NoNa 7. Air Mata Nafisa

2K 247 42
                                    

Nafisa dengan mata panda nya tampak memasuki ruang kelas, ia duduk di bangkunya dengan lunglai, ia seperti sedang tidak ada harapan untuk hidup saja.

"Loh yang habis tunangan, kenapa mukanya ditekuk? Bukannya lagi berlope-lope," tegur Gista.

"Gue pikir semuanya akan baik-baik saja Gis, ternyata gue salah, menggantungkan harapan pada manusia itu sama halnya menyakiti diri sendiri dengan kekecewaan, gue seharusnya hanya berharap kepada Allah," ungkapnya dengan menidurkan kepalanya keatas meja.

"Cerita-cerita donk, ada apaan?!" tanya Gista antusias.

"Ternyata calon gue adalah Noah Gis, dia ilfeel banget sama gue, pas tau gue suka sama Bara," ucapnya keceplosan.

"Upps! Gimana sih gue?! Kenapa gue ember banget, Noah bilang dia nggak mau ada seseorang pun yang tau!" ralat Nafisa panik.

"Yaelah lo Naf, kaya lagi cerita sama siapa aja, gue nggak akan ember kok, percaya sama gue!" ucap Gista mempuk-puk pundak Nafisa.

"Yaudah sih, mata pelajaran habis ini adalah SBK loh, kita siap-siap pindah ke ruang kesenian yook," ajak Gista.

Nafisa mengangguk mengiyakan, kini ia dan teman sekelas yang lain berbondong-bondong menuju ke ruang kesenian yang bersebelahan dengan lab. Komputer. Ia tidak tau jika hari ini kelas Noah memiliki jadwal pelajaran komputer.

Begitu sampai di Koridor depan ruang kesenian yang tenyata masih di kunci oleh gurunya, membuat mereka menunggu sambil duduk-duduk santai di Koridor sana, kelas Noah pun juga menunggu lab komputer di bukakan oleh guru mereka.

Nafisa tanpa sengaja beradu pandang dengan Noah, lelaki itu dengan sorot matanya yang tajam tampak tidak mengalihkan perhatiannya dari Nafisa, sementara Nafisa yang mudah gugup, justru dengan cepat membuang muka, menatap buku pelajaran yang ia bawa.

"Noah liatin lo tuh," bisik Gista.

"Gue tau Gis, udah lo diem aja, kalo lo bertindak seolah tau rahasia gue sama dia, dia bakalan ngamuk ke gue lagi," pinta Nafisa.

"Iya-iya, yaelah tegang banget muka lo Naf," ujar Gista.

***

Nafisa tampak mencuci ujung hijabnya yang terkena cat air saat sedang melukis di kanvas ketika pelajaran sedang berlangsung. Bukan ia ceroboh, tapi karena teman yang duduk di sebelahnya, tanpa sengaja saat memencet cat air tersebut bukannya ke luar ke palet dia sendiri malah menyemprot kesamping dan mengenai hijabnya. Mana warnanya merah pula.

Ia yang sedang sibuk membilasnya dengan air di wastafel depan ruang kesenian tak menyadari jika Noah yang barusan kembali dari toilet, berdiri menghampiri dirinya.

"Kenapa hijab lo?" tanyanya.

"Kena cat air," jawab Nafisa tanpa menoleh dan masih sibuk mencucinya.

"Lo bisa minggir sebentar nggak? Gue pinjem kran bentar buat cuci tangan, habis dari toilet tadi," pinta Noah. Saat itulah Nafisa baru ngeh, jika yang menyapanya itu adalah Noah.

Nafisa diam tertunduk memfokuskan matanya ke noda di hijabnya, sementara Noah tampak sedang memperhatikannya dari pantulan kaca diatas wastafel.

"Kok bisa kena cat air gimana?"

"Ehm, i-itu temen tadi, nggak sengaja pas mencet cat air ke palet, malah ujungnya muncrat ke hijab gue," terangnya.

"Ck! Lo diem aja?!" tanya nya lagi. Nafisa hanya mengangguk.

"Minimal lo ngomong ke dia, kalo nodanya sulit ilang, biar dia minta maaf!" tegas Noah.

"Nggak papa, toh di rumah masih ada gantinya, bisa pakai itu besok, daripada harus berantem sama temen," ucap Nafisa masih sama tanpa memandang mata Noah.

Noah & Nafisa (FIZZO) 『 𝓼𝓮𝓵𝓮𝓈𝓪𝓲  』Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum