-9- Isi Diary

179 47 71
                                    

~ISI DIARY~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ISI DIARY~

📓📓

ARGA menuang minuman ke dalam gelas ketika Gitta sudah berada di dekatnya duduk diam tanpa kata. Gadis itu masih bungkam, persis sama seperti saat dia yang pada akhirnya, memberanikan diri untuk keluar dan Arga melihatnya berdiri di dekat pintu yang setengah terbuka.

Arga harus menariknya keluar, atau kalau tidak Gitta mungkin akan masuk ke kamar lagi. Dan jika bukan karena tindakannya itu, Gitta mungkin tidak akan duduk bersamanya di sofa sekarang, menemani Arga yang kini tersenyum dengan bahagia.

Lelaki itu tak berpaling menatap wajah gadis yang sedikit pucat dengan mata lelah di depannya. Walaupun rambutnya sedikit berantakan dan kantung mata yang mulai menghitam akibat menangis, dia tidak jauh bedanya dengan Gitta yang Arga kenal sebagai gadis pintar yang cantik namun juga keras kepala.

Baiklah, sepertinya terdapat ketidak-sinkronan dalam mendeskripsikan sifat tersebut, tapi keras kepala itu tetap termasuk ke dalam sifat khas milik Gitta.

Gitta tidak akan keras kepala jika dia tidak menjauh selama sebulan lebih lamanya hanya karena Arga telah menolaknya. Dia juga tidak akan keras kepala jika dia tidak mengurung dirinya, dan mau mendengarkan semua ucapan ibunya kecuali sampai Arga datang.

Jangan lupakan tentang usaha sudah dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Ibunya, adiknya-Gilang, bahkan Gavin pacarnya sendiri tidak berhasil melunakkan hati kerasnya itu. Bahkan Gavin sudah datang tiap hari, tapi Gitta baru bisa luluh ketika Arga yang datang. Hanya butuh sedikit usaha bagi Arga, hingga ia mampu membujuk gadis keras kepala itu.

Arga masih terdiam di tempat menunggu Gitta bicara. Ia memberikan waktu pada gadis itu untuk menenangkan dirinya agar dia bisa mengungkapkan perasannya dengan nyaman.

Segelas air yang dia tuangkan tadi diberikan pada Gitta. Lalu gadis itu menerimanya dan meminumnya kala Arga mempersilahkan padanya.

"Ga," sebut Gitta akhirnya. Suaranya lirih dan terdengar sangat lemah. Tapi bagi Arga itu sudah merupakan kemajuan yang cukup baik saat ini.

"Makasih ya!"

Mendengar itu, Arga melepas nafas lega. Pasalnya ia lega mendengar Gitta yang sudah mau bicara. "Iya, sama-sama, Gitt. Gue juga makasih ke elo. Karena lo udah mau maafin gue," jawab Arga.

Gitta sejenak menggelengkan kepalanya sehingga membuat Arga heran.

"Lo emang nggak salah apa-apa, Ga. Gue yang salah. Gue yang seharusnya minta maaf." Mata gadis itu kembali sendu, seakan ingin menangis lagi.

Karenanya Arga meraih tangan Gitta yang masih memegang gelas, membuat sang empu tertegun merasakan sentuhan.

Dia menatap mata Arga teduh seperti sedang menatap orang yang sangat dia rindukan. Tatapan orang yang dia inginkan sejak lama.

The Thing She Has: Diary After Death (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang