20| Risalah Hati

1.4K 180 20
                                    

Joyie Valerie, dari namanya saja sudah mampu membuat Abi tersenyum seharian. Sejak Abi merantau ke Jakarta, Abi sudah tidak pernah lagi melihat mbak Joy. Yang lebih anehnya lagi, perasaan Abi sama sekali tidak berubah sejak terakhir kali ia bertemu dengan Joy.

"Edan mbak lo, Bel. Cantik banget buset, mana bodynya aduhai bener." Abi memandang postingan terbaru dari Joy.

"Gue tuh apa ya Bi, masih gak percaya lo suka sama yie."

Dimata Isa, masih terasa aneh ketika Abi memuji kakaknya begini kakaknya begitu.

"Dilihat dari postingannya, mbak Joy nih tipe nyari laki-lakinya yang prospek hidupnya udah jelas sih, Bi. Secara kan mbak Joy udah masuk umur 25 tahun," ungkap Ilham.

"Umur itu bukan apa-apa, selagi gue bisa working hard buat yakinin mba Joy kalau I'm worth it to her, yeah, why not?"

"Gak main-main ya lo memperbaiki dirinya." Isa geleng-geleng kepala, melihat Abi sebijak ini aja sudah aneh menurutnya.

"Udah berjuang sampai mana, Bi?" Tanya Ilham, pasalnya selama ini mereka hanya mendengar puji-pujian saja, tidak pernah sekalipun mereka mendengar keluh kesah Abi dari prosesnya mendekati diri pada Joy.

"Sampai gerbang fti, sih," jawab Abi asal.

"Saran gue lo belajar dari Ilham, Cuk. Jangan sampai ikut ke salip sama laki-laki baru," saran Esa.

"Gue gak gagal-gagal banget njing! cuma yaaaaaa.... gue mencintai diwaktu yang salah."

"Gatot namanya, gagal total, gagal pedekate, gagal pacarin juga, udah gitu ke tikung, lo mau gue sebut pakai istilah apa lagi, supaya bisa mendeskripsikan kegagalan lo ngegaet Mina?"

Ilham hanya misuh-misuh tidak jelas.

"Gimana ya caranya deketin mbak Joy? Gue gak ada kebutuhan khusus soalnya." Abi mengadahkan kepalanya ke atas, memikirkan cara mendekati Joy.

"Yie bulan depan mau ke Jakarta katanya, ada cabang perusahaannya yang harus dia pantau," balas Isa. 

Abi menjentikkan jarinya. "Nah, pas banget kan tuh, emang ya kalau udah jodoh mah cara apapun selalu dateng."

"Effort aja dulu, Bi. Solat, berdoa juga. Lo solat aja cuma tiap Jumat doang, itu juga kalau gak dipaksa gak bakalan solat, gimana mau jadi imamnya mbak Joy nanti lo," tutur Esa.

"Gampang itu mah bisa diatur," balas Abi santai, kemudian menatap Esa.

"lo juga jangan sok menasehati gue kalau lo aja masih suka icip-icip alkohol," dilanjutkan dengan roastingan pada Esa.

"Gue icip-icip juga lo ikutan, mau ngata apa lo?" Esa menaikkan dagunya.

"Tobat dah lo semua," lerai Ilham.

"Lo juga—"

"Apa? Gue juga apa? Gue gak doyan alkohol kayak lo pada yang maniak alkohol," tantang Ilham sebelum Abi meroasting dirinya.

"Lo doyannya icip-icip bibir dedek gemes monyet! Jangan merasa wah dah lo, dugong."

"Gapapalah, enak, mantep."

Isa menatap miris ketiga temannya yang sibuk memperdebatkan hal-hal tidak penting.

Getaran pada ponsel Isa mengharuskan ia menjauh dari ketiga temannya.

"Halo?"

"Dek, malam ini Yie flight ke Jakarta."

"Kok dadakan, Yie?"

[✓] Semua Tentang KitaWhere stories live. Discover now