26. Love & Respect

90 17 0
                                    

TAHU nggak sih kenapa cowok setelah nikah lebih suka nongkrong di cafe ketimbang dia di rumah? Atau dalam arti lain, kenapa cowok setelah nikah lebih betah di luar?

Ternyata ... kata Ia yang baru-baru ini abis baca buku Love & Respect yang ditulis berdasarkan surat seorang lelaki bernama Paulus untuk temannya di Turki sana sekitar 2000 tahun yang lalu, mengatakan bahwa, problem pernikahan dari dulu sampai sekarang tuh sebenernya ... nggak pernah berubah.

Sama aja!

Kira-kira isi suratnya gini.

Suami sayangilah istrimu dan istri hormatilah suamimu.

Loh, kenapa kok suami disuruh menyayangi istri dan istri menghormati suaminya doang? Kenapa nggak saling menyayangi dan menghormati aja?

Hm! Gini, ada sebuah riset pernikahan yang kuesionernya kira-kira gini. Apakah kamu merasa tidak disayang atau tidak dihormati??? Dan ternyata, mayoritas istri menjawab bahwa mereka tidak disayang, sedangkan mayoritas suami justru menjawab sedang tidak dihormati.

Pernah denger nggak sih komplenan istri yang mostly sering banget jadi bahan omongan perkumpulan pergosipan sesama para bestienya, "Aduhhh laki gua nggak sayang lagi sama gua, dia tuh lebih sayang sama anaknya, lebih sayang sama hobinya, lebih sayang hewan peliharaannya!"

See? Istri ngomongnya selalu sayang.

Beda halnya dengan laki-laki, kalau ketemu temennya ngeluhnya paling kurang lebihnya gini, "Lu tahu nggak sih istri gua, gua tuh capek kerja, gua kerja buat dia, gua kerja buat keluarga kita, eh sampe rumah bukannya gua dimasakin enak, dipijit, ditanyain kerjaannya gimana ... malah gua diomelin. Gila, nggak bersyukur banget dia! Hargain gua kek! Gua juga capek kerja seharian kali!"

See? Laki-laki mintanya apa coba?

Dihargai!

Well, sejauh ini udah ada sedikit gambaran ya, bahwa di dalam pernikahan atau rumah tangga, masing-masing tuh mempunyai kebutuhan tersendiri. Seorang istri butuh untuk selalu disayangi (diperlakukan dengan bahasa sayang) dan seorang suami butuh untuk selalu dihormati (diperlukan dengan bahasa hormat).

Thats it!

Di awal-awal Ia hamil, gua dan Ia pernah liat sebuah diagram yang menunjukkan sebuah siklus gila. Di situ tergambar bahwasanya tanpa rasa sayang istri akan bereaksi tanpa rasa hormat, begitu juga tanpa rasa hormat suami akan bereaksi tanpa rasa sayang terhadap istrinya. Ini dinamakan sebagai the crazy cycle.

Gila banget kan. Sesimpel itu ternyata kebutuhan yang masih jarang banget sebuah keluarga pahamin. Sehingga seorang suami atau seorang istri sampai terlupa bahwa mereka bersama seyogyanya saling melengkapi dan saling menguatkan.

Sekarang problemnya udah ketemu. Love and respect ini benar-benar nggak bisa disepelekan bahkan dapat memutar-mutar kita di siklus gila sampai kedua pihak nggak ngerasa selesai kalau nggak cerai, atau paling rendah nyari kebutuhan masing-masingnya ini di luaran sana. Apa yang harus kita lakukan setelahnya? Nggak mungkin kita diem sampai ngerasa diri kita nggak cocok kan?!

Satu yang paling logis yang harus kita lakukan adalah ... memutar kembali arah diagram siklus gila tadi. Kita balik berjalan ke arah yang berlawanan. Suami balik memberikan rasa sayang ke istri, sehingga istri secara naluri akan kembali menumbuhkan rasa hormatnya kepada suami. Begitupula rasa hormat istri secara otomatis akan memotivasi suami untuk terus mengasihi istri. Sehingga, terjadilah hubungan yang saling menguatkan atau the energizing cycle.

Pertanyaan selanjutnya. Siapa yg harus memulai duluan? Siapa yg harus mengeluarkan effort lebih memutar arah diagramnya tadi? Apakah suami yang harus menyayangi duluan, atau istri yang harus menghormati duluan?

Jawabannya, siapa yang lebih dewasa!

Di pernikahan gua sendiri, gua harus ngaku bahwa Ia menjadi pihak yang lebih dewasa ketimbang gua. Pernah denger istilah unconditional love. Cinta tanpa pamrih. Maybe semua laki-laki atau suami bisa melakukan itu, kita bisa ngelakuin apa aja atas dasar cinta tanpa minta balasan dari istri. Tapi pernah nggak kita denger istilah unconditional respect, perasaan hormat tanpa mengharapkan imbalan??? Nggak pernah kan? Karena yg diajarin masyarakat selama ini adalah ... kamu harus menghormati seseorang karena ada imbalan yang kamu harapkan!

Dan ini yg sulit banget dilakukan istri. Sulit bagi mereka merealisasikan sikap menghormati apalagi jika posisi suaminya ini terlihat tidak layak dihormati. Hanya istri-istri terpilih yang sanggup melakukan itu!

Beruntungnya buat gua adalah, istri gua justru ternyata termasuk satu dari istri-istri terpilih itu. Bayangin, dia menghormati gua seakan-akan nggak ada hal yang harus dituntut dari gua. Gua belum punya apa-apa ketika gua nikahin dia dan dia menghormati gua. Gua belum ngerti apa-apa ketika gua nikahin dia dan dia menghormati gua. Bahkan dia yang justru ngerti kebutuhan gua ketika gua belum sepenuhnya ngerti kebutuhan dia.

Well, kayanya nggak ada alasan buat gua mencari rasa hormat itu di tempat lain. Nggak ada alasan gua untuk lebih betah nongkrong di cafe. Gua udah menemukannya di dalam rumah. Gua nemu itu dari sosok perempuan asing yang suka banget random WhatsApp gua kalau gua mumet nyuci muka frustasi di kamar mandi sendirian, seberapa dia bersyukur nikah sama gua, dia banggain gua depan Umi Abinya, depan teman-temannya.

Gua pun juga akan berusaha membuat Ia nggak mencari rasa kasih dan sayang itu di tempat lain di luar rumah. Gua akan berusaha memberikan rasa sayang tanpa imbalan ke Ia. Kalau nggak salah gua pernah singgung beberapa saat lalu tentang cinta yang perempuan maksud tuh kaya gimana dan penghormatan yang laki-laki maksud tuh kaya gimana?

Oke gua ulang lagi deh, kasih sayang yang dimaksudkan perempuan di sini kuncinya adalah COUPLE. Closeness, Openness, Understanding, Peacemaking, Loyalty and Esteem.

Sedangkan penghormatan yang dibutuhkan laki-laki adalah penghormatan dalam hal: Conquest, Hierarchy, Authority, Insight, Relationship and Sexual.

Just it!

So, kita bersyukur banget ... walaupun usia pernikahan gua dan Ia masih setengah tahunan, tapi kita berdua udah dititipin one of the key of marriage banget. Ini bakal membantu gua dan Ia untuk terus bertumbuh sebagai pasangan hidup yang menguatkan.

***

To be continued

IA & IOWhere stories live. Discover now