2

4.5K 357 18
                                    
















Ceklek~

"Ayo masuk mbak." Zeendy membiarkan Chika untuk terlebih dulu masuk ke dalam rumah kontrakannya.

Chika masuk dan memperhatikan sekeliling ruangan. Rumah yang cukup rapi dalam penataan di kalangan pemuda pikir Chika.

"Maaf rumahnya kecil. Mampunya cuma begini," jelas Zeendy.

"Ga papa, selagi kamu bisa bayar sendiri aja udah keren," jawab Chika.

Zeendy tersenyum. "Mari saya antar ke kamar tamu."

Chika mengikuti Zeendy yang akan menunjukan kamar untuknya.

"Mbak, tidur di sini malam ini. Kalau butuh apa-apa mbak, bisa panggil saya. Kamar saya ada di sebrang itu." Zee menunjuk pintu yang terletak tepat di seberang kamar tamu.

"Untuk kamar mandi ada di dapur mbak, bisa kebelakang untuk bersih-bersih."

"Oke, makasih ya."

"Saya ke kamar dulu mbak. Selamat istirahat," kata Zeendy.

Chika masuk ke dalam kamar setelah Zeendy meninggalkannya. Dia meneliti kamar yang berdominan warna biru muda. Kasur yang tak berukuran besar tapi tak terlalu kecil juga. Sebuah lemari kaca dan beberapa barang lainnya.

"Mending gue, ganti baju terus istirahat. Capek banget ini badan."

~~~

"Ah, capek banget," kata Zeendy sambil meregangkan badannya.

Dia melepas jaket kerjanya yang bertuliskan 'kuyang Express' di bagian punggung. Di sanalah dia bekerja.

Zeendy mengambil handuk yang tersampir dan mencari baju yang akan di kenakannya setelah mandi. Setelah mendapatakan baju yang di-inginkan Zeendy keluar kamar menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.

Byur!

Byur!

Zee memulai ritual mandi. Tak lupa yang selalu dia lakukan adalah bernyanyi saat mandi.

If you dance, I'll dance
And if you don't, I'll dance anyway
Give peace a chance
Let the fear you have fall away

I've got my eye on you
I've got my eye on you

Say yes to heaven
Say yes to me

Nyanyian Zeendy dengan suara serak-serak basahnya keren. Awvvv!

Dari luar Chika menempelkan telinganya tepat di pintu kamar mandi. Bukan bermaksud apa-apa, dia hanya ingin mendengar suara nyanyian Zeendy. Saat ingin mengambil air minum, samar-samar dia mendengar suara orang bernyanyi dari arah dalam kamar mandi. Jadi ya begini sekarang. Dia sedang menguping.

"Suara dia bagus. Kenapa ga jadi penyanyi aja daripada tukang paket?" Pikir Chika.

"Eh! Astaghfirullah! Ngapain gue nguping?" Monolog Chika dengan pelan.

"Kabur ah, daripada ketahuan, malu!" Chika kabur kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

~~~

"Ahh, enaknya~ akhirnya bisa kembali merasakan kasur tercintaku. Hai sayang, muachh!" Zeendy mencium guling miliknya yang bermotif kotak-kotak berwarna hitam.

"Aku kangen kamu, temenin tidur ya," kata Zeendy pada guling itu.

Zeendy memejamkan matanya untuk segera berlabuh ke alam mimpi. Tak lama mulai terdengar dengkuran tanda bahwa Zeendy sudah terlelap.

Ck!

Ck!

Ck!

Suasana hening, hanya suara dentingan jam yang bergerak ke arah angka dua dini hari.

Kriukk!

Zeendy terbangun karena merasakan lapar di perutnya. Ia memutuskan untuk bangun, mencari sesuatu makanan untuk mengganjal perutnya. Dia bangkit dan keluar kamar.

Sampai dapur ia terkejut karena ada Chika yang terlihat sedang mencari sesuatu.

"Mbak."

"HAH!"

Chika terkejut mendengar suara dan tepukan di bahunya dari belakang.

"Ih mas nganggetin saya aja," kata Chika sambil menampol pelan lengan Zeendy.

"Mbak ngapain?"

"S-saya laper mas hehehe~"

"Oh, sama saya, juga. Saya bikinin mie. Mbak duduk aja."

Chika tak menuruti perintah Zeendy. Dia berdiri di samping Zeendy yang sedang berkutat dengan mie.

"Mbak, bisa tolong ambilin dua telur di dalam kulkas?" pinta Zeendy.

"Bisa mas, bentar ya," jawab Chika. Dia langsung buru-buru mengambilkan dua telur seperti yang Zeendy minta.

"Nih mas." Chika memberikan telur itu pada Zeendy.

"Makasih,"

Chika terus memperhatikan Zeendy yang sekarang memecahkan telur lalu memasukan ke dalam panci rebusan air dengan mie. Tak perlu menunggu lama, mie rebus sudah jadi.

Zeendy mengambil dua mangkuk dan membagi mie yang dibuat sama rata. Zeendy membawakan ke atas meja makan. Kini mereka berdua sudah siap makan.

"Dimakan mbak," kata Zeendy. Chika mengangguk lalu mulai memakan mie buatan Zeendy.

"Hemm~ enak banget mie buatan mas," puji Chika.

"Biasa saja mbak, ini kan mie instan. Saya cuma tinggal ngolah, bumbunya aja udah ada," kata Zeendy.

"Jangan panggil saya mbak, panggil Chika aja."

"Kalau gitu sama, panggil saya Zeendy aja jangan panggil mas. Umur saya sama kamu aja tuaan kamu."

"Iyakah? Berapa umur kamu?" tanya Chika.

"24 mbak."

"Tuhkan kamu manggil mbak lagi," tegur Chika.

"Oh iya, maap lupa hehehe~"

Zeendy membuka blek yang berisi kerupuk. "Chik, mau kerupuk nggak?" tawar Zeendy.

"Nggak, makasih."

"Kamu tinggsl sendiri? Orang tua kamu dimana?" tanya Chika.

"Orang tua saya ada, tapi di rumah. Saya merantau di sini makanya ngontrak," jelas Zeendy.

"Oh, jauh kah rumahnya?" tanya Chika.

"Ya mayanlah," jawab Zeendy.

"Emm, ngomong-ngomong jadi kamu udah nikah?" tanya Zeendy.

"Iya beberapa bulan yang lalu karena dijodohin sama ayah saya. Aku serasa jadi tumbah buat perusaahaan ayah. Tapi aku akan mengajukan surat cerai di pengadilan. Ga tahan lagi sama dia. Orang temprament! suka mabuk-mabukan! pemaksa! Suka banget main judi! Nyesel aku nurutin kemauan ayah. Mending aku dulu jadi kabur aja dari rumah," jelas Chika dengan menggebu-gebu.

"Yang sabar ya mbak. Anggap aja ujian kehidupan."

Mereka berdua memakan mie sambil terus bercerita. Mengenalkan diri satu sama lain. Sampai setelah mie habis, mereka sama-sama pamit untuk melanjutkan beristirahat.

























Up lagi nih. Awali pagi dengan membaca ceritaku.

Mon maap klo ada typo ya ges.

Ramein, yang part sebelumnya mahanlah rame wkwkw makasih ya:)

Tukang Paket [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt