side story

137 16 5
                                    

happy Reading all..
_________________________________________

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
,
.
.

"Dokja, ayo pergi keluar!" Rimuru memasuki kamar Dokja dengan terburu-buru membuat seseorang yang ada di kamar tersebut bergerak kaget. Saat mendengar suara Rimuru dia memasang wajah bingung dan bertanya,

"Hah..? Kemana? "

"Entahlah.. Tapi kita keluar dulu saja! Ajak Joonghyuk, dan Sooyoung juga sana," Dia duduk di sofa yang ada di kamar pemuda itu.

"Malesin," Dokja membalikan badannya, sambil bermain handphone tentunya.

"Ayolah, mentang-mentang libur sekolah kau dirumah terus.. " Rimuru mendengus.

" keluar pun aku hanya akan bermain handphone, atau makan, itu tidak ada bedanya dengan di rumah," jawabnya malas, Rimuru tidak dapat menyangkalnya karena itu memang benar adanya.

"... "

".... "

"... Ku traktir.. " Dokja langsung bangun dari tidurnya, dan tersenyum kearah Rimuru.

"Mari kita pergi bersama" Rimuru menatap datar kearah Dokja, dia berfikir 'dasar pecinta gratisan' Rimuru mendengus.

"Tentu saja.. Ajak yang lain lalu bersiap pergi kalau sudah."

"Siap komandan! " Dokja memberi hormat sambil tersenyum, lalu bergegas keluar kamar menghampiri teman-temannya yang ada di kamar lain.

°°°

Singkat cerita, mereka pergi ke sebuah cafe yang baru buka dan akhir-akhir ini terkenal karena makanannya yang sangat enak, "Jadi ini tempatnya? " Dokja melirik Rimuru yang sedang mengecek ponselnya.

"Ya, harusnya benar disini, " Dia memberikan ponselnya pada Dokja, memperlihatkan photo tempat yang terlihat sama persis. "Dan pada akhirnya yang pergi hanya kita berdua ya, sayang sekali ... "

Junghyeok tidak ingin datang karena seperti dirinya yang biasa, dia tidak ingin memakan makanannya yang bukan buatannya sendiri, sedangkan Sooyoung memang sifatnya saja yang malas keluar rumah, karena dirinya sedang menulis cerita.

"Ya, mau bagaimana pun pada akhirnya kita disini, dan kau yang traktir, " Dokja berjalan kedalam Cafe duluan meninggalkan Rimuru yang menatap punggung pria itu dengan datar, sebelum menghela nafas dan tersenyum kecil lalu menyusul nya.

Saat di dalam Cafe, Dokja tidak menyangkal akan seramai ini tempatnya, "Gila .. " mereka berdua pada akhirnya memutuskan mencari tempat duduk dulu dan baru memesan menu setelahnya.

"Kau mau pesan apa, Dokja? "
"Kopi susu, kau? "
"Kopi hitam biasa, disini ada dessert juga, ingin pesan?"
"Cake Stroberry sepertinya tidak buruk,"

Setelah memesan, pesanan mereka akhirnya datang. Sambil berbasa-basi, karena jarang dia orang ini bisa makan bersama, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan meski tinggal satu rumah dengan yang lain.

°°°

Pada akhirnya aku hanya pergi berdua dengan Rimuru, kami sudah lama tidak jalan-jalan seperti ini sebenarnya. Dan disinilah aku, duduk berhadap-hadapan dengan perempuan ini.

"Kenapa menatapku seperti? Ada yang ingin kau bicarakan ...? " aku tersadar kalau susah menatapnya, tanpa berbicara apapun. Yah ... Sebenarnya aku punya pertanyaan, terlalu banyak pertanyaan..

"Rimuru, kau ingat kapan kita berkenalan? " aku melihatnya berkedip dengan cepat beberapa kali, dan menjawab, "ya? Kenapa kau bertanya..? "

"Aku tidak ingat, benar-benar tidak ingat. "
"Ya, bertahun-tahun sudah terlewati. Bukankah itu hal yang wajar jika kau tidak ingat? " dia bertanya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Harusnya memang begitu, tapi tidak wajar kalau aku sampai tidak mengingat apapun, kan? " dia hanya diam, aku selalu merasa aneh .. Aku selalu merasa tidak mengenai Rimuru, tapi di sisi lain aku juga mengenalnya. Dia seseorang yang tiba-tiba muncul di ingatan ku.

Saat terbangun di apartemen pun, yang ku ingat hanya saat aku lulus S. M. P dan berfoto bersamanya. Dan di belakang itu aku tak ingat sama sekali, aku yakin itu nyata karena pajangan fotonya ada di kamar ku.

"Rimuru ... Siapa kamu sebenarnya? " Rimuru menatapku, bisa kulihat wajahnya yang tersenyum kecil itu. "Menurut mu, aku itu apa? "

" ... Entahlah, tapi aku yakin kau temanku. Setidaknya itu yang aku rasakan"
"Maka itulah aku untukmu, benar? "

Ucapannya benar, tapi bukan itu yang ingin aku dengan darinya. Aku ingin jawaban yang lebih jelas,
"Bukan itu maksudku, " aku bisa melihatnya menghela nafas.

"Lalu jawaban seperti apa yang kau inginkan? "
"Entahlah, aku hanya merasa melupakan sesuatu yang penting .. Tapi aku tak tau apa itu"

"Kau sudah 30 tahun, pak tua. Tentu kau banyak lupa"
Dia menyentil jidat ku pelan, meski ucapannya tidak salah tapi aku tetap kesal di katai tua. Hei, 30 tahun itu masih terhitung muda.

"Tapi yah. Seiring berjalannya waktu, kau pasti akan melupakan banyak hal, dan mungkin aku juga seperti itu, " Aku terdiam saat dia menyatakan hal seperti itu, rasanya seperti dia akan menghilang saat ini juga ika aku tak memperhatikan nya,

"Rimuru, jangan menghilang, "
"... "

Tanpa sadar aku mengucapkannya.

"Mari kita lihat kedepannya, " Dia tersenyum. Senyuman yang menyebalkan, dia selalu seperti ini jika tidak mau menjawab dengan pasti.

"Ada atau tidaknya keberadaan seseorang itu tergantung ada yang mengingatnya atau tidak, kalau kau melupakan aku. Maka aku pun akan menghilang"

Aku tidak mengerti, tanpa sadar kerutan yang sangat jelas tercetak di wajahku. Dia tersenyum lagi, dan lagi. Aku benci senyuman itu, seolah itu senyuman terakhirnya di dunia ini.

"Maksudmu? "
"Lupakan, mari kita pulang setelah menghabiskan cakenya"

Pada akhirnya aku malah di hantui rasa gelisah, takut orang dihadapan ku ini menghilang sungguhan. Aku merasa akan sangat putus asa jika itu terjadi..

TBC.

_________________________________________________________

SIDE STORY DONE!
Thankyou buat yang udah vote sama comment!
Aku akan mengerjakan story utamanya setelah ini, untuk sementara ini dulu, dan aku akan kembali dengan Double update (≧∇≦)/

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A disastrous deal  [Rimuru X Orv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang