Intimidasi #5

1.1K 157 35
                                    

Hello! Aku mau bilang terima kasih untuk kalian yang sudah membaca cerita ini. Cerita ini aku buat awalnya hanya untuk kesenangan pribadi karena saat memulai cerita ini memang lagi mabuk cinta dengan Blue Lock :') tapi ternyata ada juga ya yang suka dan menantikan kelanjutan cerita ini?

Kalau begitu, selamat membaca!

***

Bodohnya Isagi di hari kedua masa pengenalan lingkungan sekolah, meski sudah berangkat awal bersama Nagi, dia malah lupa menepati kesepakatannya dengan Rin untuk berada di ruang OSIS tepat pada pukul 7 pagi.

Lebih bodohnya lagi, Isagi dengan muka tidak berdosanya terang-terangan membuang muka ketika ditatap Rin dari pintu kantin. Sebagai informasi, Isagi saat ini tengah duduk di pojok kantin sembari menikmati sarapan gratis dari Nagi. Dan sekarang sudah pukul 07.15 WIB, lima belas menit sebelum bel sekolah berbunyi yang menandakan MPLS kembali dimulai.

"Isagi, makan ini," ujar Nagi menyodorkan bakso miliknya ke depan mulut Isagi.

Isagi membuka mulut, menyambut bakso tambahan dari Nagi. Dengan mulut penuh dan sambil mengunyah, dia mengucapkan terima kasih. Nagi pun terkekeh melihatnya.

"Kau seperti anak kecil saja. Makan dulu, baru bicara," kata Nagi.

Isagi pun mendeham. Sambil makan, matanya menangkap sosok yang tidak asing. Ia pun melambaikan tangannya heboh, dan dengan wajah sumringah memanggil-manggil nama Bachira yang duduk di bangku kantin lain, kira-kira berjarak empat meja dari tempatnya duduk bersama Nagi.

Belum berhasil usahanya menarik perhatian Bachira, tiba-tiba Isagi mendengar hentakan kaki ramai orang yang datang menuju ke arahnya.

Dari kejauhan, ia melihat Rin tengah melaju ke arahnya dengan sorot mata tajam mengintimidasi, diikuti beberapa anggota OSIS yang juga cukup populer di sekolah.

Barulah saat melihat Rin datang bersama antek-antek OSIS-nya, Isagi menepuk dahinya keras.

"Astaga!" Raut wajah Isagi berubah pucat.

"Ada apa?" tanya Nagi.

"Ah, itu..." Isagi diam. Ia kebingungan bagaimana menceritakannya ke Nagi.

Masih memikirkan dari mana Isagi akan mulai bercerita, tiba-tiba kursi kosong di sebelahnya sudah ditarik paksa oleh Rin, diikuti beberapa kursi di sekitar Isagi dan Nagi. Semua anggota OSIS rapat mengelilingi mereka.

Aura dingin Rin menyelimuti ruangan tersebut. Rin terang-terangan menatap Isagi dan hal itu jelas membuat Nagi menjadi berang.

Nagi tentu tidak lupa wajah sosok yang kemarin mengantar Isagi pulang ke rumah.

Tanpa aba-aba, Nagi berdiri dan menarik tangan Isagi, lalu mengajaknya pergi dari sana.

Isagi yang ditarik pun reflek berdiri dan ikut melangkahkan kakinya. Tetapi, Rin tidak kalah cepat. Rin menarik sebelah tangan Isagi, menahannya untuk tidak ikut pergi bersama Nagi.

Seketika, riuh suara mengisi kantin. Bachira yang menyaksikannya dari kejauhan pun ikut melongo. Dalam hatinya, ia takjub, "MPLS baru sehari dan aku sudah ketinggalan info sebanyak ini?!"

Baik Rin maupun Nagi, keduanya bersikukuh tidak mau melepas cengkeraman tangan mereka di tangan Isagi. Mereka pun sepertinya tidak mau mengakhiri kontak mata yang saat ini masih terang-terangan bersitatap tidak suka satu sama lain.

Sorot mata mereka sangat mengintimidasi satu sama lain hingga membuat Isagi merasa kecil di tengah-tengah mereka.

Isagi yang malu menjadi bahan tontonan pun sudah berinisiatif melepas cengkeraman tangan keduanya sedari tadi. Tetapi usahanya sia-sia. 'Kok mereka bisa sekuat ini anjir?!'

"Ayo bicara," kata Rin, mengalihkan tatapannya ke Isagi.

Isagi pun dengan tidak rela menganggukkan kepalanya.

"Isagi, ayo pergi." Suara Nagi terdengar tegas. Amarah sepertinya hampir menguasai Nagi.

Isagi bimbang lagi. Tapi,...

"Kalian bisa lepas tanganku dulu? Ini sakit..." Isagi berkata sepelan mungkin agar tidak memicu perkelahian yang tidak perlu.

Rin dan Nagi melunak. Mereka melepas cengkeraman pada tangan Isagi dalam waktu yang bersamaan. Bersamaan dengan itu, bel sekolah pun berbunyi.

Isagi pun paham dengan situasi yang terjadi. Ia pun menghela napas panjang, menatap Rin dan Nagi satu per satu, lalu menyampaikan pesannya.

"Baiklah. Mari kita selesaikan dulu. Nagi, jika kau punya masalah di masa lalu dengan Bang Rin, tolong selesaikan dulu sebelum MPLS ini dimulai. Dan, Bang Rin, tolong ampuni kesalahan Nagi di masa lalu. Dulu dia memang nakal dan mungkin Abang salah satu pihak yang pernah berkelahi dengannya dan ingin balas dendam sekarang, tetapi dia sekarang sudah berubah. Jadi, tolong maafkan dia, Bang... Dan, tolong, jangan libatkan aku dalam perkelahian kalian. Aku pergi ya! Bye!" ungkap Isagi dan kabur begitu saja.

Rin dan Nagi pun melongo dan kehabisan kata-kata untuk beberapa saat. Isagi rupanya salah paham!!!

"Sebentar, tapi siapa yang berkelahi di masa lalu?!" tanya mereka pada sosok yang kini sudah menghilang melarikan diri.

Seisi kantin yang mendengar pernyataan Isagi pun mulai berbisik satu sama lain.

"Ternyata Bang Rin dulu punya masalah dengan murid baru itu, si Nagi. Dan mereka melampiaskan kekesalannya ke orang ketiga yang mereka kenal."

"Oh, ku kira tadi ada apa."

"Eh, berarti Bang Rin kenal lama dong dengan Nagi?"

"Isagi di sini siapanya dong?"

Kurang lebih, demikian bunyi gosip yang tersebar. Hanya Rin dan Nagi yang masih dibuat speechless oleh kelakuan Isagi. Saking speechless-nya, mereka menepuk jidat masing-masing.

Astaga, Isagi! Bisa-bisa ketegangan antara Rin dan Nagi jauh disalahartikan seperti itu.

Rin pun mengajak teman-teman OSIS-nya berkumpul di lapangan. Tidak ada satu pun dari teman OSIS-nya yang berani mempertanyakan kebenaran di balik peristiwa yang baru saja terjadi.

Tetapi, sebelum Rin beranjak, Nagi maju beberapa langkah. Dia menatap dingin Rin, lalu berkata, "Gue ga peduli loh siapa, loh punya kuasa apa atau identitas loh sebagai anak pimpinan sekolah sekalipun. Tapi, satu hal. Jangan pernah dekat-dekat sama Isagi! Isagi teman gue! Hanya gue! Catat itu! Kalau ngga, mampus loh. Dan gue ngga main-main soal itu!"

Rin pun balik menatap tajam Nagi. Sebelum akhirnya menghela napas dan mengajak rekan-rekannya berkumpul di lapangan. Ia memilih untuk menuntaskan tugasnya sebagai Ketua OSIS terlebih dahulu.

Seiring Rin dan Nagi yang sudah berinisiatif membubarkan diri, para siswa baru yang nongkrong di kantin pun ikut bubar dan berdesak-desakan menuju lapangan untuk berbaris.

Di balik itu, tidak ada yang mengetahui bagaimana Rin mengepalkan tinjunya kuat-kuat, berusaha menahan sekumpulan emosi yang sudah campur aduk dalam hatinya.

Rin pun berbisik ke satu teman OSIS-nya.

"Cari tahu informasi selengkap-lengkapnya tentang Nagi dan apa hubungannya dengan Isagi."

Yang diperintah pun mengangguk.

Sepertinya, tensi antara keduanya tidak akan membaik selama beberapa waktu ke depan. Apalagi, jika keduanya sama-sama tidak mau mengalah untuk mendapatkan keinginan mereka, yakni bahwa Isagi harus berada di sisi mereka untuk diri mereka sendiri.

Keinginan yang terlalu tamak dan egois untuk dimiliki oleh manusia. Tetapi, kira-kira siapa yang terlebih dahulu akan berhasil meluluhkan hati Isagi, ya?

***

Aku bakal very slow update ya! Harap bersabar, ini ujian 🤍

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 26, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Intimidasi (Rin x Isagi x Nagi)Where stories live. Discover now