36. Si suami

99 17 1
                                    

Beberapa hari kemudian setelah pernikahan, akhirnya pengantin baru itu pulang ke apartemen Attareq di Jakarta. Mereka tidak bisa berlama-lama meninggalkan kehidupan di Ibukota karena cuti yang diberikan hanya beberapa hari saja, sisa waktunya mereka gunakan untuk pindahan. Kini hanya ada mereka berdua disana tanpa ada lagi kecanggungan dengan rasa cinta antar keduanya yang semakin besar. Setelah menikah, Attareq menunjukan sisi romantis pada Anisa' sekecil mengelapkan sendok sebelum Anisa' pakai, dan sebesar mengajak mandi bersama penuh gairah.

Rasa cinta Anisa' pada suaminya terasa mengakar tanpa tahu awalnya kapan, melalui sederet hal kecil yang tak pernah ia rasakan, membuat ia beruntung memiliki Attareq sebagai pasangan hidup. Seperti tangkai pohon yang kuat, namun bergemulai saat tertiup angin yang lembut. Begitupun ia kini, sifat egois dan keras kepalanya begitu menghangat saat disandingkan dengan Attareq yang penuh kelembutan.

Dan dipagi hari yang cerah, ketika cahaya mentari pun sudah menembus gorden apartemen berwarna silver itu menandakan hari mulai siang. Kegiatan Attareq sebelum bekerja adalah sarapan bersama Anisa', yang sepertinya akan menjadi rutinitas baru. Lalu terdengar suara bel begitu nyaring menghentikan gelak tawa keduanya, dibukanya pintu itu kemudian memperlihatkan seorang wanita berhijab tersenyum dengan lesung Pipit nya yang manis sembari menatap riang kearah Attareq, "Pak dosen!!"

Gadis itu menciumi pipi kanan dan kiri Attareq dengan gemas, namun terhenti ketika Anisa' menarik tangan suaminya dan menempatkan di belakang tubuhnya sebagai perisai. Wajahnya memerah dan keningnya berkerut, seperti mengajaknya berliga.

"Astagfirullah, An. Kamu salah paham." Attareq tersenyum ketika tersadar dengan apa yang dilakukan istrinya.

"Iiiih!! salah paham apa!" Anisa' mengusap-ngusap pipi Attareq seperti menghapus jejak bibir gadis yang masih mematung di hadapan mereka.

"Dia Salma, An. Adik saya."

Anisa' seperti menyingkronkan kembali otak dan alam bawah sadarnya, kemudian ia seperti membandingkan wajah keduanya, "adik kandung?"

"Iya adik kandung, anak bungsu Ibu. pemilik kamar yang kamu tempati selama di Garut."

Anisa' mengerjap, lalu meminta maaf kepada Salma. Ketiga orang itu memperlihatkan respon dengan gelak tawa karena kesalahpahaman kecil dari Anisa' yang juga menggemaskan bagi Attareq.

"Hampir saja, Salma dijambak istri A Attar." Salma memposisikan kembali dirinya.

"Tapi tunggu, sepertinya kita..." Anisa' melihat lekuk wajah Salma dengan detail, keduanya mengeratkan pandangan dan menyadari sesuatu.

"Mushola!!" gumam keduanya bersamaan.

"Kalian saling kenal?"

"Abang, dia ini Salma. Salma yang itu." Anisa' seperti kehilangan kata-kata saat bertemu dengan orang yang telah berjasa di hidupnya.

"Yang mana?"

"Argumen dia yang membuat saya masuk Islam," jawab Anisa' dengan nada semangat sambil memeluk Salma.

"Kamu mualaf? subhanallah." Salma kembali memeluk Anisa'.

Diluar dugaannya, ia menikahi Kakak dari wanita yang telah menuntunnya menuju hidayah. Wanita yang mampu memberikan alasan kepada Anisa' mengapa dirinya harus memeluk agama itu.

Salma yang masih keheranan karena yang ia kenal adalah gadis atheis bernama Jean, bukan seorang kakak ipar bernama Anisa' yang sudah bisa berkerudung dengan rapi. Membuat mereka mempunyai alasan untuk sedikit berbincang terlebih dahulu sebelum berangkat ke kampus. Sekaligus Salma yang ingin meminta maaf karena tidak sempat hadir di pernikahan Attareq karena hari itu bersamaan dengan penyerahan berkas beasiswanya.

Demi Waktu (Al-Asr) [Tamat]#gloriouswritingcontest2023Where stories live. Discover now