0.3 Dancing in the Rain

146 36 2
                                    

Lily sudah selesai mengerjakan tugasnya untuk menggantikan Arlin. Dan ternyata calon tunangan Arlin sudah tahu jika Lily bukan Arlin. Pada akhirnya Lily memilih untuk tidak ikut campur dan membiarkan Arlin yang menyelesaikannya sendiri.

Kini Lily tengah berada di dalam Mobil Dimas. Menyusuri setiap inci jalanan Kota Bandung dengan hening. Entah Lily atau Dimas, tak membuka mulut sama sekali. Tidak ada yang ingin Lily katakan mendekati hari pernikahannya dengan Dimas.

Berbeda dengan Dimas yang ingin bertanya banyak hal. Namun, sepertinya Lily tidak tertarik dengan perbincangan apapun.

Lampu merah terasa begitu lama bagi Dimas ketika mereka masih terbelenggu hening. Suara mesin dan klakson mengiringi napas mereka untuk menderu.

Sampai di suatu tempat, mereka keluar dan berjalan bersama.

Dimas selalu mengajak Lily untuk makan malam bersama jika ia sempat dan saat Dimas berada di Bandung. Pria itu biasa berada di Gili Trawangan karena ia bekerja di sana. Hanya untuk Lily, lah Dimas terbang jauh dari Lombok ke Bandung.

Lantai dua Restoran ternama menjadi tempat di mana mereka akan makan malam hari ini.

Seperti biasanya, Dimas akan menarik kursi untuk Lily dan bertanya apa yang ingin Lily pesan. Jawaban Lily tetap sama. Ia ingin memakan apapun yang Dimas pesan. Hingga Dimas sudah hafal apa jawaban Lily. Tetapi Dimas tetap bertanya hingga Lily bosan.

“Gaun yang kamu kenakan cantik.”

“Terima kasih.”

Pujian Dimas menarik kedua sudut bibir Lily. Kerap sekali Dimas memuji hal-hal kecil yang ada pada Lily. Jawaban Lily hanya sebuah ucapan terima kasih dan senyum tipis. Dimas sesungguhnya berharap reaksi lebih dari calon istrinya.

Tidak apa-apa.

“Bandung indah ya?” pertanyaan Dimas membuat Lily melirik lelaki itu setelah ia menunduk membenarkan duduknya.

“Hmm,” balas Lily sambil melihat ke arah luar jendela besar restoran yang menunjukkan gemerlap lampu Kota Bandung—Kota kelahirannya.

“Kata temanku, makanan di sini sangat enak. Kamu pernah datang ke mari?”

Lily menggeleng.

“Kamu tidak akan menjawab pertanyaanku dengan satu kalimat, Ly?”

“Tidak. Aku harap gelenganku sudah menjawab pertanyaanmu.”

Dimas terkekeh.

Tiba-tiba gemerlap Kota Bandung menjadi sedikit temaram ketika suara guntur hujan terdengar. Bandung malam ini akan turun hujan. Udara juga semakin sejuk.

“Kamu suka hujan?”

Lily kembali menggelengkan kepalanya.

“Aku suka.”

“Aku tidak peduli.”

“Kamu tidak mau menyukai hujan sama sepertiku? Bukankah kamu bilang akan menyukai apapun pilihanku?”

“Tidak untuk hujan,” tegas Lily dengan nada tidak bersahabat.

Hujan bagi Lily adalah sebuah jarum. Jarum yang selalu menusuk dirinya ketika kenangan-kenangannya bersama Morgan kembali teringat.

Morgan, selain suka laut, lelaki itu suka sekali bermain hujan. Sudah berkali-kali Lily demam akibat bermain hujan bersama Morgan. Merajut banyak kenangan menyakitkan. Maka, setiap tetes air hujan adalah rasa sakit bagi Lily.

Sejak saat itu, Lily tidak menyukai hujan.

“Baiklah.”

Menit demi menit terus berjalan. Suasana makan malam mereka begitu kaku dengan air hujan semakin menderas. Sesekali Dimas melirik Lily yang fokus dengan makanannya sampai sepertinya tak ada kesempatan untuknya membalas tatapan Dimas.

Harmony Of The Seas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang