>>|19|<<

670 125 33
                                    

Hayooo, siapa aja nih yang kangen?Selamat membaca semua(◔‿◔)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayooo, siapa aja nih yang kangen?
Selamat membaca semua(◔‿◔)

***

Rosielyn menatap langit-langit kamarnya. Pertemuan dengan Michael kembali memberi luka padanya. Ia menatap undangan berwarna biru yang ada di atas nakas. Tertulis di sana nama Michael dan Sheila. Senyum kecil terbit di wajah gadis itu.

"Bahagia selalu, Mike. Doa terbaik untukmu dan juga Sheila."

Matanya tak sengaja menatap koper ungu di pojok sana. Ia teringat akan Jevano. Ia merindukan pemuda itu.

"Jatuh hati? Yang benar saja. Pasti dia hanya ingin bermain-main denganku."

Rosielyn membenarkan bantalnya. Malam ini ia ingin tidur dengan nyenyak. Perlahan tapi pasti, hubungan Michael dan Sheila tak akan lagi mengganggu dirinya. Tidak bersama Michael bukanlah akhir segalanya.

"Mari mulai hidup baru, Rosie. Lupakan Michael, fokus pada dirimu sendiri."

Saat ingin memejamkan mata, Rosielyn kembali teringat akan perkataan Jevano yang menurutnya tidak masuk akal.

"Pasti kau akan merindukanku, Nona."

"Itu hal yang mustahil, Tuan."

Jevano terkekeh. Ia kembali menggoda Rosielyn yang tengah fokus memakan sarapannya.

"Lihat saja nanti. Aku akan memakanmu jika sampai kau ketahuan merindukanku."

Rosielyn melayangkan tatapan tajam pada Jevano. Pemuda itu selalu berhasil membuat dirinya naik darah.

"Panggil namaku tiga kali, aku akan datang menemuimu."

"Jangan bercanda."

"Kau belum mencobanya."

Rosielyn menggelengkan kepalanya. Ia segera meletakkan piringnya di wastafel. Jevano mengikuti langkah gadis itu.

"Aku akan datang jika kau memanggilku."

"Baiklah, aku akan mencobanya kapan-kapan."

Mata Jevano berbinar. Hatinya menghangat. Tanpa aba-aba ia mencium pipi kanan Rosielyn. Ia tidak peduli jika gadis itu akan berteriak. Ia sudah kebal akan hal itu.

"Kenapa aku jadi mengingat hal itu?"

Pipi Rosielyn bersemu merah. Perlakuan Jevano memang sulit ditebak. Ia menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

"Apa aku harus mencobanya?"

Rosielyn menggelengkan kepalanya. Mana mungkin Jevano datang menemuinya. Pemuda itu bahkan masih berada di Seoul.

Rosielyn kembali membuka selimutnya. Posisinya beralih dari berbaring menjadi duduk. Perlahan ia memejamkan matanya.

"Jevano, Jevano, Jevano."

𝙸𝚛𝚒𝚍𝚎𝚜𝚌𝚎𝚗𝚝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang