10

6K 302 0
                                    

Lima hari sudah sejak pertemuan mereka, saat ini Deka sedang berada di sebuah coffeshop, memandang keluar pada jendela besar yang memperlihatkan derasnya hujan yang mengguyur kota Jakarta siang itu.

Padahal waktu masih menunjukkan pukul 4 sore hari namun terasa seperti pukul 7 malam, cukup gelap.
Sesekali Deka menyeruput latte nya, ini sudah gelas kedua yang dia pesan yang artinya sudah cukup lama Deka berada disana.

Sebenarnya ini adalah lokasi terakhir yang Deka kunjungi selama lima hari ini bernostalgia mengunjungi tempat-tempat yang pernah menjadi kenangannya dengan Raka.

Beberapa tempat memang belum ada karena tempat itu akan ada di masa depan. Deka ingat salah satu dari tempat yang belum dibangun itu akan menjadi tempat favorite suami serta anaknya.

Deka tersenyum pahit mengingatnya.

Bita memperhatikan itu semua sedari awal mereka tiba disini. Bagaimana Deka tersenyum namum nampak sedih, bagaimana dia seakan terlihat senang tetapi dengan matanya yang basah, bagaimana dia terlihat memerlukan usaha hanya untuk menarik dan membuang nafasnya, tatapan sendu yang mengartikan kerinduan akan suatu moment yang hilang.

Bita tidak tahu menahu tentang kegiatan Deka yang mengunjungi tempat-tempat bersejarahnya dengan Raka selama empat hari ini. Hari ini dia mengunjungi Deka ke rumahnya untuk mengajaknya jalan-jalan, bertepatan dengan Deka akan keluar jadilah mereka pergi berdua dengan Bita yang menyetir.

Mereka sampai ke tujuan sekitar pukul 2 siang hari yang kebetulan hujan langsung mengguyur sesaat setelah mereka mamasuki caffè.

"Jadi?" Bita mulai mengeluarkan suara karena bosan melihat Deka senyum sedih tidak jelas.

"Jadi?" Tanya Deka dengan alis sedikit berkerut nampak bingung dengan pertanyaan Bita.

"Apa hubunganmu dengan Kehan ? Kau selalu terlihat sedih, apa dia menolakmu?"

Kedua alis Deka semakin berkerut dengan pertanyaan kedua yang dia dengar. Karena melihat tatapan Bita yang menyelidik dan mendengarnya menyebutkan nama seseorang yang Deka kenal tiba-tiba mengingatkannya dengan kejadian di reuni saat itu.

"Ck! Bukan" Jawab Deka malas

"Bukan ?, Bukan salah lagi ?" Tanyanya dengan mata sedikit melebar seakan tidak terima sahabatnya ditolak oleh orang macam Kehan.

Anak setan

"Aku tidak ada hubungan apapun dengan Kehan"

"Lalu ? Kenapa tatapanmu sangat dalam padanya malam itu?"

"Bukan pada Kehan"

"Lalu pada siapa ?" Tanyanya skeptis

"Bukan siapa-siapa, aku hanya memperhatikan teman-teman yang lain karena beberapa aku lupa dengan tampangnya"

"Ohh~ aku pikir kau akan jawab kau memperhatikan Raka" Ucap Bita sembari memakan dessert nya. Deka yang mendengar itupun menghentikan gerakan tangannya yang memegang gelas latte yang akan dia minum tepat di depan bibirnya.

Deka tau tidak semestinya dia berbohong pada Bita karena serapi apapun dia menyembunyikan sesuatu, cepat atau lambat Bita akan tahu bahkan hanya dengan cara Deka menarik nafas yang terdengar berbeda dari biasanya dia tau pasti ada yang sedang tidak baik-baik saja dengan Deka.

Deka membuang nafasnya pasrah, apa Bita akan percaya jika Deka menceritakannya ? Tapi Deka belum siap mendengar tanggapannya, Deka juga takut masa depan semakin berubah jauh dari seharusnya jika Bita tau tentang hal ini.

Sesaat setelah Deka membuka mulut untuk mengatakan sesuatu pada sahabatnya terdengar sapaan ramah nan heboh dari dua- tidak, satu orang laki-laki yang sangat dia kenali.

LealWhere stories live. Discover now