3. Nasib

102 31 0
                                    

Happy reading 🖤
.
.
.

Seorang gadis berjalan dengan tergesa-gesa di koridor yang sudah sepi. Wajahnya memerah, raut mukanya mengkerut, tatapannya tajam dengan Nafas yang memburu.

Lalu dirinya menaiki mobil dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi.

Sungguh, dirinya marah! Dan merasa malu.

20 menit berlalu, gadis itu sampai di depan rumah yang bisa terbilang megah.

Dengan terburu-buru tidak sabaran, gadis itu terus memencet bel pintu dan mengetuknya secara brutal.

Ceklek

Pintu terbuka. Terpampang lah cowok berkacamata yang memakai baju santai.

"Si-a––"


"Elnardo" Gumam gadis itu dengan pelan.

El yang pendengarannya tajam pun mendongak menatap sang gadis.

"Me-lin-sa" Panggil El kembali.

"Ikut gue!" Desisnya menyorot marah.

"Ke-ma-na?" Tanya Elnardo mendongak.

Karena perbedaan tinggi badan, El harus mendongak. Karena tinggi Melinsa itu 168 cm.

Melinsa terus menyeret Elnardo dengan kasar ke arah gudang belakang rumah El.

Dari mana Melinsa tau tata letak rumahnya? pastinya saat SD mereka sering tinggal bareng di rumah ini, tapi berubah kala kelas 8.

Bruk!

Melinsa melempar Elnardo dengan kuat ke dalam ruangan gudang itu. Didalam gelap, hanya ada satu lampu yang remang-remang, apalagi hari yang sudah sore.

Melinsa menelisik penampilan Elnardo dari atas kepala sampai ujung kaki. Lalu dirinya berdecih sinis. Dengan satu sentakan, Melinsa mencengkram dagu El supaya melihatnya.

Melinsa menatap mata itu dalam dan penuh emosi. Begitupun sebaliknya, Elnardo menatap mata Melinsa penuh kekaguman seakan terhipnotis.

"Gue peringatin sama lo, jangan sok kenal sama gue!" Tekan Melinsa.

"Najis gue nganggep lu sebagai mantan"

"Lo pura-pura gak kenal aja sama gue!"

"Lo itu bodoh! Bego! Jelek! Hidup pula!"

"Gak pantes cewek tinggi dan body goals kayak gue, bersanding sama lo yang cungkring kering pendek idem dekil!"

Semua kata-kata pedas di keluarkan oleh Melinsa dengan sarkasnya.

"Lo tau... Gara-gara lo tadi di sekolah, mereka hampir tau. Dan mulai curiga."

"Gue kira lo udah mati" Celetuk Melinsa dengan entengnya.

"Ternyata masih bertahan juga"

"I'ts okey, tapi gue harap secepatnya!"

Elnardo menatap Melinsa dengan tidak percaya.

Tidak! Ini bukan Melinsanya, Melinsa yang dia kenal. Ini bukan dia.

"Kita lihat, apa lo bisa bertahan dengan ini."

"Ini hukuman buat lo" Gumamnya sambil menyeringai.

Melinsa mengambil lima cermin sedang dari di dalam dus bekas itu, lalu dirinya arahkan kepada wajah Elnardo dan itu di setiap sisi wajah Elnardo.

Tiba-tiba saja tubuh Elnardo menegang, Dia menatap bayangan dirinya di cermin pun mulai bergetar, dirinya mulai gelisah, dan menghindari cermin. Tapi itu tidak mudah, karena sekelilingnya di penuhi dengan cermin.

Nerd Badboy [On going]Where stories live. Discover now