00.27

424 47 0
                                    

"Tetsu."

Kuroo yang tengah memainkan laptopnya itu sontak menghentikan kegiatannya ketika Kenma memanggil namanya.

Benar-benar namanya, bukan marganya.

Kuroo menolehkan kepalanya, "Iya, kenapa sayang?"

"Aku bosen."

Kuroo yang mendengar itu sontak memejamkan matanya seolah berfikir keras jawaban seperti apa yang harus ia lontarkan.

"Masakin aku sesuatu aja dong, lagi pengen makan nih..." ucap Kuroo.

Bukannya bangkit dari duduknya Kenma malah menghela nafas kemudian menyentil dahi suaminya itu pelan. "Kamu baru makan tadi, gak usah ngasal gitu jawabnya."

A, Kuroo melupakan itu.

Kuroo cengengesan, menampilkan wajah tak berdosanya kemudian kembali berkata.

"Ya terus kamu mau ngapain lagi coba selain masak?"

Kenma mengerlingkan pandangannta menjadi menatap sekeliling. Kemudian pandangannya terfokus pada laptop Kuroo yang masih menyala serta beberapa kamera yang tergeletak bebas di sana.

Tangannya mengambil salah satu kamera itu kemudian memperhatikannya dari tiap sudut. "Aku bantuin kamu, boleh?"

Tap

Mata Kuroo membulat beberapa saat ketika jari telunjuk Kenma berhasil mendarat tepat pada lensa kameranya itu. Dia menghela nafas kemudian menggeser lembut jari telunjuk itu dari sana.

"Sayang.... Lensanya jangan di pegang, ya?" Kuroo berucap dengan nada lembut bercampur memohonnya.

"Aku gak boleh megang kamera kamu maksudnya?"

Kuroo bergidik mendengar itu kemudian menggeleng. "Bukan gitu. Maksud aku lensanya jangan di pegang, nanti kotor."

Mendengar hal itu membuat Kenma kembali meletakkan kamera suaminya itu di tempat asal dan dia pun bangkit dari duduknya.

"Aku gak jadi bantuin kamu, gak mood." Kenma berkata sambil melangkah menjauh dari Kuroo.

Tanpa bertanya. Kuroo pun tahu ini terjadi karena ulahnya.

Tetapi, ayolah.... LENSA KAMERA MEMANG TIDAK BOLEH DI PEGANG.

Kenma berjalan keluar rumah dengan rasa kesal yang masih menggerogotinya. Dia memperhatikan sekelilingnya yang sepi itu. Membuat Kenma heran apakah dia mempunyai tetangga atau tidak?

Jujur saja, sudah jalan tiga bulan dia pindah ke sini. Tetapi tak kunjung bertemu dengan tetangga barunya. Membuatnya bertanya-tanya.

Kenma menghela nafasnya kemudian membalikkan badannya. Berniat untuk kembali masuk ke dalam rumah dan meladeni Kuroo.

Atau mungkin mengganggunya sesekali bukanlah hal buruk.

Baru saja Kenma ingin membuka pintu rumahnya. Pintu itu telah terbuka dan mendapati suaminya yang tengah berdiri tegap tepat di hadapannya.

Kenma melemparkan tatapan herannya menyaksikan Kuroo ada di hadapannya itu. "Kamu.... Ngapain?"

Kuroo menggeleng sebagai jawaban kemudian memegang tangan Kenma, menatap Kenma dengan tatapan memelas dan memohonnya.

"Maafin aku, sayang udah bikin kamu gak mood. Tapi beneran deh, lensa kamera itu emang gak boleh di pegang..." ucap Kuroo dengan nada memelasnya.

Kenma yang menyaksikan itu tentu saja merasa aneh. Maksudnya—ayolah, Kenma tidak benar-benar seperti itu. Tadi hanya gurauan saja.

"Aku.... Bercanda doang, gak perlu sampe kayak gini minta maafnya." ucap Kenma.

Kuroo yang mendengar itu menghela nafas lega kemudian melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Kenma itu. Dia menatap iris kuning keemasan itu dalam-dalam. Mencoba mencari tahu apakah Kenma berbohong atau tidak.

"Beneran?"

Kenma mengangguk. "Beneran, kamu kenapa sih? Aneh banget."

Kuroo mengusap tengkuknya untuk menenangkan dirinya. "Takut kamu marah beneran.."

Kenma memincingkan matanya, menatap heran sang suami yang biasanya tidak peduli akan hal itu.

"Tumben?"

"Ken... Aku serius, gak enak banget sama kamu."

"Gak usah gak enak, orang aku gak marah." Kenma berkata sambil mendorong badan Kuroo agar segera memasuki rumah.

"Udah ah buruan masuk, dingin di luar." ucapnya sambil mendorong Kuroo hingga masuk ke dalam rumah.

Lika-liku • Kuroken[✔]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ