1. Skandal Pagi Hari

11 2 1
                                    

"Sekarang masalah apa lagi yang membuat kalian bertiga bertengkar seperti ini?"

Bel masuk berbunyi lima menit yang lalu. Di saat siswa yang lain telah memasuki kelas dan menerima pembelajaran, tiga siswa dengan tittle 'senior' itu justeru harus mendekam di ruang Bimbingan Konseling dan menghadap Bu Ayunisa demi mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka lakukan pagi ini.

Lunar, Claudia, serta Jeanna menunduk dalam. Penampilan mereka yang kacau tidak bisa membuat Bu Ayunisa untuk tidak menggeleng prihatin. Ini masih pagi, dan tiga siswa 'teladannya' ini telah membuat kekacauan di sekolah.

"Jeanna?" Matanya guru berhijab biru itu tertuju pada seorang siswi di sisi kiri. Tampilannya benar-benar berantakan. Rambutnya kusut, seragam berantakan, serta dasi yang tidak terpasang sebagaimana mestinya. Saat ia tak mendapat jawaban apa-apa, mata Bu Ayunisa berpindah pada siswa di sebelah Jeanna. "Claudia?" Sosok siswi yang tampilannya terlihat lebih mendingan dibanding siswi di kanan-kirinya. Rambutnya masih rapi, dan seragamnya hanya lecek di beberapa sisi. "Lunar?" Karena tak juga mendapat jawaban, Bu Ayunisa kembali berpaling pada siswi yang duduk di sisi kanan. Penampilannya tak berbeda jauh dengan Jeanna, hanya saja dasi gadis itu sudah tak terpasang. Ada pula noda kecokelatan samar di salah satu sudut bajunya. "Kalian tidak ingin menjelaskan apa-apa?"

Ketiganya tetap bungkam. Mereka masih setia menunduk menatapi keramik. Entah tengah menyesali perbuatan mereka, atau justeru enggan mendengarkan ucapan Bu Ayunisa.

Bu Ayunisa menghela napas, tampak lelah dengan situasi yang ia hadapi. Pagi ini seharusnya dilewati dengan ringan dan tenang, tapi ketiga siswa ini justeru mengacaukan segalanya. Dia bahkan baru memasuki ruangan ketika mendapati kabar perihal pertengkaran ketiga siswanya itu dari salah satu penjaga sekolah.

"Apa saya harus memanggil orangtua kalian untuk membuat kalian bicara?"

"Jangan!" Lunar, Claudia, dan Jeanna menjawab serentak. Mereka tampak risau ketika Bu Ayunisa membawa-bawa orangtua.

"Kalau begitu, jelaskan kenapa kalian bisa bertengkar." Bu Ayunisa menyandarkan tubuh pada sandaran kursi. Matanya sama sekali tidak berpindah dari ketiga siswa di hadapannya. Gesture-nya tenang sekali.

"Ini semua karena...," Jeanna berusaha menjawab, mata gadis itu bergerak seolah tengah mencoba merangkai alasan, "Lunar, Bu! Lunar yang mulai semuanya."

Yang dituduh melotot kaget. Gadis itu sontak menoleh tak terima. "Lo ngigo? Jelas-jelas lo yang mulai duluan. Lo yang nyiram gue!" Lunar berpaling kembali pada Bu Ayunisa. "Dia, Bu! Dia yang mulai semuanya! Saya cuma membela diri!"

"Bohong, Bu! Saya nggak ngapa-ngapain. Saya lagi sarapan pas Lunar tiba-tiba datang dan jambak saya. Kalo nggak percaya, Ibu bisa tanya Claudia. Claudia ngeliat semuanya, kok! Dia bahkan tolongin saya."

Lunar meradang di tempatnya. "EH—"

Bu Ayunisa mengangkat tangan, mengisyaratkan Lunar supaya berhenti. Matanya menyorot Claudia, seolah tengah memastikan kebenaran dalam ucapan Jeanna. "Benar begitu, Claudia?"

Claudia mengangguk tanpa ragu. "Benar, Bu. Tadi saya juga udah coba pisahin mereka, tapi malah saya yang ikut keseret."

"Heh, lo berdua mau fitnah gue?!"

"Lunar." Mata Bu Ayunisa kembali tertuju pada Lunar. "Apa benar kejadiannya seperti itu?"

"Nggak, Bu! Saya malah nggak tau apa-apa! Jeanna duluan yang mulai. Dia yang tiba-tiba nyamperin saya dan siram saya. Saya bahkan nggak tau motif dia apaan!" Lunar menjelaskan secara menggebu-gebu, tidak terima dengan penjelasan Jeanna dan Claudia yang terkesan mengada-ngada. Kapan Lunar mendatangi Jeanna dan menjambaknya? Di mimpi mereka, kah? Hell.

Another Hello | √Where stories live. Discover now