18🌻

2.6K 199 2
                                    

Happy Reading.

Daffa bangun dari tidur nyenyak nya. Mengucek matanya sejenak lalu memandang sekeliling nya yang terlihat asing.

"Daffa di mana?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Daffa turun dari kasur menuju pintu kamar, dengan segera pelan dia membuka pintu. Daffa kembali di buat bingung melihat di sekelilingnya yang begitu asing.

Dengan keberanian yang penuh Daffa keluar, menuruni tangga dengan pelan. "Loh Daffa?"

Daffa menoleh, ternyata yang memanggil nya adalah seorang wanita. "Daffa sudah bangun sayang?" Tanya wanita itu. Daffa menganggukkan kepalanya walaupun masih bingung tak mengenal siapa yang mengajaknya bicara.

"Ayo sayang, kita kedepan." Wanita itu mengulurkan tangannya, Daffa menatap ragu tangan wanita itu. Dia sudah di nasehati untuk tidak percaya dan ikut pada orang yang tidak di kenalnya.

"Gak usah takut sayang, kita mau ke Ayah kok."

"Ayah?" Tanya Daffa. Dia langsung teringat pada Radit.

Daffa menerima uluran tangan wanita itu dan mengikuti langkahnya. "Loh nak kamu sudah bangun." Radit melihat anaknya berjalan bersama kakaknya pun mendekati sang anak.

Daffa mengangkat kedua tangannya minta digendong. Radit tersenyum lalu membawa sang anak ke gendongan nya. Daffa menyembunyikan wajahnya di dada bidang Radit.

"Cucu Oma." Najwa itu mengusap kepala cucunya  sayang. Dia mengerti jika cucunya itu masih malu-malu, dia juga sangat bersyukur bisa menemukan cucunya setelah sekian lama.

Ini semua gara-gara wanita licik itu, berani-beraninya dia membuang cucunya yang masih sangat kecil itu.

"Maafin Oma ya sayang." Ucap Najwa menatap seduh cucunya. Ini semua salahnya, dia yang berniat menjodohkan putranya dengan wanita iblis itu hingga membuat cucunya menderita.

Radit tersenyum pada sang Ibu. Yang lain hanya diam melihatnya.

"Mau Bunda." Cicit Daffa.

Radit dan Najwa saling pandang. "Hei Daffa sayang. Sekarang kita sama keluarga Ayah, ada Oma Opa dan yang lain." Jelas Radit.

"Ada teman-teman Daffa juga di luar, mau keluar gak?" Tanya Radit.

Daffa menggelengkan kepalanya. "Mau Bunda." Ucapnya lagi.

"Yuk, sama Oma. Kita keluar yang lain ada di luar, Daffa mau main sama teman-teman?" Daffa kembali menggelengkan kepalanya. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Radit.

"Mau Bunda.... Huaaaa hiks hiks bundaaaa huaaaa." Tangis Daffa pun pecah, dia ingin Bundanya. Dia tak mengenal yang lain dan hanya menginginkan bundanya.

Radit berdiri menimang-nimang putra, mengelus punggung nya. "Iya nanti kita telpon Bunda ya nak, udah dong nangisnya. Masa anak tampan nangis sih."

"Hiks hiks, mau Bunda."

"Iya, Nanti kita telpon Bunda ya. Daffa berhenti nangis ya, belum makan juga kan sayang? Kita maka dulu ya." Bujuk Radit, Akhirnya Daffa menganggukkan kepalanya.

"Yuk, kebetulan tadi Oma masak khusus untuk Daffa." Ajak Najwa.

"Kenapa mbak? Kok tadi ada suara anak nangis?" Tanya seorang gadis remaja para wanita dua wanita yang ada di rumah tengah tadi.

"Daffa sudah bangun, tapi nangis cari Bundanya." Jawabnya.

"Wah, Daffa sudah bangun?" Pekik gadis itu senang.

"Iya, tapi kamu jangan ganggu dulu, biarkan dia makan dulu. Nanti kita dekati pelan-pelan." Gadis itu mengangguk patuh.

"Yaudah aku mau keluar, sekalian kasih tahu yang lain."

"Anak itu." Wanita yang satunya lagi terkekeh.

Di dalam dapur Najwa dan Radit juga duduk di meja makan menemani Daffa makan. "Daffa mau makan yang mana sayang?" Tanya Najwa.

Di atas meja makan ada berbagai jelas makanan yang menggugah selera.

"Daffa mau sayur brokoli, sama telur dadar." Ujar Daffa, meskipun di sana banyak makanan yang enak tapi dia hanya menginginkan telur dadar.

"Itu ada ayam loh, ada udang juga. Daffa mau yang mana?" Tanya Najwa.

"Mau makan ayam?" Tanya Radit.

"Nanti Ayah masak kan telur dadar nya, Daffa makan yang ada saja ya." Lanjut Radit.

"Iya." Najwa tersenyum senang, dia mengambil makanan sesuai keinginan cucunya dengan senang hati.

"Makan yang banyak."

"Makasih Nenek." Ucap Daffa.

"Panggil Oma sayang."

"Oma?"

"Iya, Oma."

"Makasih Oma." Mata Najwa berkaca-kaca mendengar cucunya yang pertama kali memanggilnya.

"Cucu Oma." Najwa menghujam ciuman bertubi-tubi pada Daffa.

"Sekarang Daffa makan ya." Daffa menganggukkan kepalanya, ia membaca doa makan lalu melahap makanannya.

Najwa semakin terharu melihat itu, cucunya sudah besar. Dia bangga karena cucu nya bisa begitu lancar membaca doa makan tersebut, cucu sahabat nya saja yang lebih tua dari cucunya itu masih suka lupa doa makan.

Radit mengusap sayang rambut Daffa yang begitu lahap makan.


Tbc.








Mawar Jk

Bunda Ayu [TAMAT] OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang