0.9 The Last Melody [End]

120 29 6
                                    

Lily kini dapat kembali menari bersama Morgan tanpa halangan. Mereka adalah sebuah cinta yang tak bisa dipisahkan oleh apapun.

Cinta Morgan habis pada Lily, begitu pula dengan Lily yang menghabiskan sisa hidupnya untuk tetap setia mencintai Morgan.

Seni yang tercipta karena cinta mereka adalah yang terindah sesuai dengan apa yang pernah Morgan utarakan.

Mereka adalah sebuah kesetiaan yang tak bisa dipisahkan.

Di tahun kesembilan setelah kepergian Lily. Dimas sudah merelakan dan melepas cinta pertamanya. Ia mengembalikan Lily pada pelukan Morgan. Dimas melepaskan apapun yang mengikatnya dengan Lily walau hal itu terasa sangat sulit. Bahkan sembilan tahun ia melukai perasaan Aulia.

Namun, kesetiaan Aulia dan kelembutan kasih yang Aulia berikan padanya mampu menyadarkan Dimas.

Dimas tidak bisa terus berlarut dalam kehilangan seorang Lily. Ia harus bisa menjalani hidup dengan langkah maju. Dan itu adalah bersama Aulia. Kesabaran Aulia yang membuat Dimas pada akhirnya menerima Aulia sebagai istrinya secara utuh. Dan itu membutuhkan waktu sembilan tahun lamanya.

Kehadiran buah hati pertama mereka satu bulan yang lalu menambah kelengkapan rumah tangga mereka.

Dimas sudah banyak tersenyum ketika melihat bayi perempuan yang membuat stressnya berkurang. Atau bahkan senyum Aulia yang selalu wanita itu beri ketika Dimas pulang dari kerjanya.

Tiga tahun yang lalu, Dimas memutuskan untuk melamar kerja di Bandung. Dan resort yang ada di Gili Trawangan ia jual karena Dimas tidak bisa jika harus bolak-balik dari sana.

“Mas, kalau kamu mau makan langsung aja. Tapi jangan lupa cuci tangan dulu. Kamu juga nggak boleh pegang Lily sebelum tangan kamu bersih!” peringat Aulia membuat Dimas terkekeh.

“Laksanakan!” balas Dimas sembari memberi hormat.

Ya, anak perempuan mereka bernama Lily. Bukan Dimas yang memberi nama itu, melainkan Aulia.

Aulia adalah sosok yang sangat menghormati Lily. Lily adalah perempuan yang sangat baik yang pernah ia kenal. Aulia ingin anaknya akan sebaik Lily, maka dari itu, Aulia memberi nama dia Lily.

“Papa aku kasih tiket ke Bali buat akhir pekan. Tapi jahitan aku kadang masih sakit. Gimana?” tanya Aulia ketika Dimas sudah mulai turun setelah membersihkan diri.

“Kita bisa pergi lain waktu.”

Aulia memanyunkan bibirnya. “Tapi aku mau pergi ke Bali. Ini juga bakal jadi penerbangan pertama Lily kalau kita pergi ke sana iya kan?”

Dimas mendekat dan menarik hidung istrinya. “Jangan bandel, sayang.”

“Kamu emang nggak pernah ngerti gimana perasaan aku. Aku butuh refreshing.”

“Ya sudah, nanti kita tanya ke dokter apa baik-baik saja jika kamu melakukan penerbangan ke Bali.”

Kedua mata Aulia berbinar dan ia memeluk suaminya. Tak lupa satu kecupan pada pipi Dimas ia berikan sebelum kembali menghampiri putrinya yang berada di dalam stroler.

“Aulia.”

“Yap?”

“Apa jarak pipi dan bibir terlalu jauh?” pertanyaan Dimas membuat Aulia menoleh. “Hmm.”

“Sungguh?”

Aulia mengernyitkan dahinya. “Sejak kapan kamu jadi ngegas gini?” herannya sambil menyilangkan kedua tangan di sebelah stroler Lily.

“Sejak? Sejak aku bilang ingin menjalani masa depan yang indah bersamamu,” balas Dimas membuat Aulia mau muntah. “Jangan gombal. Tahun gini gombalanmu itu basi.”

Dimas mendekat dan ia juga mendekatkan mulutnya pada telinga Aulia. “Tapi kenapa pipimu memerah?”

Satu detik setelahnya Aulia langsung menyambar bibir Dimas. Dimas tampaknya lupa bahwa Aulia dulu pernah menjadi preman sekolah yang bar-bar. Maka, Aulia saat ini menggunakan kebar-barannya dengan baik.

Namun, kegiatan mereka terjeda ketika Lily menangis begitu keras dan membuat keduanya kewalahan.

“Ya! Ini gara-gara kamu,” kesal Aulia dan mendapat gelak tawa dari Dimas.

Melihat Aulia, Dimas menyadari bahwa Aulia adalah melodi indah yang tak akan pernah Dimas temukan lagi pada perempuan mana pun. Jika orang berkata siapa yang paling memahaminya, Dimas akan lantang menjawab, dia adalah Aulia.

Cinta mereka juga merupakan melodi terakhir yang akan selalu abadi. Hari ini, esok atau selamanya, Dimas berjanji begitu pula dengan Aulia. Mereka akan mengukir hari-hari dengan melodi-melodi indah dan dengan beragam warna yang belum pernah ada sebelumnya.

Apapun yang telah ditakdirkan. Itu adalah yang terbaik.

Entah itu Morgan dan Lily, maupun Dimas dan Aulia.

Mereka adalah representasi cinta yang sempurna dengan seni-seni indah yang tercipta pada masing-masing cerita.

🥀🎶🌊🎶🥀

Selesai...

Terima Kasih bagi yang sudah membaca dan memberi vote serta komennya untuk Harmony Of The Seas. Sampai bertemu di short story yang lainnya.

❤️❤️❤️

-Day

Harmony Of The Seas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang