Bellva and Benedict 1

23K 124 31
                                    

Requested Story by eliscassiopeia

"Berhenti!" ucap seorang siswi cantik yang sedang menggunakan almamater OSIS kebanggaan sekolahnya.

"Apa?" jawab siswa tampan yang diberhentikan gadis tadi.

"Apa? Kamu nanya apa? Seriusan?" siswi tersebut membalas perkataan siswa tersebut dengan wajah heran dan melihat siswa tadi dari atas ke bawah.

"Ck, lama" karena tidak ada jawaban pasti dari siswi yang memberhentikannya, siswa tadi pun mulai melangkah memasuki koridor sekolahnya.

"Hei, tunggu!" siswi tersebut mengejar sang siswa kemudian menarik tasnya untuk memberhentikan langkah siswa tersebut. Siswa tadi pun memberhentikan langkahnya dan menatap datar siswi di depannya itu.

"Umm-- Benedict, kamu tau sekarang jam berapa? Apa kamu juga udah ngaca tadi di rumah?" tanya siswi tersebut setelah membaca name tag siswa tadi. Benedict pun masih terdiam sambil memasang wajah datar tidak pedulinya pada siswi di depannya.

"Huft, okay. Pertama kamu telat 17 menit jadi kamu ga bisa masuk ke kelas di 2 jam pertama pelajaran. Yang kedua kamu ga bisa dateng ke sekolah dengan kondisi pakaian kayak gini. Baju dikeluarin, ga pake dasi, kaos kaki hitam pendek, ga pake ikat pinggang, bahkan sepatu kamu merah. Ketiga, kamu harus cukur rambut kamu Ben! Karena rambut kamu udah melebihi alis. Kamu udah kelas 11 harusnya kamu tau peraturan di sekolah ini. Lagian kamu juga harus punya tutur yang baik ke orang lain, apalagi aku kakak kelas kamu Ben" siswi tersebut pun akhirnya menjelaskan alasannya memberhentikan Benedict.

"Udah selesai ngebacotnya BELLVA?" Benedict akhirnya bersuara membalas Bellva dengan penekanan pada kata Bellva.

"Aku ga ngebacot, aku ngasih tau kamu Ben! Lagian emang ini sekolah nenek kamu apa? Jadi bisa sesuka kamu disini!" Bellva mulai kesal menanggapi Benedict yang masih saja tidak sadar bahwa ia salah.

"Iya" Benedict menjawab singkat.

"Hah? Iya? Hah?" otak Bellva seakan akan berhenti bekerja sesaat.

"Ini sekolah emang punya kakek nenek gua!" perkataan Benedict tersebut dapat membungkam Bellva sejenak.

"Tetep aja ga bisa! Peraturan ya peraturan!" Bellva kembali menarik Benedict yang mau pergi meninggalkannya ketika ia terdiam sejenak tadi. Bellva menarik Benedict ke arah lapangan dan menghukum Benedict untuk hormat bendera sampai 2 jam pelajaran selesai. Karena tidak mempercayai Benedict, Bellva menunggu dan mengawasi Benedict sampai hukumnya selesai.

Ketika bel tanda jam pelajaran kedua telah berbunyi Benedict segera mengambil tasnya yang ada di tribun dekat tempat Bellva duduk untuk mengawasinya. Setelah mengambil tasnya, Benedict mendekat ke arah Bellva dengan wajah yang sulit diartikan.

"Liat aja nanti, kebelaguan lo hari ini bakal gua bales habis habisan!" setelah mengucapkan itu Benedict pergi dari hadapan Bellva.

Bellva mematung sejenak, bohong kalau ia tidak merasa terganggu atas ucapan Benedict tadi. Bohong juga kalau Bellva sebenarnya tidak mengenali sosok Benedict. Tidak mungkin ada siswa atau siswi di sekolah ini yang tidak mengetahui siapa Benedict. Benedict jelas terkenal karena pengaruh nenek, kakek, serta orang tuanya. Tingkah tingkah nakal Benedict yang seringkali melewati batas juga menjadi salah satu alasan mengapa ia sangat terkenal di sekolah. Tapi terlepas dari itu Bellva percaya bahwa Benedict hanya mengancamnya karena kesal dengannya. Menurut Bellva sendiri, ia sudah melakukan tugasnya dengan baik.

⟬ maiesiophilia ⟭

Sekak hari itu, Benedict menjadi siswa yang semakin tidak taat peraturan dan Bellva terus menerus menghukumnya. Anehnya Benedict tidak lagi menyebalkan seperti sebelumnya. Benedict hanya akan diam dan menuruti perintah serta hukuman dari Bellva. Namun hari ini berbeda, Benedict datang satu jam setelah bel masuk berbunyi dan ia menggunakan baju kaos tanpa menggunakan kemeja seragamnya. Bellva yang melihat itupun semakin geram. Bellva mulai bertanya tanya sendiri, apakah betul kabar burung bahwa Benedict menjadi nakal seperti sekarang karena ia broken home dan berharap orang tuanya memperdulikan dia? Bellva tak mau berpikir panjang tentang itu, toh bukan urusan dia.

MaiesiophiliaWhere stories live. Discover now