[2]

268 52 33
                                    

Sinar terang menyerbu begitu Sakura mulai membuka mata. Beberapa kali Sakura mengerjap demi menghalau silau, sampai akhirnya ia bisa terbiasa dengan terang dan dominasi warna putih yang tertangkap mata. Atap, dinding, pintu. Ruangan yang asing, tapi aroma yang tak asing. Sakura mengenalinya dengan baik. Aroma samar obat-obatan yang tiap hari selalu terhirup, apakah ini artinya Sakura berada di rumah sakit?

Sakura masih diam, masih berusaha mengatur napas akibat mimpi mengerikan yang membuat jantungnya memompa kencang. Genangan darah. Kilatan senjata tajam. Suara senjata api. Peluru yang menembus tubuh. Sakura memejamkan mata berusaha mengenyahkan isi pikirannya. Pening di kepalanya pun mulai kembali terasa. Sakura mengangkat tangan, menyeka keringat di dahinya.

Terdengar suara pintu terbuka disusul bunyi ketukan sepatu, lalu Sakura mendapati sesosok wanita berdiri tepat di sampingnya. Awalnya Sakura mengira sosok yang datang adalah perawat atau dokter yang akan memeriksakan kondisinya, tetapi wanita yang berdiri sekarang sama sekali tidak mencerminkan keduanya.

Turtleneck hitam dipadukan dengan blazer berwarna sama, memberikan kesan misterius yang kentara. Rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai berwarna ungu gelap. Sakura tidak bisa tidak curiga. Apakah wanita ini juga bagian dari mereka?

"Kau sudah sadar?" Wanita itu menarik kursi. Duduk dengan begitu elegan, lalu memasang senyum yang menambahkan kecantikannya. Namun Sakura lebih suka menganggap senyum itu hanyalah formalitas agar terkesan ramah.

"Di mana aku?" Sakura mencoba bertanya, tepatnya memberanikan diri. Keringat telah membanjiri telapak tangannya. Ia tentu ketakutan.

"Kupikir kau sudah bisa menebaknya dengan melihat ruangan ini."

"Artinya kau juga tahu apa maksud dari pertanyaanku, bukan?"

Wanita itu hanya membalas dengan senyuman. Sakura menyimpulkan bahwa lokasi di mana dirinya sekarang tidak akan diberitahukan. Apa ini artinya ia menjadi tawanan mereka?

Sakura mencoba bangkit, ikut duduk di atas kasurnya. Lagi pula tidak ada luka serius yang dideritanya. Sakura ingat laki-laki misterius yang dijumpainya semalam hanya membuatnya tak sadarkan diri. Dan kenyataan bahwa ia juga tidak diikat seperti tawanan yang biasa ia tonton di film-film aksi kesukaannya, menunjukan bisa jadi mereka bukan orang jahat. Tidak. Sakura tidak bisa menyimpulkannya terlalu cepat.

"Kau siapa?" tanya Sakura lagi. "Apa kau bagian dari mereka?"

"Kau tidak ingin minum terlebih dulu? Atau ingin makan sesuatu? Aku bisa menyediakannya kalau kau mau?"

Sakura menggeleng. Rasanya bukan itu yang ia butuhkan sekarang.

Senyuman kembali terpasang di wajah wanita itu. "Maaf aku sampai lupa mengenalkan diriku. Aku Hinata."

Wanita itu menunjukkan kartu identitas yang mengalung di lehernya. Sakura membaca tulisan yang tertera berulang kali. Dia seorang anggota kepolisian? Apa itu artinya pria yang ia temui sebelumnya juga orang kepolisian?

"Kedatanganku di sini adalah untuk menjelaskan berbagai hal padamu," lanjut Hinata setelah mengembalikan kartu identitasnya, kemudian membuka laci yang terdapat di samping tempat tidur. Mengambil beberapa map, layar tablet dan terakhir sebuah ponsel putih. "Ucapkan selamat tinggal pada ponsel lamamu karena barang itu telah kami sita sebagai barang bukti, dan sebagai gantinya kami membelikan ponsel yang sama persis dengan punyamu sebelumnya."

Sakura menerima ponsel putih yang Hinata sodorkan. Tidak ada kunci khusus begitu pun dengan tampilan ponsel yang masih menggunakan gambar setelan pabrik.

Sakura baru mulai mengecek lebih lanjut, suara Hinata datang seperti bisa membaca apa yang Sakura pikirkan. "Termasuk akun email, simcard dan memory card-mu. Semuanya itu juga kami sita."

GHOST FILEWhere stories live. Discover now