10

3.7K 809 121
                                    

Halo semua! Maaf banget baru update. Ada tugas kuliah dan kepentingan lain yang harus kukerjain hshs, ditambah lagi aku masih ngerjain revisi naskah cerita sebelah. Sekali lagi maaf banget karena aku ngegantung kalian T_T






Segila-gilanya seseorang tidak mungkin membunuh orang lain, kecuali dia sudah melebihi batas gila seorang manusia. Manusia pasti punya nafsu untuk melakukan sesuatu yang mana nafsu tersebut bisa mengarah pada hal negatif dan positif. Namun, kali ini seseorang telah mengarah ke hal negatif tersebut, yaitu membunuh seseorang.

Pihak kampus berusaha menahan mahasiswanya agar informasi tersebut tidak tersebar lebih luas yang nantinya bisa membuat nama universitas menjadi buruk. Pihak kampus tidak mau kasus pembunuhan ini menjadi serangan bagi universitas yang bisa saja menimbulkan pemikiran-pemikiran di benak orang lain mengenai keamanan kampus.

Jaehyuk berada di lokasi satu setengah jam kemudian setelah kejadian. Dia memperhatikan setiap darah di lantai dengan seksama. Dia juga memperhatikan sekitar dengan teliti, barangkali ada orang lain yang juga memperhatikannya dalam diam.

Jasad korban sudah berada di dalam ambulans untuk dibawa ke rumah sakit. Tapi lokasi kejadian tidak kunjung sepi karena banyak mahasiswa penasaran. Ditambah lagi ada darah korban masih menimbulkan bau amis yang begitu menyengat.

Katanya, satpam yang menemukan jasad orang tersebut. Sebelum datang, satpam mendengar ada suara dua orang laki-laki melontarkan makian dan umpatan berkali-kali, seperti sedang berkelahi. Begitu tiba di lokasi, satpam tersebut menemukan jasad laki-laki itu tanpa orang yang bersamanya. Sangat mencurigakan karena ini adalah kasus pembunuhan. Orang-orang di sekitar pasti akan menjadi tersangka jika tidak memiliki alibi yang kuat.

"Luka-luka di badan korban mirip kayak luka dari binatang buas. Tapi, lukanya terlalu rapi, ini jelas perbuatan orang," monolog Jaehyuk.

Sejujurnya dia kesal. Sepertinya ada orang yang tahu sesuatu sehingga berani membunuh seseorang dengan cara seperti itu.

"Ada-ada aja, zaman sekarang kalau bunuh orang gak kira-kira. Pelakunya segabut apa, sih?" Gerutu seseorang di sampingnya.

"Namanya juga pembunuhan, pasti gak ada kata "gabut" pas ngelakuin itu," balas orang lain.

"Tapi kenapa di kampus? Orang gila mana yang berani bunuh orang di kampus tanpa takut ketahuan? Padahal di sini banyak cctv."

"Mungkin cctv nya udah dimatiin dulu sama pelaku. Bisa jadi, kan? Kalau gak begitu, si pelaku punya backing-an makanya berani."

"Gue malah mikirin hal lain. Gimana kalau pelaku tau kalau dia gak bakal bisa ditemuin? Siapa tau nanti di cctv pelakunya gak jelas. Maksud gue gak jelas di muka, badan, semuanya."

"Setan dong kalau begitu? Atau siluman?"

Jaehyuk tidak tahu harus bereaksi seperti apa setelah mendengar perbincangan kedua orang tersebut. Dalam hatinya dia memaki si pelaku. Bisa-bisanya si pelaku berani membunuh orang di tempat ini dan dengan cara seperti itu?

Ini akan sulit...
























































Jerome bergeming, memandang layar ponselnya yang menunjukkan informasi mengenai pembunuhan yang terjadi di kampusnya. Sangat terkejut adalah reaksi pertamanya. Kenapa... kenapa pembunuhan itu seakan-akan mengarah pada... pada seorang werewolf?

Bagi manusia biasa, pikiran mereka pasti mengarah ke hewan buas. Tapi berbeda dengannya yang merupakan seorang iblis, perbuatan itu seperti ulah werewolf.

Sial, bagaimana bisa ada werewolf di dunia yang dia datangi ini? Yoshi bilang di sini tidak ada makhluk imortal apa pun. Kalau ada, pasti dari dunia yang lain seperti Jerome sendiri. Apa ada makhluk sejenisnya yang sedang menjalankan misi di sini? Atau jangan-jangan ada yang tak sengaja terlempar ke sini? Wah, otak Jerome panas memikirkannya. Baru kali ini dia berpikir keras.

"Masa iya... dia?"

Jerome geleng-geleng kepala. Tidak mungkin dia. Dia sudah meninggal. Dia melihat mayatnya dengan jelas saat itu, tidak mungkin dia bangkit dari kematian.

Tapi, ada kemungkinan lain. Jangan-jangan, penyihir licik itu sudah bertindak lebih dulu seperti yang dia lakukan pada Sungchan? Ah, tapi mana mungkin. Apa keuntungannya jika si penyihir melakukan itu?

"Udah gila bakal makin gila nih gue mikirin ginian. Ya Tuhan, kapan saya bisa ketawa dan ngelawak dengan bebas kayak dulu?"

Gak sadar diri iblis yang satu ini. Iblis ajaib, malah bertanya pada Tuhan.

"Gue jadi kangen kampung halaman gue, kira-kira situasi di sana gimana, ya? Terakhir gue di sana, Kak Yoshi debat sama kakeknya."

Andai dia tahu.

"Aduh, harusnya gue mikirin masalah ini dulu. Kak Yoshi suruh gue ke sini pasti ada tujuannya, kenapa gue malah mikirin rumah? Kalau jabatan gue turun gimana? Gak mauu!!!"

Jerome menggaruk kepalanya frustasi. Gatal sekali ingin menculik seorang penyihir atau peramal untuk dia bawa kemari agar pelakunya bisa ditemukan. Tentu saja hanya keinginan. Kalau benar dilakukan bisa kena hukuman karena melanggar peraturan.

"Kalau gue berdoa biar kerjaan gue cepet kelar guenya kebakar gak ya? Kan gak lucu kalau ada berita "ditemukan mayat seorang pria dengan luka bakar di sekujud tubuhnya". Hilang wibawa gue."

Jadi rindu ikannya Beomgyu. Tapi dia penasaran, ingin pergi ke kampus. Membingungkan sekali, harus melakukan apa, ya? Penasaran tapi malas, dia juga takut pada pandangan orang tentang dia karena perkataan Jeongin. Wajahnya sama seperti seseorang yang sudah meninggal? Salahnya sendiri sih karena tidak mencari tahu lebih dulu.

Ah, daripada pusing, lebih baik dia pulang ke rumah (yang dibelikan Yoshi) lalu tidur dengan nyenyak.

Iya, lebih baik seperti itu.

"Kepala gue nyut-nyutan, serasa ada yang dangdutan pake radio yang volumenya full. Tinggal cari duit terus gue nyawer."

Sempat-sempatnya dia bercanda...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 08, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LI(E)AR 2 | 01 Line (HIATUS)Where stories live. Discover now