17 Kuntum

396 50 25
                                    

Dua bulan lalu, kediaman besar Hakai menerima surat dengan amplop hitam berstempel emas berlambang bunga teratai. Siapa pun tahu bahwa surat yang demikian langka hanya dapat dikirim oleh lima anggota utama keluarga Hakai.

Saat itu, yang berada di rumah besar hanya Ayah, Ibu, dan seorang anak laki-laki bernama Yuki. Putra pertama dan anak bungsu sedang menebar jaring di Eropa, berusaha menguasai apa pun yang dapat dikuasai.

Ketika surat tersebut datang, yang pertama kali membuka adalah Kusuri Hakai, sang ibu yang sampai sekarang wajahnya selalu sama, mirip sekali seperti dulu ketika berusia delapan belas.

Melihat isi dalam surat di tangan, mata Kusuri yang sehitam obsidian itu sampai membulat begitu lebar. "Astaga! Anakku yang paling kecil sudah menemukan belahan jiwanya! Bagaimana ini?! Bagaimana ini?!"

Tanpa banyak berpikir, wanita yang gemar memakai kimono hitam itu berlari ke ruang kerja suaminya. Ia bahkan tidak ragu menggeser pintu tanpa mengontrol tenaga, sehingga suara yang dihasilkan bahkan bisa mengagetkan kukang tidur.

Shansain, suami Kusuri yang selalu tenang dan kaku, hanya memandangi istrinya sekilas dan lebih fokus pada ocha yang baru dibuat anaknya. Sepertinya tidak begitu berminat dengan drama pagi Kusuri yang lebih menghebohkan dari hari biasa.

"Selamat pagi, Ibu!" Yuki, putra ke dua yang saat itu menemani Shansain mengobrol pagi, menyapa ibunya ceria. Ia sebenarnya tidak ingin tahu mengapa ibunya bertingkah seperti orang kaget, hanya suka bertingkah seperti pria manja di hadapan ibu tercinta.

Kusuri tidak peduli dengan bagaimana anaknya menyapa, ia duduk tergesa-gesa di atas tatami, mendempet suaminya dengan kertas surat yang terbuka blak-blakkan. "Suamiku, lihat ini. Gekko kita menemukan pasangan!"

Shansain hanya mengangguk-angguk. "Deskripsinya?" tanyanya datar, seolah tidak ingin acuh walau sangat ingin tahu.

Tanpa ragu, Kusuri pun menjelaskan dengan rinci. "Seorang laki-laki omega, masih muda. Yatim piatu, orang biasa, putri kita merekrutnya sebagai pelayan, dan omega itu belajar dengan rajin. Kerjanya juga rajin. Tipe anak yang rajin!"

Entah berapa kali Kusuri menegaskan kata rajin, tapi Shansain tahu bahwa tipe menantu idaman istrinya pastilah orang yang rajin. "Apa putri kita ingin segera memilikinya?" tanya Shansain kemudian.

Kusuri mengangguk dengan sangat cepat, tanpa ragu, tanpa membeku. "Gekko. Sangat. Ingin. Memilikinya."

Mendengar betapa istrinya sangat bersemangat dengan berita ini, Shansain kembali meneguh ocha di cangkirnya. Setelah itu, ia berkata, "Yuki, pergilah temui adikmu. Menjadikan seseorang yang dipilih anggota keluargamu layak untuk Hakai adalah tugasmu."

Tanpa menunggu jawaban Yuki, Kusuri menyahut cepat. "Gekko bilang, dia adalah omega yang rajin. Buktikan bahwa dia rajin! Lalu kirim surat pada Ibu setiap waktu. Ibu ingin tahu perkembangan orang pilihan Gekko!"

Yuki mengambil napas panjang, ia berdecak pada awalnya, tapi kemudian tersenyum semringah setelah meneguk habis ocha miliknya. "Baiklah. Tapi jangan salahkan aku jika dia mati."

Shansain pun menjawab tanpa ragu, "Jika dia mati, adikmu akan membencimu. Adikmu akan membalasmu dengan melakukan hal yang sama pada pasanganmu kelak."

"Fuh, Ayah memang selalu membela Gekko. Aku bisa apa."

Shansain meneguk ocha sekali lagi. "Aku hanya mengatakan kebenaran," lanjutnya setelah meletakkan cangkir ke atas meja.

"Ibuuuu, apa Ibu tidak mau menitipkan sesuatu untuk calon menantumu? Aku pasti akan menyampaikannya sesuai keinginan Ibu." Tiba-tiba saja Yuki mengalihkan atensi, wajahnya yang sepat saat menghadapi ayahnya, berubah berbinar ketika berbicara pada ibunya.

BLOSSOMING [Revisi]Where stories live. Discover now