posisi duduknya menghadap Eckart.

"Tolong, jangan salah paham, okay?"

Eckart menatap Nala dengan tatapan bingung, "Salah paham?"

Nala kemudian meraih tangan Eckart dan menggenggamnya erat, "I love you, really do." Nala menjeda kalimatnya, "Kita di sini sekarang karena aku ingin mengajakmu untuk menemui Nawa, Yoga dan juga Yoda."

###

Nala berjongkok di samping gundukan tanah yang ditumbuhi rumput hijau terawat. Tangannya menyentuh batu granit hitam dengan ukiran nama sang kekasih hati yang dulu pernah mengisi hidupnya.

"Hai, maaf ya udah lama ga jenguk kamu."

"Gimana di sana? Kamu gak kesepian kan? Ada Yoda sana Yoga yang nemenin kamu ya."

"Gimana twins, mereka pasti udah gede-gede ya? Pasti udah bisa lari-lari, udah cerewet, udah kepo sama ini itu. Mereka nanyain aku gak?"

"Kalian bertiga pasti bahagia di sana kan?"

Semua pertanyaannya tidak terjawab. Namun Nala tetap berbicara pada batu nisan dingin tersebut.

"Jujur, sampai hari ini aku masih gak rela, kenapa kalian tega ninggalin aku sendiri? Kenapa aku gak boleh ikut juga?"

"Nawa, aku kangen kamu terus, kangen ketawa kamu, kangen senyum kamu, kangen bau kamu, kangen pelukan kamu, kangen masakan kamu, kangen cerita random kamu, kangen ngeteh bareng di halaman belakang sama kamu, aku kangen semuanya." Nala kemudian tersenyum sambil menahan agar air matanya tidak jatuh.

"Aku gak sekuat itu, butuh waktu bertahun-tahun buat aku ikhlas dan bangkit. Aku nangis, aku marah, aku kecewa, semuanya aku rasain. Kamu juga pasti tau, aku sering nangis di sini. Setiap kangen aku pasti ke sini kan? Trus ujung-ujungnya pasti nangis juga. Aku yakin, kamu pasti bosen liat aku nangis terus tiap kali aku ke sini. "

"Gak mudah, tapi aku bersyukur, aku masih bisa bernafas sampe saat ini. Karena dukungan Papi sama Papa, A' Jora, Aius, sama Nakoa makanya aku hari ini bisa balik lagi ke sini buat jenguk kamu sama twins."

"Ngomong-ngomong, aku mau ngenalin seseorang ke kamu." Anala kemudian melihat kebelakang, menatap sosok yang masih berdiri tegak di belakangnya sejak tadi. Tersenyum sebentar ke arah sang kekasih, lalu kemudian kembali berbicara pada nisan sang kekasih lainnya.

"Meet my future husband, Eckart, and Eckart, please meet my late husband, Nawa."

Eckart kemudian ikut berjongkok di samping Nala, "Hi, I'm Eckart calon suami Nala."

Manik Nala mulai berkabut setelah mendengar salam perkenalan dari Eckart, "Nawa, aku dan Eckart lusa nanti akan menikah." Nala menjeda kalimatnya untuk menarik nafas, rasanya menyesakkan dan sulit untuk diungkapkan.

"Aku, bukannya aku tidak mencintaimu, I love you and still do dan ku yakin kamu sudah bahagia di sana bersama Yoda dan Yoga, jadi aku meminta izin hari ini untuk menikah dengan Eckart, aku... hiks... aku... "

Nala tidak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya. Nala kemudian terisak dalam dekapan Eckart.

Tidak sanggup mengatakan bahwa Nala juga ingin bahagia. Bukan, bukan karena Nala tidak bahagia sebelumnya, tapi Nala ingin melengkapi kebahagiaannya dengan Eckart yang selalu berada di sampingnya. Menjadi tempatnya berbagi suka dan duka. Bukan juga untuk menggantikan Nawa. Sungguh, Nawa memiliki tempat spesial di hatinya. Begitupun dengan Eckart. Masing-masing memiliki tempatnya sendiri.

"Nawa, izinkan aku untuk menikahi Nala. Aku berjanji akan menjaganya, menyayanginya dan mencintainya. Aku juga berjanji akan membahagiakannya."

"Aku mungkin tak sebaik dirimu, tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik untuk Nala."

Selain meminta izin kepada Nawa, Eckart dan Nala meminta izin kepada kedua anak Nala, Yoda dan Yoga.

Keduanya menghabiskan waktu cukup lama, berbagi cerita bagaimana keduanya bisa bertemu, hal apa saja yang sudah mereka lewati, dan hal-hal membahagiakan lainnya yang sudah mereka lalui kepada Nawa.

Keduanya tertawa, kadang juga sedikit terdiam. Namun segala hal yang ingin diceritakan sepenuhnya tersampaikan.

"Nawa, aku sama Eckart pamit dulu ya."

Nala mengusap lembut batu nisan sang kekasih sambil menatap lekat ukiran nama sang kekasih. "Aku janji bakal bahagia. Aku janji."

.

.

.

.

.

Hai, it's been a long time. Maaf baru bisa update lagi.

Btw, bacanya sambil dengerin lagu di atas ya, biar lebih menghayati.

See you in the next update ^^

Moving On (BL - Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang