41. Kata pamungkas

96 15 5
                                    

Selamat malam Minggu bagi yang merayakan!!! bagi yang tidak, semua malam sama saja hehe.

Kayaknya next chapter udah ending nih guys, sedih banget namatin cerita ini. siap-siap dengan endingnya ya🤭
.
.
.

Dari celah semak, terlihat Tiga orang wanita dengan latar belakang berbeda-beda itu sedang menunggu antrian siomay yang terkenal enak di depan kampus. Milan yang kelaparan akhirnya keluar dari antrian untuk membeli makanan lain, sementara Anisa' dan Shiren masih mempunyai kuota kesabaran lebih besar untuk mengantre. Anisa' yang tampak sudah ngiler melihat pedagang itu memasukan bumbu kacang ke satu persatu plastik, rupanya terkecoh oleh sosok di seberang jalan yang sedang berjalan kearah mereka.

"Liatin apa?" tanya Shiren memutar juga pandangannya kearah yang sama .

"Biarin aja, gak usah ditegur." Shiren langsung memberikan intrupsi ketika ia melihat seseorang yang dipandang Anisa' adalah Marwah. Gadis itu sedang asyik memainkan ponsel dengan sesekali melihat ke kanan dan ke kiri sebelum menyebrang.

Setelah insiden tempo hari dimana Shiren mengetahui bahwa Marwah mempermalukan Anisa' saat di kelas dengan meneriakinya penghianat, Shiren pun menjadi ikutan kesal terhadap perilaku Marwah yang terlampau melewati batas. Dia juga acuh tak acuh, dan lebih nyaman berteman dengan Anisa'. Apalagi semenjak Anisa' mualaf, obrolan keduanya menjadi penuh isi dan nyambung.

"Gue kangen kita berempat lagi," bisik Anisa'.

"Fokus aja sama siomaynya, abis ini giliran Lo."

Hingga insiden tak terduga saat Marwah sedang menyebrang sudah sepertiga perjalanan dan hampir sampai di tepi jalan, sebuah motor dengan kencang melaju dengan membunyikan klakson sangat nyaring.

"Marwah!!" Anisa' berlari kearah Marwah.

"Awas woy!!"

"Aaaaa.."

"Anisa'!"

Brakk!!

Motor itu ternyata rem nya blong, satu-satunya cara agar dia tidak menabrak Anisa' yang tengah menghadang adalah dengan menabrakan pada pohon besar di tepi jalan. Segera kerumunan mahasiswa dan warga sekitar ikut membantu pengendara motor dan juga Anisa' yang sempat pingsan akibat terkejut.

Beberapa saat kemudian setelah insiden itu, Anisa' akhirnya kembali sadar di UKS kampus. Dengan Marwah, Shiren dan juga Milan yang sudah bertengger disetiap sisi tempat tidurnya.

"An, Lo udah sadar?" Milan Mengusap kepala Anisa', sementara Shiren membantunya untuk duduk.

"Kepala gue sakit."

"Kita ke rumah sakit ya?supaya di Rontgen." Marwah ikut khawatir.

"Gue gak apa-apa."

"Atau mau gue panggil Pak Attar?" tanyanya lagi.

"Gak usah Marwah, dia lagi gak ada jadwal kelas hari ini."

Sejenak semuanya terdiam, hingga kemudian Marwah mengintruksikan pada Shiren dan Milan agar keluar sebentar karena ia ingin mengobrol empat mata dengan Anisa'. Sebenarnya Shiren dan Milan tampak ragu untuk meninggalkan Anisa' bersama Marwah, tapi setelah Anisa' sendiri yang memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja, mereka berdua menurut untuk menunggu diluar.

"Gue minta maaf," ucap Marwah duduk di tempat tidur, tepat di sisi Anisa'.

Mata Anisa' berbinar, "Marwah.."

"Gue minta maaf, karena sikap dan perkataan gue akhir-akhir ini kasar sama Lo." Marwah memandang Anisa' yang wajahnya masih pucat.

"Gue sadar, An. Gue bukan siapa-siapanya Pak Attar, hingga gue bisa nge klaim Lo perebut. Gue ternyata cuma merasa kehilangan." Mata Marwah terlihat juga berbicara.

Demi Waktu (Al-Asr) [Tamat]#gloriouswritingcontest2023حيث تعيش القصص. اكتشف الآن