7

13 2 0
                                    

Thea merenung didalam kamar nya. Ia menatap keluar jendela. Pemandangan langit senja yang separuhnya tertutup sebuah mansion mewah.

"Lalu, bagaimana aku akan melanjutkannya ya."

Thea menyesali keputusannya. Ia marah dengan dirinya sendiri.

"Apa akal ku hilang?! Aku menyetujuinya begitu saja? Oh tuhan, bodoh sekali aku."

Thea melihat ke telapak tangannya.

"Satu minggu...."

"Mungkin itu cukup memuaskannya. Akan kubuat dia melihat sosok profesional yang sebenarnya."

###

Paginya, Thea bertemu Andrew. Andrew bersiap dengan jas kantornya dan beberapa koper, dipandu dengan banyaknya penjaga.

Thea berucap sendu, "Bos, kenapa mendadak sekali?"

"Aku pun juga terkejut. Tapi aku tidak bisa menolak undangan ini. Beliau adalah pemilik perusahaan cukup terkenal yang merupakan subordinatif terdekat kita."

Andrew mengusap kepala Thea, "tenang saja. Aku tidak akan lama."

Thea mengangguk. Sedangkan phyton berdecak keras, "kau ini manja banget."

Andrew terkekeh, "kau juga, Reon. Bilang saja jika kau sama dengannya, gengsi banget."

Thea tertawa licik, "heh. Reon gengsi."

Phyton menggeram tidak suka, "JANGAN PANGGIL NAMAKU!"

Andrew tersenyum maklum, "baiklah baik. Aku akan pergi sekarang. Tanggungjawab disini, kuserahkan pada kalian, Phyton dan Cobra."

Keduanya berdiri tegak dan kembali menjadi serius, "baik, bos."

Andrew memasuki mobil mewahnya beserta beberapa koper di bagasi. Mobil itu mulai melaju meninggalkan halaman mansion. Semua orang disana menundukkan kepalanya serentak hingga mobil itu melewati gerbang.

Setelahnya, semua orang kembali pada kesibukan masing-masing. Phyton berjalan melewati Thea yang melamun.

"Apa yang akan kau lakukan mulai sekarang?"

Thea memijat pelipisnya, "aku akan ikut mengurus perencanaan utama."

"Tidak."

"Hah?"

"kau sedang dalam libur."

"Tapi bos tidak disini. Dia juga meninggalkan tanggungjawab itu kepadaku."

"Kau tetap libur. Aku akan mengurusnya."

"Apa maksudmu? Aku juga punya tanggungjawab disini!"

"Ini bukan karena aku tidak mau bersaing padamu dalam hal ini. Tapi karena kau memang butuh istirahat, paling tidak, dimataku begitu."

Thea tertegun. Apa yang salah dengannya?

"Kau kenapa? Kau phyton kan?"

"Memangnya aku kenapa?"

Thea bergidik, "menakutkan."

Phyton mengernyit tidak suka, "pokoknya kau libur. Jika aku butuh bantuan, aku akan bilang padamu."

Setelahnya, Phyton melengos pergi. Lalu Thea kembali ke kamarnya.

Thea mengemas beberapa barang kedalam tas nya. Lalu dia menyimpan in-ear nya di laci. Berganti pakaian dengan celana jeans ketat warna coklat, turtleneck hitam yang dipadukan jas hitam, serta boots pendek coklat tua. Ia menggelung rambut bergelombangnya dan menyisakan beberapa helai yang terjatuh didepan telinganya. Keluar dari kamar, lalu berjalan disepanjang koridor mewah itu.

[✔] GEPARDWhere stories live. Discover now