|| 15 || Passionate

14 4 0
                                    

Dari sekian banyak hal di dunia ini, alam adalah salah satu yang nggak bisa manusia prediksi. Bisa saja beberapa menit lalu masih terang benderang, dan nggak sampai sepuluh menit kemudian ada hujan deras datang. Tapi satu hal yang sudah pasti adalah mendung akan jadi pertanda hujan. Langit di atas kepalanya sudah menunjukkan tanda-tanda awan kelabu dan Flo masih berjalan di trotoar.

Jarak antara tempatnya saat ini dan minimarket masih seratus meter lagi, tapi menurut perkiraannya hujan nggak akan datang setidaknya sebelum Flo sampai di minimarket. Kalau misalnya nanti saat di minimarket hujan Flo mungkin terpaksa harus memesan taxi online. Sayangnya semesta untuk hari ini memutuskan untuk nggak sepakat dengannya.

Sedang santai-santainya berjalan mendadak hujan langsung mengguyur dengan deras. Flo sempat kaget sebentar lalu celingukan ke kanan dan ke kiri.

"Aduh, neduh dimana ini!"

Sepanjang trotoar hanya diisi pertokoan tanpa kanopi yang memadai buat seseorang berteduh. Buntu, Flo mengalihfungsikan tasnya sebagai payung dadakan dan segera berlari. Dalam pandangan yang terbatas Flo berharap setidaknya ada bangunan yang cukup memadai buat dirinya berteduh karena kalau nggak dia bisa dipastikan akan terserang flu jika berlarian di bawah hujan terlalu lama.

Untungnya dari jarak terbatas itu Flo melihat sebuah toko yang sedang tutup yang punya kanopi cukup buat berteduh. Gadis itu sudah sangat siap buat mengambil langkah seribu menuju tempat itu, namun tubuhnya mendadak tersentak saat seseorang menarik lengannya. Tangannya sudah siap untuk menyentak dan memberi perlawanan, tapi tenaganya yang nggak seberapa bikin Flo malah mengikuti langkah orang itu hingga tahu-tahu dia sudah berada di sebuah beranda teduh ruko kosong yang tak cukup terawat.

"Kak Virgo!"

Kekagetan menyerang Flo waktu menyadari kalau sejak tadi sosok yang menyeretnya di tengah hujan ternyata adalah Virgo. Tubuh cowok itu sama basah kuyupnya dengannya. Bedanya saat ini Virgo kelihatan seperti seorang model yang memang sengaja membasahi seluruh tubuh buat menyesuaikan konsep pemotretan, sedangkan Flo malah kelihatan kayak anak kucing yang baru saja tercebur kolam ikan.

Virgo tersenyum membalasnya sembari melepas jaketnya yang sudah basah kuyup. Meninggalkan kaus hitam yang terlalu basah hingga melekat ke badan. "Sorry. Tadi gue lihat lo bingung banget, jadi gue reflek narik lo ke sini."

Terakhir kali Flo masih ingat mereka bicara berdua dengan akrab, tapi entah kenapa saat ini atmosfer di sekitar mereka sangat canggung. Flo bahkan nggak tahu harus dengan kata apa menjawab ucapan Virgo barusan.

Plis, Flo. Bersikap normal dan jangan nunjukin perilaku yang alay nan berlebihan yang bikin Virgo ilfil.

Sayangnya kebanyakan berpikir malah bikin Flo bingung mau bicara apa lagi dan malah berakhir dengan kepala menunduk dengan jemari yang saling memilin. Gadis itu mungkin nggak melihat tapi Virgo tersenyum melihatnya. Perlahan cowok itu maju beberapa langkah dan meraih salah satu telapak tangan Flo. Menuntut gadis itu duduk di salah lantai ruko.

"Duduk sini."

"I—iya, Kak."

"Santai aja Flora. Kayak terakhir kali waktu kita makan es krim. Jangan bikin gue berpikir kalau kita jadi jauh lagi."

Tunggu, ini maksudnya Virgo menyalahkan Flo karena bersikap canggung gitu? Terus? Bagaimana Flo harus bersikap kalau nggak canggung begini setelah seminggu mereka mendadak nggak ada kontak apapun dan bahkan nggak ketemu di kampus. Flo bahkan sempat berpikir kalau mungkin saja Virgo pindah fakultas tapi kok ya nanggung amat pas menjelang semester tua.

LoverBoyWhere stories live. Discover now