Chapter 22 : Tears

121 6 11
                                    

Keadaan menjadi canggung setelah ciuman yang diberikan Morgan di ruang kendali listrik tadi.

Tia tampak terus menundukkan kepala saat Morgan yang baru saja keluar tengah berdiri di hadapannya. Ia benar-benar ingin marah tapi entah kenapa hati kecil nya tidak tega karena mengenal Morgan selama satu minggu sudah membuatnya percaya kalau laki-laki ini benar-benar baik.

Morgan berinisiatif mendekati Tia terlebih dahulu, ia tidak ingin membuat hubungan mereka menjadi canggung nantinya.

"Ma-af," ucap Morgan, suaranya terdengar begitu tulus hingga membuat Tia mengangkat pandangannya.

Keduanya pun saling menatap begitu lekat, tapi terlihat tidak selepas biasanya.

"Bukan maksud ku, aku minta maaf." Morgan membungkukkan tubuhnya.

Melihat ketulusan Morgan, hati Tia tersentuh. Gadis cantik yang jarang marah malah lebih sering tersenyum ini menghela nafas panjang.

"Baiklah."

Perlahan bibir Morgan tersimpul, pandangan nya mengerat pada gadis cantik ini. Pun kelegaan tampak di raut wajah nya.

Lagi, suasana menjadi hening setelah permintaan maaf.

"Apa mau makan malam dengan ku?" tanya Morgan.

"Ehm, perayaan ulang tahun."

Morgan mengatakan begitu canggung, tapi suaranya terdengar sangat jelas.

Tubuh Tia mematung. Entah kenapa ia sulit mengatakan tidak pada laki-laki ini, tapi juga tidak bisa langsung menerima.

"Maaf."

"Tia sudah ada janji malam ini."

Gadis ini menjawab dengan jujur, memang dirinya sudah membuat janji terlebih dahulu dan tidak mungkin dibatalkan.

Kepala Morgan mengangguk, senyum di bibirnya kembali tersungging. Tapi raut wajah nya menampakkan kekecewaan.

Tia yang melihat ekspresi laki-laki ini tiba-tiba merasa bersalah. Walaupun kejadian tadi membuat hubungan mereka menjadi dingin, tapi ia sudah menganggap Morgan sebagai temannya.

"Malam yang lain?" ucap Tia.

Pandangan Morgan terangkat, netra hitam pekat nya berbinar.

"Lusa?" ujar Tia kembali.

"Sebagai ucapan selamat ulang tahun."

Gadis ini mencoba mencairkan suasana. Morgan pun membalas dengan anggukan.

"Baiklah lusa!" ujar Morgan tampak bersemangat.

"Kamu suka makan apa?" tanya nya

"Ah! tidak-tidak aku akan menyajikan makanan yang paling lezat."

Tia mendengarkan saja celotehan Morgan, laki-laki ini terlihat begitu antusias.

"Lusa aku jemput!" ujarnya, setelah mengatakan hal itu Morgan pun berjalan dengan suka cita keluar dari minimarket.

Tia tersenyum tipis, lalu mengalihkan pandangannya pada ponsel pintar yang sudah sejak beberapa waktu lalu diletakkan nya di atas meja. Telapak tangan kanan nya meraih ponsel itu lalu memainkan jemarinya pada layar diiringi senyum manis.

*

*

Tia terlihat ragu jika Morgan hari ini akan menjemputnya, mengingat kemarin laki-itu tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Sepertinya tidak jadi," gumam Tia.

Gadis cantik ini melakukan tugas nya kembali sebelum rekan kerjanya, Xian datang menggantikannya bertugas.

I Will Kill My Groom ( Terbit Cetak )Where stories live. Discover now