Act 2: A Vow

29 9 0
                                    

Tags/tw/cw: bxb, mention of witchcraft, toxic environment, witch hunting, religion fanaticism, side characters death, murder, punishment by death, explanation of black plague symptoms, slight gore, harsh words

Pair: Chanjin

Disclaimer: Apa yang ada di cerita ini sama sekali tidak berhubungan dengan idol yang bersangkutan. Semua murni hasil pemikiran author sendiri

"Tidak ada tempat yang bisa kita jadikan naungan sejauh ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tidak ada tempat yang bisa kita jadikan naungan sejauh ini..."

Chris mengarahkan kuda mereka ke arah timur. Sudah sekitar sejam sejak mereka kelaur dari hutan timur. Sebenarnya jika mereka mengambil arah utara, melewati jalanan utama dari hutan timur, mereka bisa langsung tiba di desa sebelah, tetapi Chris tidak mau mengambil risiko tertangkap ataupun terkena wabah penyakit.

Setelah menguburkan ibu Sam dan penduduk desa, mereka mengambil salah satu kuda penduduk, mengepak barang-barang mereka dan membawa uang secukupnya dan meninggalkan desa. Chris merasa sedikit bersalah karena mengambil beberapa barang dan uang penduduk lain, tapi ia membutuhkan uang tersebut karena ia tidak tau berapa lama mereka akan berkelana

Toh, para penduduk itu tidak akan hidup kembali untuk menikmati uang-uang tersebut. Sejujurnya bagi Chris sendiri mereka tidak layak mendapatkan penguburan yang layak mengingat bagaimana mereka hampir membakar Sam hidup-hidup dan membunuh ibunya, namun jika ada pedagang atau anggota gereja yang mendatangi desa mereka dan menemukan tumpukan mayat di alun-alun desa, orang-orang pasti gempar dan pasti akan dilakukan pencarian untuk menemukan pelaku yang membantai desa mereka jika itu terjadi mereka akan semakin susah melarikan diri.

Katakanlah Chris terlalu berlebihan, tapi ia ingin perjalanan mereka berjalan tanpa ada pengejaran dari siapapun. Walaupun kuda yang mereka ambil adalah salah satu kuda yang tampak sehat di desa itu, Chris tidak yakin kuda mereka bisa menyaingi kecepatan kuda yang dikhususkan untuk pasukan gereja, apalagi kuda ini membawa dua orang dan beberapa barang.

Jadi, ya, Chris berharap mereka bisa pergi cukup jauh sebelum ada yang menyadari bahwa orang-orang di desa mereka dibantai habis,

Oleh Sam.

Yang bersangkutan duduk diam di depan Sam. Tidak mengucapkan sepatah katapun. Pemuda itu masih terguncang dan ia tidak sekalipun mengangkat wajahnya untuk menatap Chris. Yang lebih tua menghela napas, memikirkan cara untuk mengembalikan senyum ke wajah yang muda.

Lalu, matanya menangkap sesuatu.

"Hei, Sam, lihat."

Sam mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang ditunjuk Chris.

"...Rumah?" Tanya pemuda itu pelan.

"Ayo kita lihat. Kita sudah berjalan cukup lama dan hari sudah gelap."

Sam mengangguk pelan.

Chris mengarahkan kudanya melewati sebuah tanah pertanian yang tampak tua dan kering. Tempat itu tampak sudah ditinggalkan selama bertahun-tahun. Chris dapat melihat sebuah rumah kecil yang diapit kandang ayam dan sebuah lumbung. Chris menghela napas lega.

HeresyWhere stories live. Discover now