E M F A T

13 5 3
                                    

"Nahkan! Apa gue bilang, awal doang LDR manis. Ujungnya nangis" cibir Tira langsung tepat pada orangnya, Asya.

"Biasa aja, gue nggak nangis"

"Biasa aja-biasa aja. Kemarin? Seharian nggak dikabarin uring-uringan lo" mendengar itu, Asya melongos, jalan lebih dulu.

Hatinya kembali dongkol saat mengingat hal tersebut.

"Dih ngambek" ejek Tira geli sembari menyusul langkah Asya.

"Ca, liat!" instruksi Tira menghentikan langkah Asya yang beberapa langkah lagi menuju pintu kantor.

"Apaan sih?!" kekesalan Asya belum hilang hingga suaranya pun terdengar ngotot.

"Tuh" Tira memutar bola matanya malas mendengar nada suara Asya, sembari menunjuk ojek yang di maksud--dengan gerakan tubuh.

"Nggak semua anak seberuntung dia" gumam Asya saat melihat gadis yang sejak kemarin mencuri perhatiannya.

Terlihat gadis yang Asya dan Tira maksud sedang berjalan beriringan dengan sang ayah. Dibantu menyebrangi jalan, hingga berpamitan saat sang anak akan memasuki kantor.

"Selamat pagi, Mbak" sapa gadis tersebut saat berjalan melewati Asya dan Tira.

"Pagi" refleks keduanya langsung menyahut. Sedikit tersentak saat menyadari gadis tersebut sudah berada dihadapan mereka.

"Kamu karyawan baru?"

"Masih calon, Mbak. Ini mau pemberkasan" balasnya. Terlihat semangat saat dia menunjukkan berkas yang dibawa.

Matanya berbinar. Asya yakin dibalik maskernya, gadis tersebut tersenyum lebar.

"Oh. Semangat!" Asya terlihat kikuk untuk kembali merespon gadis tersebut.

"Bagian apa sih?" kali ini Tira yang bertanya. Tira tidak akan melewatkan kesempatan ini, untuk sedikit mengulik tentang gadis yang sejak kemarin mencuri perhatian.

"Departemen pengembangan"

"---packing katanya"

"Sumpah, Ca! Dia bakal jadi anak buah lo" bisik Tira terkejut.

"Wah, semangat ya! Namanya siapa--- Dek?"

"--- Ca, enaknya manggil dia apa?" bisik Tira kembali.

"Lea. Panggil Lea aja" mendengar itu, gadis tersebut segera menjawab.

"Oke, Lea. Kita duluan ya" Asya segera mengakhiri obrolan mereka, menarik tangan Tira agar segera mengikuti dirinya.

"Gue masih penasaran, Ca, sama tuh anak. Ish, maen tarik aja lo" dumel Tira tidak terima.

Asya tidak peduli. Setelah melakukan pingerprint--absen, Asya malah meninggalkan Tira untuk melanjutkan langkahnya ke ruangannya. Begitupun dengan Tira, dia berjalan menuju mejanya meski dengan misuh-misuh setelah pingerprint.

"Kenapa sih, Ra. Masih pagi muka udah kusut aja" celetuk Gani, partner Tira di bagian admin.

"Berisik, Mas!"

"Dih"

∆∆∆

"Mereka kenapa sih, ngeliatin Lea mulu" gumam Lea bingung sekaligus kesal.

Menatap kepergian dua orang tersebut.

Kesal, karena merasa sejak kemarin dua wanita dewasa tersebut terlihat sering memperhatikan dirinya.

Benar. Lea sadar akan hal tersebut.

Lea pikir, semua orang akan sadar saat dirinya sedang diperhatikan oleh oranglain. Apalagi terang-terangan seperti ini.

HONESTY IN LOVEWhere stories live. Discover now