Amnesia

153 34 8
                                    

Selang infus sudah menempel pada tangan kanan Dita, tubuh Dita terbaring lemah di ranjang rumah sakit tanpa ada pergerakan sedikitpun, Dita baru saja di pindahkan ke ruang rawat setelah sebelumnya masuk ke ruang IGD

Suara isakan masih terdengar itu tangisan seorang bunda yang mengkhawatirkan putrinya

"Maaf Om, Tante, bisa kita bicara sebentar di ruanganku?"

"Bisa Lea ayo,,,"

Ganendra dan Tania ikut keluar bersama Lea, sedangkan Johnny tetap tinggal menemani adiknya, Dita

Raut cemas tergambar di wajah kedua orang tua yang sudah duduk di depan seorang dokter yang menangani Dita

"Bagaimana kondisi Dita sekarang Lea?"

Tetap dengan senyum yang tidak pernah pudar Lea mulai menjelaskan

"Begini Tante om kondisi Dita tidak cukup baik saat ini, seperti yang kita tahu Dita punya riwayat amnesia retrograde permanen, lalu saat ini Dita mengalami stress berat aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Dita sampai dia mengalami stress, tapi keadaan ini bisa memperparah kondisi sebelumnya, Dita bisa mengalami dissociative disorder di mana ingatan tentang diri sendiri ikut hilang dengan kata lain Dita akan kehilangan seluruh ingatannya sampai saat ini, kalau keadaan ini terus terjadi."

Lea menjeda bicaranya agar Tania dan Ganendra mencerna ucapannya lalu

"Lalu ada cidera di kepalanya."

"Apa?"

"Iya tapi om tenang saja, kita bisa lakukan terapi untuk pemulihan, ini bukan cidera yang serius karena bukan di akibatkan benturan keras walaupun menyebabkan pendarahan kecil lewat hidung."

"Baiknya untuk sekarang bagaimana?"

"Dita akan di rawat inap sampai seminggu kedepan, terapi akan di lakukan, kalau tidak keberatan aku juga menyarankan dokter psikolog untuk Dita, karena aku lihat Dita seperti mengalami kecemasan berlebihan dan juga riwayat trauma yang ikut mempengaruhi, aku sedikit curiga kalau cidera yang di alami Dita itu akibat dari Dita menyakiti diri sendiri."

"Menyakiti diri sendiri maksudnya?"

"Begini, ada di mana suatu keadaan atau situasi semacam Dejavu yang Dita alami, secara otomatis Dita akan berusaha mengingat dan saat ingatan itu tidak bisa di dapat tentu itu mempengaruhi emosional, itu bisa berakhir dengan menyalahkan dan menyakiti diri sendiri."

"Baiklah lakukan yang terbaik aku ingin Dita segera membaik dan sembuh, walaupun bukan kamu tapi ayahmu yang menangani Dita sejak awal tapi aku percaya padamu, tolong lakukan yang terbaik."

"Terimakasih sudah percaya padaku Om Tante, aku akan melakukan yang terbaik dita sudah aku anggap adikku sendiri, aku tidak akan membiarkan suatu hal buruk terjadi."

"Terimakasih lea."

Dengan segala formalitas dan hormat Lea menjelaskan secara terperinci, selesai dengan penjelasan Lea Tania dan Ganendra kembali ke ruang rawat dita

"Bagaimana yah?" Johnny langsung menanyai sang ayah

"Dita butuh terapi untuk beberapa waktu ke depan karena ada cidera di kepala."

"Cidera?" Johnny nampak kaget, pertanyaannya hanya di tanggapi anggukan oleh ayahnya lalu beralih menatap Dita, raut cemas tidak bisa di sembunyikan

"Yah,,,kenapa Dita bisa tahu kalau pesawatnya akan mengalami kecelakaan?" Tania bertanya-tanya, pertanyaan ini terus berputar di kepalanya

"Jangan tanya sama ayah bun, jawabannya nggak tahu tapi aku bersyukur kita mendengarkan Dita untuk batal terbang, jadi ini alasan Dita menangis-nangis padamu semalam dia tahu akan ada hal buruk, putri kita sudah seperti cenayang."

Dreemen Onde histórias criam vida. Descubra agora