18

3.2K 288 29
                                    

_TP_

"Pah, Zee udah mainnya. Istirahat sini, Mama bikin cookies buat kalian," panggil Mama Chika.

Permainan kembali berhenti dan poin akhir dimenangkan oleh Zeendy. Papa Chika nampak terengah-engah sambil berkacak pinggang. "Kamu jangan besar kepala ya Zeendy. Om cuma sengaja ngalah biar kamu bisa ngrasain kemenangan. Sebenernya kalau Om mau, pasti Om udah ngalahin kamu," kata Papa Chika dengan terengah.

Zeendy tertawa mendengaranya. "Iya om iya," jawab Zeendy. Dia tetap menerima apapun yang dikatakan Papa Chika biar senang. Padahal kalau di lihat selama permainan tadi, Papa Chika sudah terlihat kalah jauh, tapi yasudah lah. Namanya orang tua.

Mereka berdua menghampiri Mama Chika dan juga Chika yang sudah menunggu. Papa Chika mengambil satu cookies yang sudah tertata di atas piring. Cookies ini masih hangat, sepertinya memang baru saja matang.

"Gimana Pa? Enak ga?" tanya Mama Chika.

"Mantull! Mantap betul," Jawab Papa Chika lalu kembali memakan cookies.

"Zeendy? Enak?" Mama Chika giliran menanyakan pada Zeendy.

"Enak tante," jawab Zeendy sambil memberikan jempol tangannya.

"Pastilah enak, aku yang bikin," ungkap Chika.

"Heh! Sembarangan! Mama yang bikin," sahut Mama Chika tak terima.

"Chika kan ikut bantu Ma," balas Chika.

"Bantu apa? Ngebahabisin iya? Di suruh bantu, malah cuma bantu makan pas udah keluar dari oven," ungkap Mama Chika.

"Setidaknya diri ku telah berjuang."

"Berjuang apa?"

"Mindahin dari loyang ke piring juga butuh tenaga tau Ma," jelas Chika.

"Alesan aja kamu ini."

Papa Chika dan Zeendy hanya terkekeh melihat perdebatan dari ke dua wanita di depan mereka ini. "Besok kalian berdua libur? Kan besok tanggal merah," tanya Papa Chika.

"Aku sih libur Pa, capek kerja terus," jawab Chika.

"Kamu mah apa-apa capek. Kalau kamu libur ga Zeen?" tanya Papa Chika lagi.

"Besok saya juga libur om."

"Kenapa Pa?" tanya Chika.

"Ga papa sih, cuma nanya."

"Dih Papa ga jelas."

Sekarang hanya mereka berdua yang masih tertinggal di samping rumah. Papa dan Mama Chika sudah masuk ke dalam untuk beristirahat. Sebenarnya mereka juga sengaja memberi ruang untuk kedua anak muda ini.

"Chik, besok ikut gua mau?" tanya Zeendy.

"Mau lah. Kemana emangnya?"

"Kemana-mana hati ku senang," jawab Zeendy dengan salah satu lirik lagu anak-anak.

"Ih seriusan, mau kemana?"

"Ke suatu tempat yang indah. Kita healing. Mikirin perkerjaan terus nanti setress," jelas Zeendy.

"Oke deh, besok jemput ya."

"Siap, dandan yang cantik ya," kata Zeendy lalu terkekeh.

"Tumben kamu nyuruh aku dandan, biasanya ga pernah," heran Chika.

"Ya ga papa Chik." Dalam hati Zeendy, dia bertekat bahwa besok dirinya akan memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya pada Chika. Dia tak ingin terdahului oleh orang yang bernama Faran itu. Dia tak ingin karena dirinya yang lama memendam perasaan ini menyebabkan Chika menerima Faran jikalau di tembak. Dia tak ingin itu terjadi. Maka dari itu besok adalah hari yang dinanti kan.

_TP_

Pagi telah tiba. Memang waktu itu berjalan begitu cepat. Zeendy sedang berdiri di depan cermin lemari kamar nya. Terus saja memeriksa tampilannya agar terlihat rapi dan menawan. Dia memakai kaos putih yang di lapisi kemeja putih tidak di kancing dan celana panjang hitam. Cukup simpel dan menawan. Karna memang pada dasarnya Zeendy, yang sudah cakep mau mengenakan apa pun akan tetap cakep. Zeendy menyemprotkan parfum sana-sini agar wangi. Dirasa sudah dia segera untuk menjemput Chika karena hari juga mulai siang, takut di jalan lama karena macet.

Sampai sana ternyata Chika sudah siap dengan pakaian yang senada. Padahal mereka tak janjian menggunakan baju yang sama, tapi ntah bagaimana mereka sekarang sama-sama menggunakan kemeja putih dan celana hitam. Mungkin mereka memang jodoh. Kali ini mereka pergi menggunakan mobil Chika. Dengan rasa tak enak dan berat hati, Zeendy memberanikan diri untuk meminjam mobil Chika. Dia ingin selama di perjalanan Chika tak kepanasan, karena menurut kondisi cuaca yang sudah dia cek, hari ini akan cukup panas.

Mobil Chika yang dikemudikan oleh Zeendy kini membelah jalan yang cukup ramai di tanggal merah kali ini. Di dalam mobil Chika menyalakan lagu agar tak mengantuk. Sesekali juga mengobrol dengan Zeendy.

"Baju kita kok bisa samaan ya?" Pikir Chika.

"Ntahlah, kamu nerawang aku ya?" Canda Zeendy.

"Sembarangan, kamu kira aku dukun, bisa nerawang-nerawang gitu."

"Haha.. canda kali, mungkin emang kebetulan aja bisa samaan," ungkap Zeendy.

"Iya sih. Kita mau kemana nih?" tanya Chika yang sampai sekarang belum tau kemana dirinya akan di bawa pergi.

"Kita ke akuarium raksasa."

"Seriusan?" Tanya Chika. Dia nampak senang mendengarnya.

"Iya serius. Aku mau ngajak kamu ke sana, kayak yang kamu mau. Kata kamu kan kalau ada waktu harus ngajak ke akuarium raksasa, aku kabulin sekarang," jelas Zeendy.

"Yess, ga sabar banget buat sampai sana." Kalau Zeendy malah ga sabar buat menyatakan perasaan nanti. Dan juga dia ingin memngungkap suatu fakta yang telah dia sembunyikan lama.

"Aku mau liat macem-macem ikan yang terbang di sana." Lanjut Chika

"Terbang? Ikan ga terbang Chika," kata Zeendy.

"Ikan terbang kok, tapi di dalem air Hahaha..."

"Mana ada terbang di dalem air, renang itu namanya."

"Loh renang aja ada yang namanya gaya kupu-kupu. Jadi secara ga langsung itu sama aja terbang dong di dalem air. Masa iya kupu-kupu di dalem air renang, dia kan ga bisa renang," jelas Chik.

"Yaudah terserah kamu deh." Zeendy sudah pusing dengan pemikiran Chika kali ini. Jadi lebih baik dia mengiyakan saja bagaimana penjelasan yang Chika berikan.




































Persiapan buka ges.

Yo, Zeendy udah mo nembak aje nih, di trima kagak nih ntar.

Maap buat typo.

Tukang Paket [END]Where stories live. Discover now