Intimidasi #1

3.1K 307 15
                                    

"Bangun Isagi," bisik Nagi ke telinga Isagi.

"Hmm," jawab Isagi.

Tidak ada pergerakan. Isagi masih tertidur pulas memeluk gulingnya.

"Isagi?" panggil Nagi sambil menepuk pelan pipi Isagi.

"..."

Tidak ada jawaban. Nagi yang berjongkok di sisi kasur hanya menghela napas. Nagi memilih menyerah membangunkan Isagi. Nagi tahu, teman baiknya itu tidak punya waktu cukup untuk beristirahat.

Semalam, saat Nagi bermimpi buruk dan terbangun, ia reflek menengok ke sebelahnya. Kosong. Tidak ada Isagi. Nagi pun berinisiatif keluar dari kamar; memastikan keberadaan Isagi. Takut-takut, sleep walking-nya semakin parah dan malah membahayakan dirinya.

Nagi menggeser tirai kamar. Dari sudut kamar, Nagi bisa melihat Isagi duduk di depan komputer.

"Hadeuh, ini gimana sih?" Isagi mengacak-acak rambutnya tanda ia frustasi dengan sesuatu hal; masih tidak sadar ada Nagi yang memperhatikannya dari belakang.

Tanpa bertanya pun Nagi tahu bahwa hari itu adalah batas terakhir pengumpulan tulisan artikelnya. Tidak heran, Isagi si tukang tidur tetap bertahan di depan komputer; berjuang keras menyelesaikan tulisannya.

Nagi pun hanya tersenyum dan memutuskan untuk tidak mendistraksi konsentrasi Isagi. Ia pun kembali ke tempat tidur dan berharap Nagi akan segera menyelesaikan artikelnya dan menyusul dia beristirahat di kamar.

***

Isagi membuka matanya. Ia menguap lebar dan mengucek matanya beberapa kali. Bangun, menguap lagi, dan sedikit merenggangkan badannya. Isagi menoleh ke sebelahnya. Tidak ada Nagi.

"Oh iya, tadi sepertinya aku dengar suara Nagi. Mungkin ia udah berangkat ke sekolah duluan," pikirnya.

"Huh? Memangnya jam berapa seka-"

Tanpa menyelesaikan kalimatnya, Isagi mengambil handphone yang berada di rak kecil sebelah kasur. Isagi bisa melihat pukul 07.08 WIB yang terpampang jelas di layarnya.

"Gawat! Sekolah pukul 7.30 pagi!" teriaknya histeris.

Tanpa aba-aba, ia melompat dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi. Ia mandi dengan kecepatan ekstra. Berganti pakaian, mengabaikan perutnya yang lapar, mengeluarkan sepeda lipatnya, dan mengayuhnya selaju mungkin.

Dalam perjalanan di hari pertamanya akan resmi bersekolah di SMA Meikei, dalam hatinya, ia mendumel kesal.

"Dasar Nagi ngga setia kawan! Awas aja! Aku bakal balas dendam nanti," batinnya.

***

Sudah ramai siswa berbaris di tengah halaman SMA Meikei. Di antara mereka, ada sejumlah kakak tingkat yang menjabat sebagai Panitia Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.

Pagi itu, pukul 07.45 pagi, matahari sudah bersinar terik. Masih ada sejumlah siswa yang masih kebingungan mencari posisi yang benar untuk berbaris; sementara panitia terus membantu mengarahkan mereka ke barisan yang benar.

Isagi menghela napas. Ia mengatur dan menstabilkan siklus pernapasannya.

Keringatnya masih bercucuran. Dari parkiran sepeda, ia berlari seperti orang gila.

Beruntung ia berhasil menyelip di antara kerumunan tanpa diketahui satu pun panitia. Jika tidak, keterlambatannya di hari pertama akan menodai labelnya sebagai "calon siswa berprestasi".

Isagi kemudian menoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari keberadaan Nagi.

Nihil. Tidak ada tanda-tanda keberadaan teman baiknya di antara kerumunan. Padahal, Nagi memiliki tinggi badan yang cukup menjulang. Seharusnya, hal itu akan memudahkan Isagi untuk mencari keberadaan Nagi.

Intimidasi (Rin x Isagi x Nagi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang