15. Ah, kakak pasti tahu, kan?

219 47 10
                                    

Btw baru ngeuh kalau pembacanya makin menurun, nggak papa deh
Masih ada yang stay terus nungguin cerita ini update ♡
Lope sekebon :*













Tandai jika ada typo!

- Happy Reading -

.

.

.

Sang surya telah menyerahkan tugasnya kepada sang rembulan. Gelapnya langit malam menemani Azzura yang kini dalam perjalanan pulang. Beruntung sebelum berangkat tadi ia mampir ke rumah, meletakkan barang-barangnya dan mengambil motornya. Sangat disayangkan, tadi pagi tuyul gemoynya masih tertidur sehingga gadis itu belum bisa bertemu dengan sang keponakan. Merasa lapar, gadis itu mampir ke penjual sate langganannya, tak lupa membeli untuk penghuni rumah yang lain.

Dalam perjalanan pulang, Azzura memikirkan obrolannya bersama Leon mengenai orang tua kandungnya. Apakah mungkin orang tuanya mencarinya? Ah pertanyaan yang sebenarnya selalu muncul dalam benaknya adalah, apakah ia anak yang tidak diharapkan? Bisa jadi bukan, ia sama seperti sang kakak, dibuang oleh orang tua kandungnya, entah karena ia anak haram, atau anak pembawa sial.

Semua kemungkinan dan pikiran-pikiran buruk selalu berkeliaran dalam benaknya, sejak ia kecil. Hal itu membuat Azzura mengubur dalam-dalam keinginannya untuk mencari siapa dia sesungguhnya. Gadis itu hanya tak ingin, dirinya terluka akibat kenyataan yang akan diterima bila pikiran buruknya benar-benar terjadi.

Tak terasa kendaraan beroda dua itu telah tiba di pekarangan rumah. Lampu di kediaman minimalis itu masih terang benderang, kakaknya pasti belum tidur.

"Kak, belum tidur?" Gadis itu memelankan suaranya saat melihat kode dari sang kakak bahwa Abimana tengah tertidur dalam gendongannya.

"Kakak udah makan? Zura beliin sate ayam."

"Nanti kakak makan setelah Bimbim pules tidurnya."

"Oke, Zura mandi sebentar."

Setelah membersihkan diri, gadis itu kembali turun ke bawah. Sang kakak kini terlihat berada di dapur sendirian, sepertinya Bimbim telah dipindahkan.

"Sini udah kakak siapin."

Azzura mendekat ke meja makan, "Kak."

"Hmm?"

"Gimana perasaan kakak?"

"Kakak baik-baik aja, kamu nggak usah takut kakak ngalamin baby blues atau semacamnya. Hal itu nggak akan terjadi dek, percaya sama kakak."

"Serius?"

"Iya adek kecil, kakak bahagia dengan kondisi kakak sekarang. Terlebih ada kamu, ada suami kakak, dan keluarga yang lain. Nggak ada yang bikin kakak tertekan kok, santai oke?"

Azzura mengangguk menanggapinya. Terlalu banyak membaca kondisi psikis seorang ibu setelah melahirkan menimbulkan banyak kekhawatiran dalam benaknya.

"Gimana hari-hari kamu tanpa kakak? Senang di sana?"

Azzura banyak bercerita pengalamannya tinggal di kediaman Leon. Dari pancaran matanya, Nara menyadari, Azzura bahagia. Ada perasaan takut dalam hatinya, namun ia juga harus sedikit demi sedikit merelakan adik kecilnya itu jika Azzura akhirnya memilih tinggal bersama keluarga aslinya.

"Kamu ngerasain figur ayah sama ibu di sana?"

"Iya kak, ternyata senyaman itu ya? Azzura ngerasa kalau Azzura bener-bener berada di rumah. Sama seperti apa yang Azzura rasain tiap 'pulang' ke kakak."

INDESTRUCTIBLEWhere stories live. Discover now