Intimidasi #4

1.9K 260 16
                                    

Isagi melirik sekilas ke arah Nagi. Sadar masih ditatap tajam oleh Nagi, Isagi langsung membuang muka. Jujur saja, Isagi merasa sangat tidak nyaman saat ini. Hari ini, untuk pertama kalinya, Nagi mengekspresikan amarahnya di hadapan Isagi. Dan, sekarang, untuk pertama kalinya, Isagi tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh teman baiknya itu. Sedari tadi, Nagi hanya memasang wajah kusut.

Sejak kejadian tadi, belum ada satu pun yang memulai pembicaraan. Mereka saat ini sedang duduk berhadap-hadapan di ruang tamu dan hening masih menguasai ruangan tersebut.

Satu-satunya suara yang mengisi kekosongan tersebut adalah suara denting waktu yang saat ini sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB, waktu di mana mereka biasanya mulai makan malam.

Isagi mengumpulkan nyalinya. Ia mencoba melihat sekali lagi bagaimana raut wajah Nagi. Kali ini, Nagi menyambutnya dengan raut wajah yang berbeda.

"Ah, aku minta maaf, a-" tenggorokan Isagi terasa gatal sekali. Isagi berdehem dan mencoba berpikir ulang kesalahan apa yang telah dilakukannya hari ini.

Melihat Nagi yang mengangkat sebelah alis matanya menanti kelanjutan kata-katanya, Isagi lantas teringat.

"Aku ternyata lupa bawa HP! Karena kesiangan dan terlambat ke sekolah, aku ngga sadar! Aku juga--"

"Bukan itu," potong Nagi.

Nagi menelungkupkan wajahnya kesal. Kenapa Isagi ngga peka banget, sih?!

"Itu salah satunya, tapi aku marah bukan karena itu," jelas Nagi.

Isagi menatap Nagi bingung. Kalau bukan karena itu, lalu apa? 

"Yang gonceng tadi siapa?" tanya Nagi akhirnya.

"Yang gonceng aku? Maksudnya Bang Rin?" jawab Isagi.

Mendengar namanya, Nagi jadi lebih jengkel. "Rin siapa? Kok bisa kenal?" tanyanya.

"Ah! Kakak kelas kita. Bang Rin kayaknya Ketos kita." Isagi menjadi teringat kembali dengan kejadian tidak menyenangkan tadi pagi ketika diminta menjadi asisten pribadi Rin. Ia langsung cemberut.

Niat awalnya saat pulang tadi sore mau langsung diceritakannya pada Nagi, tetapi ini sepertinya bukan saat yang tepat untuk bercerita?

"Tadi ban sepedaku kempes! Kau tahu kan jauhnya bengkel dari sekolah? Mana arahnya berlawanan dengan rumah kita. Bang Rin tadi tiba-tiba menawarkan bantuan. Hanya itu," jelas Isagi.

"Ngga ada kejadian aneh di sekolah?" tanya Nagi memastikan tidak ada yang disembunyikan Isagi.

"Hahahaha, ngga ada lah, untuk apa aku bohong," kata Isagi berusaha berbicara setenang dan sebiasa mungkin.

Nagi sebenarnya sadar ada hal yang disembunyikan oleh Isagi. Tetapi, ia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah ini. Waktu sudah malam, dan lebih baik jika Nagi mengajak Isagi makan terlebih dahulu sebelum malam semakin larut.

Nagi tahu betul kegiatan rutinitas Isagi setiap malam. Meskipun tidak ada tugas atau pun deadline, Isagi tetap akan berusaha menulis tentang apa pun. Menurut Isagi, menulis adalah caranya dalam melatih dan merangsang otak untuk terbiasa merangkai kata-kata.

Nagi berdiri dan mengambil jaket Isagi di kamar. Melihat Nagi datang dengan membawa jaketnya, Isagi refleks mengambil dan mengenakannya.

"Kita mau ke mana?" tanya Isagi.

"Makan," jawab Nagi, mendahului Isagi berjalan kaki ke luar rumah.

Mendengar nada suara Nagi sudah tidak datar dan sudah kembali seperti biasanya, Isagi langsung berlari kecil dan menggantungkan lengannya di bahu Nagi erat.

"Maaf ya sudah buat khawatir! Ayo kita makan!" teriak Isagi semangat.

Nagi pun tersenyum dan mengacak-acak rambut Isagi. Nagi pun memeluk bahu Isagi erat. Saat Isagi tidak melihatnya, Nagi dengan manik matanya yang sedikit menggelap ternyata telah larut dalam pemikirannya.

'Namanya Rin ya,..' pikir Nagi; seolah ada hal yang akan dilakukannya setelah ini.

Mungkin karena Nagi bertekad akan menjaga Isagi, teman baik berharga miliknya itu, seumur hidupnya. Tidak akan ia biarkan Isagi direbut darinya.

Tadi Nagi memang khawatir sekali jika teman baiknya itu suatu hari berpaling menjadi teman orang lain dan melupakannya.

Untuk itu, Nagi yang harus melakukan sesuatu terlebih dahulu demi memastikan Isagi yang akan selalu menjadi temannya dan selalu berada di sisinya.

Saat itu, Nagi rupanya masih belum sadar tentang rasa yang tumbuh dalam dirinya untuk Isagi bukan sekadar rasa biasa kepada sesama teman.

Nagi tidak sadar bahwa dirinya sudah jatuh dan terperangkap pada pesona sahabatnya sendiri.

***

Intimidasi (Rin x Isagi x Nagi)Where stories live. Discover now