Chapter 27 : Promise

120 4 2
                                    

Bernegosiasi itulah yang sekarang dilakukan oleh Morgan dengan gadis yang ada di hadapannya.

Mereka duduk di ruang naratama satu restauran makanan barat, saling berhadapan. Dimana terlihat Tia terus menundukkan pandangannya. Gadis ini sedang sangat ketakutan, bahkan kedua telapak tangan nya bergetar dengan peluh yang sudah membasahi kening nya.

Morgan bergerak, Tia sontak waspada. Saat laki-laki ini mendekati nya, tubuh Tia seakan membatu tidak dapat digerakkan sama sekali.

Morgan berjongkok dihadapan Tia yang sedang duduk, kedua telapak tangannya memegangi telapak tangan gadis ini dengan lembut. Tia spontan menepis genggaman telapak tangan Morgan. Lalu membuang muka.

Morgan menghela nafas panjang, menyadari kesalahannya tiga hari lalu yang benar-benar lepas kendali.

"Aku meminta maaf,"

"Aku menyesali nya."

Tia tidak percaya, wajahnya terus diarahkan pada sudut lain di ruangan ini.

"Kamu berkeringat, Honey."

Telapak tangan kanan Morgan mengusap kening Tia, tapi gadis ini sontak berdiri. Kakinya mundur ke belakang.

Terasa sesak untuk Morgan melihat Tia yang selalu ceria, sekarang menampakan sepasang manik kelam.

"Katakan, a-ku harus kembali." Tia berucap dengan terbata-bata.

Morgan tetap berada di posisi semula, menahan tubuhnya untuk mendekati gadis itu.

"Berikan waktu satu hari untuk ku, setelah itu aku tidak akan menemui mu lagi."

Tia bergeming, kedua matanya menatap pada laki-laki yang berdiri di sana.

"Makan malam, aku ingin makan malam yang tertunda hanya itu."

Tubuh Tia masih terasa limbung, tapi berusaha kuat berdiri.

"Makan malam?" ujar Tia.

Kepala Morgan mengangguk, Tia pun berpikir keras mengenai penuturan laki-laki itu.

"Janji akan pergi?" ucap Tia.

"I'm promise."

Tia kembali berpikir, mencari jalan keluar sebelum Rio kembali. Ia tidak ingin Rio tahu mengenai permasalahan yang tengah dihadapinya sekarang.

"Kamu harus berjanji."

"Of course, aku akan menepati nya," jawab Morgan.

Tia kembali berpikir, gadis ini harus membuat keputusan yang tepat agar permasalahan ini selesai.

Kepalanya kembali terangkat, lalu menghela nafas panjang. Terdengar pula suara liur yang diteguk.

"Baiklah, tapi kamu harus menepati nya!"

Kedua sudut bibir Morgan terangkat, kepalanya pun mengangguk perlahan.

Setelah berbicara hingga satu jam dengan Morgan, Tia kembali ke asmara untuk beristirahat. Tubuhnya sangat lelah, ditambah tekanan batin yang dirasakan nya beberapa waktu ke belakang.

Berbaring di atas ranjang, posisi tubuh dengan kedua kaki ditekuk, dipeluk begitu erat oleh kedua tangan nya. Lalu Tia mengalihkan pandangan saat terdengar dering pada ponsel miliknya yang tergeletak di atas ranjang.

Sosok yang sudah menjalin hubungan mesra selama enam tahun dengan nya menghubungi melalui sambungan suara.

"Halo Rio?"

"Halo sayang, kamu sudah makan?" suara laki-laki itu sangat meneduhkan. Itulah yang sangat disukai Tia dari Rio.

"Sudah," jawabnya singkat.

I Will Kill My Groom ( Terbit Cetak )Where stories live. Discover now