~Papat~

1K 24 2
                                    

"Akbar"

"Gua suka sama lu"

"Jadi......lu mau nggak jadi pacar gua?"

Dan disinilah mereka, diapartemen milik Ryan. Mereka sudah resmi menjalin hubungan asmara. Ya mereka udah pacaran, author mah...ya gitu, tau kan.

"Bar, tadi gua ditelpon sama emak lu, dia lagi pergi keluar negeri selama dua minggu, jadi dia nutupin elu ke gue"

"anjir! Itumah gua diusir anying"

"kagak usah alay deh lu, kayak kagak pernah ditinggal aje. Shibal"

mereka satu sekolah dan di sekolah mereka terdapat 2 asrama untuk putri dan putra.

"eh eh Yan! Mau apa lu lepas baju begitu?!"

"Mau ganti gue, pake baju ini rasanya panas njing" Ryan membuka pakaiannya membelakangi Akbar.

"dikamar mandi kan bisa goblok!" Akbar menutup matanya dengan kedua tangannya. Ryan lalu berbalik menatap Akbar

"Eleuh eleuh, pacarku kok malah tutup mata sih, kan cuma mau pamer badan sama pacar sendiri" punggungnya terlihat, ada tato bertuliskan 'Akbar' disitu.

Tak hanya di punggungnya, dilengannya pun ada banyak tato- tato kacil. Dan juga perut Ryan yang ber-abs, mantap.

Tiba-tiba terdengar suara kekehan yang berasal dari Akbar.

"Ryan-Ryan, nggak takut hamil lu kalo kita tidur satu kamar?"

"gua? Kenapa gua harus takut?"

"ya kan gua cowok yan, siapa tau kan gua kelewatan gitu waktu lu lagi tidur"

"Pikiran lu terlalu kotor" Ryan tersenyum miring.

Ryan menarik tangan Akbar sampai ke kamarnya, dan ia langsung mendorong Akbar ke kasur lau mengungkungnya.

"Lu pikir hubungan kita akan berjalan normal? Maybe...yes, but...maybe no"

Ryan membuka kancing baju Akbar

"Lu udah pernah jadi uke belum?" Akbar hanya menggeleng.

"Mau nyoba?" Akbar hanya mengangguk, tak mengerti dengan maksud Ryan.

Ryan menjilat puting Akbar.

"Oh shit!" Ryan lalu memilin dan mencubit nipple Akbar yang satunya membuat Akbar mendesah ringan.

"Ah...ahm"

Ryan melumat bibir Akbar dengan kasar sehingga Akbar tak diberi celah tuk bernapas.

Tangan Akbar mengalung dileher Ryan, tangannya mendorong dan memperdalam ciuman itu. Ryan beralih menciumi leher Akbar dan membuat banyak cupangan disana.

"Uhh..."

Ryan meraba tiap-tiap inci dari tubuh Akbar. Sentuhan lembutnya membuat Akbar nge-fly. Jantungnya pun berdegup kencang, badannya tersa panas.

"You like it? Akbar" Ryan mengusap bibir Akbar dengan jempolnya.

"Yesh...ahh more"

"Hah, ouh so cute, little bitch" Ryan mengelus kepala Akbar dan...

"AHH~" Ryan menjambak rambut Akbar dengan keras.

Ryan menjilat dada Akbar sampai ke perut, ia menusuk lubang pusar Akbar dengan lidahnya.

Ia membuka celana Akbar berserta boxernya. Tapi sebelum itu...

"Hmm, bentar" Ryan mengambil lotion dari lacinya dan...dasi? Untuk apa?

"Angkat tanganmu dong sayang~" Akbar menurut walaupun dalam hatinya ia merasa kebingungan.

"Ih pinter" Ryan tersenyum sambil mengelus pipi Akbar.

'Goblok!' Batin Ryan

"Ryan! Lu-lu ngapain?! Hah Ryan!" Akbar seketika panik.

"you will find out" Ryan mengikat tangan Akbar, ia lalu mengolesi tangannya dan lubang Akbar dengan lotion

"Ah...a-neh"

"Hahahaha. Tahan ya, cuma sebentar kok, nanti juga enak" apakah Ryan berbohong? Tentu tidak.

Ryan memasukan dua jarinya

"Bajingan! Itu-itu apa?! "

"Cuma jariku kok, kenapa? Something wrong darling?" Ryan bertanya dengan mukanya yang polos

Ryan menambah satu jarinya lagi

"Ryan...aneh, keluarin" Akbar merengek dihadapan Ryan.

Ryan semakin memperdalam jarinya hingga mengenai sweetspot Akbar.

"RYAN, JANGAN- FUCK!" Akbar berusaha melepas ikatan ditangannya.

'Don't...feel....good, please don't!' Tubuh dan pikiran terkadang tidak singkron, itulah yang dirasakan Akbar saat ini.

Pikirannya menyuruhnya untuk berhenti, tapi tubuhnya menginginkan lebih dari ini. Kakinya melingkar pada pinggang Ryan, kedua tangannya berpegangan pada dipan.

Ryan semakin mempercepat jarinya hingga Akbar sudah tak sanggup lagi berbicara, Akbar hanya bisa mengepalkan tangan dan mendesah.

"Ryan...more..more please!"

"God damn!" Ryan dan Akbar tak bisa menahan nafsunya. Tubuh keduanya sudah basah oleh keringat.

Ryan menggunakan tangannya yang lain untuk mengocok batang Akbar.

"Fuck me...hard"

(30 menit kemudian)

Nafas Akbar ngos-ngosan, bajunya berantakan, badannya pun berkeringat. Tidur bersebelahan dengan Ryan.

"Gimana? Enakkan?" Akbar membalasnya dengan anggukan

"Hahahaha" Ryan hanya tertawa melihat muka Akbar yang memerah.

"Akbar, jangan tidur dulu. I have something 'special' "

Ryan berjalan menuju brangkas, ia mengambil 3 gepok uang. 1 gepoknya bernilai 10 juta Rupiah

"Uang jajan buat kamu, kalo kurang ngomong aja. Asal..." Ryan mendekat ketelinga Akbar.

"Jangan cari cewek lain, ya?"

Akbar tercengang, melihat uang tunai 30 juta berada didepannya sekarang.

"Nggak usah yan"

"Terima aja...please" Ryan mengecup pipi Akbar.

Pipi keduanya memerah dan saling memalingkan muka. Ryan menutup mulutnya, Akbar memegang pipinya.

"Yaudah" ucap Akbar sambil tersipu malu

Ryan lalu mengangguk sambil tersenyum. Akbar memeluk Ryan dengan erat, Ryan lalu membalas pelukan tersebut sambil mencium leher Akbar.

'You're mine, no one can have you except me. If i can't have you, no one can'

.

.

.

.

.
Kek biasa, udah dilepici ya kaka

Akhirnya selesai yeyy

hayuk kita turu yuk

kesel (b jawa= capek)

Bye bye see you next time -3-

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang