~Siji~

1K 31 1
                                    

Ryana, adalah marga dari nenek Ryan, dimana kepala keluarga mereka adalah seorang wanita. Setiap anak perempuan yang lahir, nama depan mereka harus tercantum nama Ryana seperti Ryan dan Saras, jika anak itu laki-laki, tidak boleh didepan, biasanya terletak ditengah atau dibelakang. Ibu Ryan, Ryana Ayunda Galilia, biasa dipanggil Ayunda, memiliki seorang suami bernama Devano Garez Ganendra.

Ayunda dan Ganendra dikaruniai 3 orang anak, yaitu Saras, Ryan, dan Bagas. Dari ketiga anak tersebut, Ryan lah yang paling pendiam (mungkin lebih tepatnya tidak pandai bersosialisasi). Saat ia berusia 6 tahun, ia baru pertama kali merasakan pertemanan. Sialnya, ia mendapat pertemanan toxic.

Ryan kecil selalu dimanfaatkan oleh temannya, hanya karena ia masih polos, temannya dengan leluasa menyuruhnya melakukan apapun yang mereka inginkan. Tentu Ayunda yang mengetahui hal itupun langsung menyuruh seluruh anak buahnya untuk "menghilangkan" teman Ryan. Dan saat itu juga Ryan bertemu dengan Flora, Akbar, Kevin (adik Akbar), dan Silla.

Ryan menyukai Akbar saat kelas 7, semakin hari, rasa suka itu perlahan berubah menjadi obsesi. Pernah ada perempuan yang disukai oleh Akbar, ternyata perempuan itu juga menyukai Akbar. Saat ingin ke kamar mandi, ia melihat perempuan itu keluar dari kamar mandi

"Ryan? Kenapa?"

"can we talk?"

"yes, of course"

"Do you like Akbar?"

"yes, he's handsome, he's cute, he's perfect for me" Dari jawaban ini, Ryan sudah merasa tak suka

"are you fall in love with him?"

"haha yes, hopely i can be he's girlfriend" Ryan menangkup kedua pipi gadis itu

"HE'S MINE!" lalu ia mematahkan leher gadis itu. Gadis itu mati saat itu juga,Tentu Ryan syok melihat itu, ia lalu mengambil seutas tali dan menggantung gadis itu. 

"AAA!" Ryan berteriak, orang-orang yang mendengar itu langsung berbondong-bondong mengarah ke asal suara

"Yan lu kenapa?"

"d-di kamar mandi ada orang ma-mati!" suara Ryan yang bergetar dengan raut paniknya membuat semua orang percaya dengan apa yang terjadi.

Flora menghampiri Ryan "Yan, lu nggak kenapa-kenapa kan?" Flora merangkul pundak Ryan guna untuk menenangkannya

"gua nggak papa tapi gua takut mental gua kenapa-napa!"

Jam pulang sekolah

Saat perjalanan pulang, Ryan hanya memikirkan apa yang baru saja ia lakukan. Membunuh orang? Ryan membunuh orang? Rasanya hal itu tak ingin ia percaya.

"Nyonya Ayunda" Seorang maid datang dengan Ryan dibelakangnya

"iya?" 

"eh itu...nona Ryana ingin bertemu anda"

 Ryan masuk ke ruang kerja Ayunda "ya sudah, pergi"

"baik nyonya" maid itu membungkukkan badan lalu berbalik dengan perasaan takut.

"kenapa?" Ryan mendekat kearah Ayunda dan memeluknya, tangisannya pecah saat itu juga

"mama...aku-aku minta maaf, aku baru aja bunuh orang ma, disekolah" Ayunda mengelus kepala Ryan untuk menenangkannya dan mengecup pucuk kepalanya.

"shh, udah nggak usah nangis lagi ya?"

"mama nggak marah?" pertanyaan Ryan membuat Ayunda berpikir keras

"mungkin mama harus jujur sekarang, silahkan duduk" Ryan mengusap air matanya dan duduk didepan Ayunda.

Ayunda menghela nafas memantapkan dirinya, "jadi, ini semua berawal sejak kematian nenek"

"waktu itu waktu mama masih umur 16 tahun, terus tantemu umur 15" perkataan Ayunda terjeda sebentar.

"mama sempet depresi semenjak nenek meninggal. Waktu itu, mama bener-bener kacau. Mama minum-minuman keras, mama pake narkoba, mama hampir bunuh orang. Mama pernah masuk penjara dua kali karna kasus penyalahgunaan narkoba" air mata Ayunda mulai menetes, membasahi pipinya

"Terus mama makin kacau setelah tau tantemu hamil diluar nikah. Mama pernah mau bunuh diri" Ayunda memperlihatkan kedua pergelangan tangannya yang penuh luka sayatan, Ryan reflek menutup mulutnya, kaget

"tololnya, pembunuh nenek waktu itu ada dideket mama. Dia deket sama mama, dan sampe sekarang dia masih hidup. Dia juga deket sama kamu" Ryan semakin kaget mendengar hal itu.

" dia siapa ma?"

"nanti kamu juga tau. Mama pernah bikin kesepakatan sama dia, kalo mama punya dua anak perempuan dan satu anak laki-laki dia bakal jadi budak mama. Tapi, kalo mama punya dua anak laki-laki dan satu anak perempuan mama yang jadi budaknya" jelas Ayunda panjang sekali

"jadi aku sama Saras jadi perantara balas dendam gitu?" 

"maybe i can say that" Ayunda menunduk menahan tangisanya

"can i avenge you?" 

"no, fokus dengan apa yang manjadi tujuanmu. Biar dendamku kuurus sendiri" Ayunda berjalan karah Ryan dan memeluknya dari belakang

"jadi anak yang baik ya, jangan kayak mama. Cukup ikhlasin aja kalo mama nanti meninggal" perkataan tersebut sukses membuat Ryan takut, ia takut tak bisa mengikhlaskan kepergian orang-orang yang ia sayang.

Diam-diam Ryan menebak siapa pembunuh neneknya. Semakin lama, semakin penasaran dirinya. Dan ia memilih untuk melupakan hal itu dan fokus mendapatkan tujuannya, yaitu memiliki Akbar seutuhya

.

.

.

.

.

udah direvisi zeyenk~

hope you like it, i am very grateful if you like it U3U

bye have a good day and see you next time

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang