Bagian Delapan Belas

1.2K 94 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌻

Sejak keluar dari ruangan dosen, senyum laki-laki berkemeja biru dongker itu tak hentinya mengembang. Untaian kata motivasi dan selamat dari beberapa guru yang mengajarnya selama di gedung besar nan megah ini terus saja terngiang di telinga. Membuat semangat di dada kian membara.

Seiring dengan keindahan senyumnya, suasana sejuk nan hangat dari matahari yang beberapa jam lagi akan terbenam itu semakin menambah bahagia di hatinya.

"Masya Allah ... temen aku emang paling keren pokoknya!" sambut Syena yang sudah menunggu sahabatnya sejak tadi. Arjun yang baru datang langsung mengambil bangku di depan Syena.

"Cie ... yang lusa mau sidang skripsi! Kasih tau dong tips and triknya," kata Syena terlihat sangat bersemangat.

Arjun hanya tersenyum dan menggeleng pelan. "Kuncinya cuma dua, Sye. Mau dan fokus. Karena dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Kalau sudah ada rasa 'mau' melakukan sesuatu, maka fokuslah. Sebab, kunci dari keberhasilan itu adalah fokus."

"Okey, thank you, Jun!" balas Syena langsung mencatat apa yang dikatakan sahabatnya tadi. "Btw, Aleena udah hubungin kamu belum?"

Arjun menoleh sebentar, lalu kembali menatap ponselnya. "Kemarin udah, Sye. Kayaknya di sana emang susah sinyal."

"Hmm ... pasti kamu kangen banget, ya?"

"Ya, mau gimana lagi, Sye? Harus ada yang dikorbankan untuk mendapat sesuatu yang lebih besar. Ini juga demi masa depan Aleena. Jadi, aku nggak bisa ngelakuin apapun selain mendukung dan mendoakannya," jawab laki-laki itu dengan senyum yang begitu tulus.

"Masya Allah ...," gumam Syena kembali dibuat kagum dengan sikap Arjun. Bukan hanya sikap laki-laki itu, tapi cara pasangan itu menyikapi takdir yang baru saja memisahkan mereka. Syena kembali dibuat takjub dengan cara mereka saling menjaga dari kejauhan.

"Ya udah, Sye. Aku balik duluan, ya. Kamu pulangnya sama siapa?" tanya Arjun yang sudah bangun dari duduknya.

"Aman. Aku bawa kendaraan kok."

Arjun mengangguk. "Hati-hati, ya."

Syena langsung mengangkat jempolnya untuk merespon ucapan Arjun tadi. "Titip salam ke Ale kalau udah balik."

"Insya Allah," timpal Arjun benar-benar pergi setelah mengucap salam. Karena urusannya di kampus sudah selesai, ia memilih untuk pulang saja. Selain karena tidak ada orang di rumah, ia juga harus menjemput orang tuanya di stasiun setelah Magrib nanti.

Dengan kecepatan rata-rata, laki-laki itu berhasil tiba di halaman rumahnya sebelum jam empat sore. Karena ia ke kampus pukul delapan pagi, lalu bimbingan dengan dosen sampai pukul sepuluh. Sehabis itu mengurus beberapa berkas di bagian administrasi sampai menjelang Zuhur.

Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️Where stories live. Discover now